SELAMAT MEMBACA.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.================================
Beberapa bulan kemudian.
"Diao, P'Arthit", panggil Kongpob. Kongpob tampak mengejar Arthit masuk kedalam rumah.
"Aku bilang tunggu, P'Arthit", ucap Kongpob sambil menarik lengan Arthit, namun Arthit menghempaskannya.
"AKU BILANG TUNGGU, P'ARTHIT. APA KAU TIDAK DENGAR? KAU HARUS MENJELASKAN SEMUANYA PADAKU", teriak Kongpob yang mulai naik darah. Dia sudah cukup bersabar sejak tadi.
"Tidak ada yang perlu aku jelaskan padamu. Kurasa kau sudah mendengar semuanya tadi", ucap Arthit.
"Pergilah. Aku tidak ingin melihatmu lagi. Kau itu hanya seorang pengganggu didalam hidupku. Kau sudah menghancurkan segalanya. Kau sudah merusak hidupku. Aku membencimu. Aku tak bisa memaafkan semua yang sudah terjadi. Pergi dan lupakanlah kami", ucap Arthit lalu pergi meninggalkan Kongpob yang hanya terdiam.
Flashback. Beberapa menit yang lalu.
Saat ini Arthit dan bu Lee sedang berada di kebun belakang rumah. Keduanya sedang melihat-lihat buah dan juga sayuran. Terkadang Arthit memegangi buah mangga yang dia lihat.
"Oon, apa kau tidak lelah bersandiwara selama ini?", tanya bu Lee memecah kehengingan di antara mereka. Arthit memandangi bu Lee yang berada di samping kirinya.
"Tidak bu", jawab Arthit sambil kembali menyibukkan dirinya melihat-lihat.
"Mau sampai kapan kau akan terus bersandiwara, nak? Kau bahkan berpura-pura melupakan ibumu sendiri. Kasihan nyonya, nak", ucap bu Lee lagi. Arthit kembali memandangi bu Lee.
"Lalu apa yang harus Oon lakukan, bu? Oon juga sebenarnya tidak mau berpura-pura melupakan mae, tapi itu sudah terlanjur terjadi. Mereka juga sudah percaya, terlebih lagi setelah mendengar ucapan dokter Sam. Apa yang harus Oon lakukan?", tanya Arthit.
"Berpura-pura saja kau sudah mengingat nyonya. Nyonya pasti akan senang. Kasihan nyonya, nak. Hanya Oon satu-satunya yang dia miliki saat ini", ucap bu Lee.
"Mae masih memiliki Toptap dan juga istrinya", ucap Arthit.
"Memang nyonya memiliki tuan Toptap dan nona Namtarn, tapi itu akan berbeda. Oon adalah anak kandungnya, sedangkan tuan Toptap bukan anak kandung nyonya", ucap bu Lee. Arthit terdiam.
"Baiklah. Oon akan berpura-pura sudah mengingat mae lagi", ucap Arthit pasrah. Sebenarnya dia tidak mau melakukannya, namun saat dia tersadar dari komanya, wajah Kongpob lah yang pertama kali dia lihat saat membuka matanya.
"Lalu bagaimana dengan, nak Kong?", tanya bu Lee.
"Oon tetap akan berpura-pura melupakannya", ucap Arthit lalu kembali menyibukkan diriya dengan melihat-lihat hasil kebunnya.
"Sampai kapan kau akan terus berpura-pura, nak? Kasihan Kongpob. Dia sudah setia disini merawatmu, membantumu", tanya bu Lee.
"Bu, sudahlah. Oon tidak mau lagi mengungkit masalah ini. Oon akan terus berpura-pura tidak mengingatnya sampai dia menyerah dan pergi dari sini",ucap Arthit.
"Jadi selama ini phii hanya berpura-pura melupakanku?", tanya seseorang. Pertanyaan itu sontak membuat kedua orang yang tadi berbicara kaget dan menoleh pada yang tersebut.
"Nak, Kongpob?", ucap bu Lee terkejut. Arthit segera menutupi rasa terkejutnya dengan kembali melihat-lihat tanaman miliknya. Kongpob mendekati Arthit.
KAMU SEDANG MEMBACA
After One Night Stand
Fanfiction"I hate him", - Arthit - "I really like him. But after that night, he disappeared" - Kongpob -