SELAMAT MEMBACA.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.================================
Kongpob dan Arthit pun sampai juga kerumah setelah menempuh perjalanan yang cukup jauh dan itu sebenarnya cukup melelahkan untuk Kongpob yang harus menggendong Arthit. Postur tubuh Arthit memang lebih rendah sedikit darinya, namun berat badan Arthit tidak bisa di katakan ringan. Arthit sangatlah berat.
"Akhirnya kita sampai", ucap Kongpob yang terlihat kelelahan. Kongpob mendudukkan Arthit di atas dipan di teras rumah Arthit.
"Apa kau lelah?", tanya Arthit yang melihat wajah kelelahan Kongpob.
"Tidak, phii. Sama sekali tidak lelah", jawab Kongpob sedikit berbohong.
"Pasti kau berbohong, bukan?", tanya Arthit. Kongpob memandangi Arthit dan tersenyum.
"Aku tidak berbohong, phii. Aku benar-benar tidak lelah", jawab Kongpob meyakinkan.
"Benarkah?", tanya Arthit. Kongpob menganggukkan kepalanya. "Tapi aku kan berat. Kau pasti lelah", ucap Arthit.
"Kau memang berat, phii..", ucap Kongpob terpotong.
"Lihatlah. Kau mengataiku berat. Kau pasti mengataiku dalam hati saat menggendongku tadi. "Kenapa P'Arthit ini sangat berat? Kenapa lama sekali sampai kerumah, aku sudah lelah menggendongnya. Ternyata dia benar-benar berat. Aku menyesal menawarkan diri untuk menggendongnya". Itu pasti yang kau katakan, bukan?", tanya Arthit dengan wajah kesal. Ya, dia masih kesal dengan pengakuan Kongpob tadi dan juga mengatainya berat.
"Ao... Phii bisa membaca pikiranku ya? Mengapa yang phii katakan tadi itu semua memang benar adalah ucapan ku di dalam hati", ucap Kongpob yang bermaksud ingin bercanda, tapi sayangnya Arthit menganggapnya serius. Arthit langsung memukuli Kongpob yang duduk di sebelah kirinya secara brutal.
"Ao, phii. Sakit. Hentikan", ucap Kongpob yang memang kesakitan. Kongpob menangkap tangan Arthit yang masih memukulinya.
"Aku hanya bercanda, phii", ucap Kongpob. Namun Arthit tidak percaya dan hendak memukul Kongpob lagi.
Kongpob menahan tangan Arthit dan memeganginya dengan erat. Seulas senyum Kongpob tampilkan diwajah tampannya.
"Phii mungkin memang berat....", ucap Kongpob terhenti saat Arthit hendak melepaskan tangannya dan memukulnya.
"Bisakah phii mendengarkan aku terlebih dahulu? Aku belum selesai berbicara", ucap Kongpob. Arthit diam. Kongpob kembali tersenyum. "Jangan menyela ucapanku", ucap Kongpob memperingati Arthit. Arthit hanya diam.
"Phii mungkin memang berat dan jujur saja aku memang sedikit kelelahan saat menggendongmu. Jarak dari sana kesini memang cukup jauh, tapi aku rela melakukannya. Aku akan melakukan apapun untukmu, P'Arthit...", ucap Kongpob sambil menatap dalam ke mata Arthit. Arthit malu dan menyela ucapan Kongpob.
"Mengapa kau rela melakukannya? Kau kan bisa mengabaikanku saja. Biarkan orang lain yang menolongku. Aku juga tidak butuh belas kasih darimu", ucap Arthit dingin. Dia mengucapkan hal itu sebenarnya tidak dari hatinya, hanya saja karena dia malu, jadinya kata-kata itu keluar begitu saja dari mulutnya. Kongpob menggelengkan kepalanya melihat tingkah Arthit.
"Aku melakukannya karena aku mencintaimu, P'Arthit. Aku rela melakukan apapun untukmu", ucap Kongpob. "Maukah kau menikah denganku?", tanya Kongpob sambil berlutut di hadapan Arthit. Jelas saja itu membuat Arthit bertambah malu.
"Beri aku waktu. Aku akan memikirkannya", ucap Arthit sambil mengalihkan pandangannya dari Kongpob.
"Sampai kapan phii akan membuka hati phii untukku? Aku tahu jika dulu aku membuat kesalahan fatal dan membuatmu menderita, tapi tidak bisakah phii memberiku kesempatan untuk bisa membahagiakanmu dan juga Bian?", tanya Kongpob. Arthit terdiam.
KAMU SEDANG MEMBACA
After One Night Stand
Fanfiction"I hate him", - Arthit - "I really like him. But after that night, he disappeared" - Kongpob -