SELAMAT MEMBACA.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.================================
Rumah Singto.
Saat ini Singto sedang duduk di ruang keluarga. Dia menunggu kepulangan saudara kembarnya yang lagi lagi membuat masalah. Singto marah besar setelah membaca chat dari Arthit. Dia hendak membatalkan kerja sama mereka karena Kongpob melakukan hal tidak senonoh di departemenstorenya.
"P'Sing.... Jangan usir Kongpob dari rumah ini, na.... Aku tahu phii marah padanya, tapi hanya P'Sing yang P'Kong punya saat ini", ucap Anna. Tadi Singto mengatakan akan mengusir kembarannya itu karena sudah membuat ulah lagi.
"Anak itu harus diberi pelajaran, sayang. Di masukkan kedalam sel saja masih belum sadar juga dia. Phii hanya ingin menyadarkannya. Phii mau jika Kong tidak hanya memikirkan yang tidak-tidak pada orang yang dia cintai. Bagaimana bisa orang itu bisa mencintainya jika pikirannya hanya mesum saja?", jawab Singto.
"Tapi tetap saja phii tidak boleh mengusirnya. Dia adikmu satu-satunya, phii. Hanya phii yang dia miliki saat ini", ucap Anna lagi.
"Sayang, maaf phii tidak akan mendengarkanmu kali ini", ucap Singto lalu pergi meninggalkan istrinya. Sedari tadi mereka hanya berdebat mengenai Kongpob. Dia tidak ingin terus melanjutkan debat itu. Dia tahu jika istrinya terus merengek agar jangan mengusir Kongpob, dia pasti akan luluh. Dia tidak mau itu. Dia tetap ingin mengusir kembarannya itu tanpa sepeserpun uang dan mobilnya juga akan dia sita.
Singto duduk di ruang tamu sambil membaca koran. Dia menunggu kembarannya pulang.
Tak lama kemudian terdengar bunyi mobil berhenti di parkiran rumahnya. Singto sangat yakin itu mobil kembarannya.
Singto meletakkan korannya di meja saat melihat Kongpob masuk sambil bersenandung dan memainkan kunci mobilnya. Singto langsung berjalan kearah Kongpob dan segera merebut kunci mobil itu dari tangan kembarannya. Jelas saja hal itu membuat Kongpob kaget.
Kongpob menelan ludahnya saat menatap wajah kembarannya yang terlihat murka. Kongpob mencoba tersenyum pada kembarannya itu, namun Singto tetap tak bergeming. Wajah marahnya tetap tak berubah, malah semakin bertambah marah.
"Apa-apaan ini?", ucap Singto dengan nada tinggi sambil menyerahkan ponselnya pada Kongpob. Kongpob menerima ponsel itu. Dia membaca pesan dari Arthit.
"Aku memintamu untuk melakukan pengecekan barang, namun apa yang kau lakukan? Kau malah berbuat mesum di kantor", ucap Singto marah.
"Aku sudah melakukan pengecekan tadi. Tanya saja pada Em", ucap Kongpob mencoba menyangkal.
"Kau bilang sudah? Tapi tadi aku menanyakannya pada Em. Dia bilang kau hanya sibuk mencari P'Arthit. Apa itu yang kau maksud dengan melakukan pengecekan? Mengecek dimana keberadaan P'Arthit, itu maksudmu, bukan?", tanya Singto.
"Ao... P'Sing... Jangan marah-marah seperti ini na... Aku takut...", ucap Kongpob mencoba membuat kembarannya itu luluh.
"Jangan sentuh aku. Aku tidak sudi di sentuh orang yang mesum sepertimu", ucap Singto.
"Aku tidak mesum. Aku hanya meluapkan rasa rinduku padanya. Aku juga hanya mencium bibirnya saja, tidak lebih", jawab Kongpob mulai santai.
"Hanya menciumnya kau bilang itu bukan tindakan mesum? Kau bahkan melakukannya di kantor. Jika ada yang melihatnya, pasti akan menimbulkan skandal. Namamu akan tercoreng dari daftar pewaris", ucap Singto tak habis pikir.
"Itu bukan mesum, P'Sing. Hanya meluapkan kerinduan saja. Malah tadinya, aku ingin melakukan hal lebih padanya. Namun karena dia menendang junior ku, aku melepaskannya. Jika tadi dia tidak menendang junior ku, aku pasti sudah bisa menikmati tubuhnya", ucap Kongpob. Plaaaakk. Tamparan kuat di terima Kongpob dari kembarannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
After One Night Stand
Fanfiction"I hate him", - Arthit - "I really like him. But after that night, he disappeared" - Kongpob -