Chapter 21

3.2K 334 32
                                    

SELAMAT MEMBACA.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

================================

Malam harinya.

Saat ini Singto, Anna, Kongpob dan Arthit sedang berada di bandara. Singto dan Anna mengantarkan keberangkatan Arthit dan Kongpob ke Chiangmai.

"P'Arthit, ini untukmu", ucap Anna sambil memberikan bungkusan pada Arthit. "Hanya cemilan untuk Bian. Anna berharap Bian segera sembuh", ucap Anna lagi. Arthit menerima bungkusan yang cukup besar itu.

"P'Kong, kau harus merawat keponakanku dengan baik na", ucap Anna pada Kongpob.

"Tentu saja aku akan merawat Bian dengan baik. Dia kan anakku", ucap Kongpob.

"Bagus. Anak pintar. Phii harus menurut pada mamanya Bian na. Awas kalau phii macam-macam pada P'Arthit. Aku sudah meminta P'Arthit untuk melaporkanmu jika kau melakukan pelecehan padanya. Aku akan memarahimu jika phii melakukan pelecehan", ancam Anna.

"Aku tidak takut dengan ancamanmu", ucap Kongpob sambil mengejek Anna. "Siapa juga yang mau melakukan pelecehan padanya. Aku tidak mau lagi peduli padanya. Aku hanya akan peduli pada anakku", ucap Kongpob dingin. Arthit merasakan sakit mendengar ucapan Kongpob. Raut wajahnya berubah setelah mendengar ucapan Kongpob.

"Phii yakin tidak peduli lagi padanya?", tanya Anna menyelidik. Dia sempat melihat perubahan wajah Arthit.

"Tentu saja. Untuk apa aku peduli pada orang yang tidak peduli padaku dan keluargaku", ucap Kongpob. Singto langsung menepuk pundak Kongpob.

"Sudah. Sebaiknya kalian masuk sana. Kalian sudah di panggil", ucap Singto. "P'Arthit khap. Tolong jaga adik jelekku ini. Jika dia berbuat yang aneh, beritahu saja. Aku akan menghukumnya", ucap Singto pada Arthit. Arthit tersenyum pada Singto.

"Khap. Tapi kurasa dia tidak akan berbuat yang aneh-aneh lagi", ucap Arthit.

"Tentu saja. Untuk apa aku berbuat yang aneh-aneh padanya? Dia saja tidak mau peduli padaku", ucap Kongpob santai.

"Ya, sudah. Aku pergi dulu, phii, nong. Jangan sering bertengkar kalian berdua", ucap Kongpob pada Singto dan Anna.

"Hei... Kami bertengkar juga karenamu. Ingat itu", ucap Singto.

"Iya. Kami bertengkar kan juga karena P'Kong", ucap Anna membenarkan ucapan suaminya. Singto langsung merangkul pinggang Anna sambil tersenyum.

"Jadi kalian menyalahkanku atas pertengkaran kalian? Hah, baiklah. Terserah kalian saja. Aku pergi. Jangan merindukan orang tampan seperti ku", ucap Kongpob sambil melenggang meninggalkan Singto, Anna dan Arthit.

"Kami pergi", ucap Arthit.

"Khap. Kumohon perlakukan adikku dengan baik. Dia sangat berarti untukku", ucap Singto memohon.

"Khap. Aku akan menjaga dan memperlakukannya dengan baik", ucap Arthit tulus. Ya, mulai sekarang. Dia berjanji pada dirinya sendiri untuk mencoba menerima kehadiran Kongpob di hidupnya demi anak tercintanya.

"Ya sudah. Pergilah, phii. Salam untuk Bian", ucap Anna lembut. Arthit tersenyum padanya.

"Khap. Saya ucapkan banyak terima kasih pada kalian karena sudah memaafkan kesalahan yang sudah saya lakukan", ucap Arthit tulus.

"Khap, kha", jawab Singto dan Anna serentak.

"Cepatlah. Nanti kita ketinggalan pesawat", ucap Kongpob dari jauh. Arthit segera mengejar Kongpob dan mensejajarkan langkah mereka.

After One Night StandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang