Chapter 11

3.1K 331 59
                                    

SELAMAT MEMBACA.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

================================

Siang hari.

Bian dan bu Lee pulang. Bian langsung berlari ke kamar Arthit. Dia langsung membuka pintu kamar itu dan mendekati tempat tidur.

"Paman....", ucap Bian sambil membangunkan Kongpob. Kongpob bergeming. Tak menjawab ataupun membuka matanya. "Paman, paman demam?", tanya Bian yang merasakan badan Kongpob yang benar-benar panas. Lebih panas dari tadi pagi. Bian segera berlari mencari Arthit.

"Papa.....", teriak Bian saat melihat Arthit di kebun belakang rumah. Arthit yang mendengar panggilan Bian itupun langsung menoleh dan menghampiri Bian.

"Papa.... Paman sakit", ucap Bian. Arthit memutar matanya malas, namun dia tidak mau menunjukkan kebenciannya pada Kongpob di depan anaknya.

"Paman sakit?", tanya Arthit lembut. Bian menganggukkan kepalanya. Air mata menetes dari mata Bian.

"Paman tidak bangun-bangun. Bian sudah membangunkannya, tapi paman tidak bangun hiks...kasian paman, papa", jawab Bian mulai terisak.

Arthit masuk kedalam rumah dan membuka sarung tangannya. Arthit meletakkan sarung tangan itu di lemari penyimpanan peralatan berkebun. Arthit mencuci tangannya dan menggendong Bian.

"Ayo kita lihat paman", ucap Arthit saat Bian sudah di dalam gendongannya. Arthit mengusap air mata Bian.

"Mengapa Bian menangis?", tanya Arthit lembut.

"Kasian paman. Paman sakit", jawab Bian.

"Princessnya papa jangan menangis na. Paman pasti akan sembuh", ucap Arthit lagi. "Sekarang kita lihat paman", ajak Arthit. Bian menganggukkan kepalanya.

Arthit pun berjalan menuju kamarnya. Arthit membuka pintu kamar dan masuk. Arthit mendekati tempat tidur dan duduk di tepi tempat tidur. Arthit menyentuh kening Kongpob.

"Kong....", panggil Arthit. "Kongpob, bangun", panggil Arthit lagi sambil menepuk pelan pundak Kongpob, namun Kongpob masih belum bangun juga.

"Badannya sangat panas", ucap Arthit saat menyentuh kening Kongpob. "Kongpob..... Kongpob bangun", panggil Arthit lagi. Kongpob membuka matanya perlahan. Kongpob mengerjapkan matanya perlahan.

"Maaf, aku ketiduran", ucap Kongpob sambil mencoba bangun, namun dia merasakan sakit kepala. Kongpob memengangi kepalanya yang terasa berdenyut sakit.

"Kau sakit?", tanya Arthit yang masih curiga dengan Kongpob.

"Kepalaku sangat sakit", jawab Kongpob lemah.

"Tidurlah. Aku akan membuatkan bubur untukmu", ucap Arthit. "Bian tunggulah disini bersama paman. Papa akan memasakkan bubur sebentar", ucap Arthit lembut pada Bian. Bian menganggukkan kepalanya.

"Tidak perlu, phii. Aku tidak suka bubur", ucap Kongpob sambil memegangi lengan Arthit. Telapak tangan Kongpob terasa sangat panas di kulit Arthit.

"Aku akan membuatkan bubur yang enak untukmu. Tunggulah sebentar", ucap Arthit yang tahu mengapa Kongpob menolak buburnya. Tadi padi dia memasakkan bubur tanpa rasa. Arthit pergi meninggalkan Kongpob dan Bian setelah meminta Bian agar jangan duduk di dekat Kongpob. Dia tidak mau anaknya sampai tertular demam.

"Paman tidul saja dulu sebental. Nanti Bian bangunkan paman", ucap Bian. Kongpob menuruti ucapan Bian. Dia memang merasa badannya sedang tidak fit. Kini dia menyesali kebohongannya tadi pagi. Sekarang tubuhnya benar-benar tidak fit.

After One Night StandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang