Chapter 19

3K 293 33
                                    

SELAMAT MEMBACA.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

================================

"Bian, semoga pilihan papa ini memang yang terbaik", ucap Arthit sambil memandangi wallpapernya yang terpasang wajah ceria Bian.

Beberapa jam kemudian.

Kini Arthit akhirnya sampai di depan rumah Singto. Namun rumah tersebut tampak sepi. Arthit bertanya pada satpam yang menjaga rumah itu.

"Sawatdee khap. Khun, maaf saya mau bertanya. Apa Singto atau Kongpob ada dirumah?", tanya Arthit.

"Sawatdee. Maaf khun, tuan rumah sedang bekerja dan tuan Kongpob sedang tidak berada dirumah. Dia menemani nyonya dan anak-anaknya. Mereka sedang berada di mall untuk membeli keperluan harian", jawab satpam itu.

"Oh, begitu. Terima kasih. Kalau begitu, saya akan ke mall saja", ucap Arthit dengan sopan. Satpam itu hanya menganggukkan kepalanya. Arthit kembali masuk ke dalam taksi dan meminta taksi tersebut mengantarkannya ke mall. Dia berharap, dia bisa menemui mereka disana.

Beberapa menit kemudian

Arthit sampai juga di depan mall. Dia membayar taksi tersebut. Arthit tampak menarik nafasnya dan mencoba tenang. Jujur saja dia merasa takut, lebih tepatnya tak enak hati karena telah mengusir satu keluarga yang berniat baik padanya.

"Bian, papa pasti akan membawa Kongpob kembali. Tunggulah", batin Arthit setelah menarik nafas untuk yang ke sekian kalinya. Arthit melangkahkan kaki memasuki mall dan berjalan menuju hypermarket yang ada di dalam mall itu. Arthit mengedarkan pandangan saat memasukinya.

Arthit tampak berkeliling di dalam hipermarket yang cukup besar itu. Matanya juga selalu melihat kesana kemari untuk mencari orang-orang yang dia kenali. Namun tak juga dia menemukan mereka. Arthit kembali berkeliling dan terus mencari, namun tetap saja tak menemukan apa yang dia cari.

"Apa mereka sudah pulang?", tanya Arthit pada diri sendiri setelah dua kali berkeliling hipermarket itu.

Arthit memutuskan membeli sesuatu dengan asal dan membayarnya di kasir. Arthit keluar dengan langkah tak bersemangat. Dia bingung harus mencari kemana lagi mereka. Arthit ingin langsung menemui Kongpob karena dia merasa tak enak hati dan belum siap bertemu Singto untuk meminta maaf padanya.

Saat melewati sebuah restoran, mata Arthit tak sengaja melihat orang yang dia kenal. Wanita itu tampak menyuapkan anak lelaki kecilnya. Sedangkan seorang wanita muda lainnya tampak menggendong bayi.

Arthit mencoba mendekati mereka dan ingin bertanya tentang keberadaan Kongpob.

"Anna", panggil Arthit saat mendekati dua wanita dewasa, satu anak lelaki kecil dan bayi dalam gendongan wanita muda berpakaian babysitter. Wanita yang di panggil Anna itu menoleh.

"P'Arthit?", ucap Anna kaget saat melihat Arthit.

"Khap. Bagaimana kabarmu?", tanya Arthit sambil tersenyum. Dia merasa sangat gugup saat ini. Dia merasa tak enak hati pada wanita di depannya itu.

"Baik, phii. Mengapa phii bisa ada disini?", tanya Anna.

"Anna, bisa bicara berdua saja denganmu?", tanya Arthit. Anna menganggukkan kepalanya.

"Boleh saja. Tunggu sebentar", jawab Anna. "Sayang, mommy ingin berbicara dulu sama paman. Kit makan sendiri na", ucap Anna pada Kit. Kit menganggukkan kepalanya. "Oh, ya. Beri salam sama papanya Bian", ucap Anna pada Kit.

"Sawatdee papa Bian", ucap Kit sambil memberi wai pada Arthit.

"Sawatdee khap, sayang. Makan yang banyak na", ucap Arthit. Kit menganggukkan kepalanya. "Anak pintar", ucap Arthit sambil membelai lembut kepala Kit.

After One Night StandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang