Chapter 30

3.8K 269 25
                                    

SELAMAT MEMBACA.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

================================

Beberapa jam kemudian.

Arthit, Bian, Bu Lee dan Bank tiba juga di kediaman Jirakit. Mereka semua disambut oleh pengurus rumah dan membawa mereka semua masuk kedalam rumah.

Arthit langsung naik ke lantai dua dimana mamanya sedang berada. Arthit membuka pintu dan dapat dia lihat mamanya tengah berbaring. Pengurus rumah mengatakan bahwa mamanya pingsan saat mendapati kabar tentang hukuman yang mungkin akan di terima oleh ayah tirinya itu.

Arthit masuk kedalam dan duduk di tepi tempat tidur. Arthit memandangi wajah yang mulai menua itu. Gurat kesedihan tampak diwajah cantik mamanya yang mulai menua itu.

"Mae, Oon disini. Mae jangan bersedih lagi", ucap Arthit sangat pelan. Dia tidak ingin membangunkan mamanya. Arthit merapikan selimut yang menutupi tubuh mamanya. Cukup lama Arthit berdiam diri di tepi tempat tidur.

Saat Arthit hendak beranjak pergi, sebuah tangan menahannya. Arthit menoleh dan mendapati mamanya yang sudah membuka matanya.

"Mae sudah bangun?", tanya Arthit. Mamanya mengangguk lemah. Arthit duduk dan membantu mamanya untuk duduk.

"Kapan sampai?", tanya mamanya sambil membelai wajah Arthit.

"Beberapa menit yang lalu, mae", jawab Arthit sambil menggenggam tangan dingin mamanya.

"Nak, pho Jirakit akan mendekam di penjara seumur hidup", ucap mamanya. Arthit terkejut mendengarnya.

"Darimana mae tahu? Bukankah tadi mae mengatakan bahwa pho baru di bawa oleh pihak kejaksaan hari ini? Proses penjatuhan hukuman sepertinya cukup rumit. Mereka harus menemukan semua bukti terlebih dahulu sebelum menjatuhi hukuman", tanya Arthit heran.

"Mereka mengatakan semua bukti sudah terkumpul dan berkas-berkas siap di limpahkan ke pengadilan. Pho akan segera menjalani sidang pertamanya lusa", ucap mamanya. Arthit hanya bisa terdiam. Dia bingung harus mengatakan apa saat ini.

"Oon, mae dengar, kau cukup dekat dengan anaknya Suthiluck, Kongpob. Mae juga dengar bahwa dialah ayah biologis Bian. Bisakah kau memintanya untuk meringankan hukuman untuk pho? Mae tahu jika pho itu bukanlah orang yang baik padamu, tapi mae mohon nak. Tolong bujuk nak Kongpob untuk meringankan hukuman pho", ucap mamanya. Arthit tetap terdiam. Dia bingung saat ini harus melakukan apa.

Disatu sisi, dia mengerti mengapa Kongpob dan kembarannya melakukan hal itu. Namun disisi lainnya, dia tidak tega melihat mamanya menangis seperti ini.

"Oon, mae mohon", bujuk mamanya. Arthit mencoba tersenyum.

"Oon akan mencoba bicara pada mereka", ucap Arthit.

"Oon harus membujuk mereka. Kasihan pho Jirakit. Dia sedang sakit saat ini", bujuk mamanya lagi. Arthit mengangguk pasrah.

Keesokan harinya.

Seorang pria tampan dengan kaca mata hitamnya berhenti di depan sebuah makam yang cukup besar. Pria itu membuka kaca mata hitamnya dan memberikan penghormatan pada makam di hadapannya.

"Pho, mae, nong. Maafkan Kong baru kali ini mengunjungi kalian", ucap pria tampan itu. Dia adalah Kongpob.

"Maafkan kami karena baru mengetahui mengenai kecelakaan yang menimpa kalian. Selama ini Kong berpikir penyebab kematian kalian adalah ulah Kong yang nakal saat sekolah dulu. Sekarang Kong sudah tahu yang sebenarnya dan karena itulah Kong kembali mengunjungi kalian. Selama ini Kong tidak berani untuk mengunjungi kalian karena Kong berpikir kematian kalian memang karena ulah Kong. Pho, mae, nong, maafkan Kong dan phii na. Jika saja Kong tidak membuat ulah saat itu, mungkin kalian akan tetap dirumah hingga kecelakaan itu tidak akan terjadi. Maafkan Kong, mae, pho. Maafkan phii na, nong", ucap Kongpob.

After One Night StandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang