SELAMAT MEMBACA.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.================================
Singto, Anna, Em dan Arthit berjalan keluar kantor polisi. Em segera berlari untuk mengambil mobilnya, sedangkan ketiga orang tersebut menunggu di depan kantor polisi.
"Masuklah, kami akan mengantarkanmu", ucap Singto setelah membukakan pintu untuk Arthit di samping pengemudi. Singto dan Anna masuk di kursi belakang.
"P'Arthit, maafkan kelakuan P'Kongpob padamu", ucap Anna memecah keheningan di antara mereka. Arthit menoleh pada Anna dan tersenyum.
"Saya juga meminta maaf pada suami khun. Saya sudah meninju wajahnya", ucap Arthit lembut.
"Suami? Siapa yang phii maksud?", tanya Anna bingung.
"Kongpob. Dia suami khun, bukan?", tanya Arthit.
"P'Kongpob? Suami saya?", tanya Anna lalu tertawa. Arthit memandanginya dengan bingung.
"Maaf, sepertinya P'Arthit salah paham. Saya iparnya Kongpob. Ini suami saya. P'Singto", ucap Anna sambil mengenalkan Singto disampingnya. Singto tersenyum.
"Bukankah Kit memanggil Kongpob dengan daddy?", tanya Arthit bingung.
"Kit memang memanggil P'Kongpob dengan daddy karena wajah papanya dan P'Kongpob sangat mirip", jelas Anna. Arthit menoleh dan melihat Singto.
Singto memang tampak terlihat seperti Kongpob jika di lihat dengan baik. Hanya saja, Singto tampak lebih dewasa dengan kacamata bulatnya dan baju yang selalu rapi. Persis seperti seorang pengusaha muda. Sedangkan Kongpob, dia juga selalu rapi namun tampak sangat angkuh dan Kongpob itu terkenal dengan mahasiswa yang bandel saat di kampus dulu. Dia selalu mencari masalah dengan senior, terlebih lagi dengan Arthit.
"Kami kembar", ucap Singto karena melihat Arthit tampak heran.
"Oh. Pantas kalian sangat mirip", ucap Arthit.
"Mengenai kerja sama kita. Saya tetap akan menjadi investor untuk usaha yang phii lakukan", ucap Singto.
"Tidak perlu, khun Singto. Saya juga akan mengembalikan uang yang sudah di gunakan Toptap", tolak Arthit halus.
"Tidak perlu, phii. Saya tetap akan menginvestasikan uang di usaha phii. Saya juga akan membiayai sekolah Bian sebagai permintaan maaf atas apa yang kembaran saya lakukan di masa lalu", ucap Singto. Anna melihat Singto tak mengerti. Arthit memandangi Singto dengan bingung.
"Kami tahu apa yang terjadi padamu, P'Arthit. Kami juga tahu phii di usir oleh ayah tiri phii karena phii hamil anak Kongpob", ucap Em. Arthit shock bukan main mendengar ucapan Em. Anna tak kalah kagetnya mendengar ucapan itu.
"Kalian tahu mengenai Bian?", tanya Arthit.
"Kami tahu semuanya, kecuali anak nakal itu", jawab Singto. Anna memandanginya tak percaya.
"Jadi adik khun tidak tahu mengenai Bian?", tanya Arthit. Singto berdehem.
"Syukurlah. Jangan pernah memberitahunya. Saya mohon", ucap Arthit.
"Baik. Kami tidak akan memberitahunya. Tapi ada syarat yang harus phii lakukan untukku", ucap Singto.
"Apa syaratnya?", tanya Arthit.
"Phii harus menerima kerja sama kita. Dan juga kami akan membiayai sekolah Bian", ucap Singto. Dia sangat ingin menyatukan adik nakalnya itu dengan Arthit, karena dia tahu jika adiknya itu bisa berubah jika memiliki orang yang dia cintai. Adik nakalnya itu harus bertanggung jawab atas perbuatannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
After One Night Stand
Fiksi Penggemar"I hate him", - Arthit - "I really like him. But after that night, he disappeared" - Kongpob -