Prolog

17.3K 717 86
                                    

SELAMAT MEMBACA.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

================================

Seorang pria manis sedang duduk seorang diri di sebuah taman anak-anak. Dia sedang memperhatikan gadis kecil yang sedang bermain dengan temannya.

Seulas senyum terukir di wajah manis pria itu saat melihat gadis kecil itu tampak tertawa bersama temannya. Seorang pria datang dan duduk di samping pria manis itu.

"Bian semakin hari semakin lucu ya? Sama sepertimu, Ai'Arthit", ucap pria putih di sebelahnya. Pria manis yang di panggil Arthit itu menoleh dan tersenyum.

"Terima kasih. Tapi apa kau lupa jika aku ini pria?", tanya Arthit pada pria itu.

"Hm... Iya, kau memang pria. Tapi kau pria istimewa yang pernah ku kenal", ucap pria itu. Arthit hanya tersenyum lalu kembali memperhatikan gadis kecil berusia tiga tahun itu.

"Apa kau tidak berniat memberitahunya? Kudengar dia mencarimu", tanya pria itu lagi. Arthit memandangi pria putih di sebelahnya dengan tatapan kesal.

"Aku tidak ingin membahasnya, Ai'Toptap. Jika kau kesini hanya ingin membuatku kesal, sebaiknya kau pulang saja", ucap Arthit kesal pada sahabatnya itu.

"Baiklah. Aku akan menunggu kalian di rumah", ucap Toptap lalu berdiri dan beranjak pergi. Arthit memandangi Toptap yang pergi meninggalkannya.

"Maafkan aku Ai'Top. Aku tidak bermaksud memarahimu", ucap Arthit pelan. Arthit melamun.

"Mama....", teriakan Bian sontak menyadarkan Arthit dari lamunannya. Arthit segera mendekati gadis kecil itu dan membantunya berdiri.

"Princess Biannya mama kenapa menangis?", tanya Arthit lembut pada gadis kecil itu.

"P'Kit. Dia nakal mama", adu Bian pada Arthit sambil menunjuk anak lelaki kecil yang berkulit putih dengan pipi chubbynya.

"Kit tidak nakal paman", ucap Kit sambil mendekati Arthit dan Bian dengan takut-takut. Arthit mendekati Kit dan membelai kepalanya.

"Sana pelgi. Bian benci Kit", usir Bian masih sambil menangis.

"Bian... Kamu tidak boleh begitu. Mama tidak pernah mengajarkan kamu seperti itu, bukan? Ayo minta maaf sama P'Kit karena kamu mengusirnya", ucap Arthit lembut. Dia mengajarkan anaknya untuk tidak saling membenci pada orang lain.

"Tapi P'Kit jahat sama Bian. P'Kit tidal mau meminjamkan lobotnya pada Bian", adu Bian sambil menggelengkan kepalanya tanda dia tidak mau meminta maaf.

"Jadi Bian menangis karena P'Kit tidak mau meminjamkan robot pada Bian?", tanya Arthit. Bian menganggukkan kepalanya.

"Bian, sayang. Princessnya mama. Dengarkan mama baik-baik. Bian tidak boleh memaksakan orang lain untuk meminjamkan barang atau apapun jika orang tersebut tidak mau meminjamkannya. Mungkin P'Kit tidak mau meminjamkan robotnya karena robot itu hadiah dari orang tuanya. Dan juga, Bian kan seorang princess. Princess itu tidak bermain robot-robotan. Bian main ini saja ya. Ini kan boneka kesayangan Bian", Arthit mengajari putri satu-satunya itu dengan kelembutan.

"Sekarang Bian harus meminta maaf pada P'Kit", ucap Arthit lembut. Bian mendekati Kit dan mengulurkan tangannya.

"P'Kit, maafkan Bian", ucap Bian. Kit mengulurkan tangan dan menjabat tangan Bian sambil tersenyum.

"Phii juga minta maaf. Ini. Bian boleh main lobotnya. Ayo kita main belsama", ucap Kit sambil menyerahkan robot captain america pemberian daddynya. Bian menggelengkan kepalanya.

"Kata mama, Bian tidak boleh belmain lobot. Ini Bian sudah punya boneka singa pembelian mama", ucap Bian sambil menunjukkan boneka singa yang sangat lucu pada Kit.

Bonekanya yang warna pink ya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bonekanya yang warna pink ya.

"Bonekanya lucu. Apa phii boleh meminjamnya sebentar?", tanya Kit, namum Bian dengan cepat menyimpan boneka tersebut ke belakang tubuhnya.

"Phii tidak boleh meminjamnya", ucap Bian. Kit cemberut lucu karena dia sangat ingin melihat boneka itu. Dia juga ingin minta di belikan oleh daddynya boneka singa seperti itu.

"Kit", panggil seseorang di belakang Arthit. Kit kecil menoleh dan tersenyum lalu berlari kearah pria yang memanggilnya itu.

Arthit duduk bersama dengan Bian tanpa menoleh ke belakang. Arthit mengajak Bian bermain bersama dengan gurunya.

Bian terpaksa di titipkan di taman anak-anak khusus anak dibawah usia lima tahun. Arthit harus menghidupi anak satu-satunya karena tuntutan ekonomi. Karena suatu hal, dia dinusir oleh ayahnya dari rumah. Meskipun terkadang mamanya sering menjenguknya dan Bian dan memberikan tabungan untuk masa depan Bian, tetapi sebagai orang tua tunggal, Arthit tidak ingin bergantung pada mamanya.

"Permisi. Boleh saya melihat boneka singanya khun? Anak saya ingin boneka yang sama seperti kepunyaan anak khun", tanya seseorang sambil menepuk pelan pundak Arthit. Arthit menoleh ke belakang. Arthit termenung saat melihat siapa pria itu.

"P'Arthit khap?", ucap pria itu kaget saat melihat arthit. Arthit semakin panas dingin mendengar suara pria itu.

To be continued.

After One Night StandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang