Chapter 22

3.2K 336 26
                                    

SELAMAT MEMBACA.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

================================

"Makanlah. Jangan memandangiku seperti itu. Kalau jatuh hati padaku, aku tidak mau bertanggung jawab", ucap Kongpob pelan karena Arthit memandanginya yang sedang menyuapkan Bian makan. Arthit yang tertangkap mata memandangi Kongpob itupun mengalihkan pandangannya. Kongpob hanya menggelengkan kepalanya sambil tersenyum.

"Dia sebenarnya sudah takluk padaku. Tapi berpura-pura tidak menyukaiku.  Dasar phii menyebalkan", batin Kongpob. Dia kembali menyuapkan Bian makan. Bian makan sambil berceloteh apa saja.

"Siapa juga yang akan jatuh hati padamu. Jangan percaya diri berlebihan. Masih tampan Bank dari pada kau", ucap Arthit pelan.

"Cih.... Lebih tampan aku dari pada dia. Sama P'Sing saja, lebih tampan aku, padahal kami kembar", ucap Kongpob pelan.

"Terlalu percaya diri", ucap Arthit.

"Aku memang selalu percaya diri. Awas saja kalau kau jatuh hati padaku. Aku tidak akan mau bertanggung jawab", ucap Kongpob.

"Aku tidak akan jatuh hati padamu. Aku tidak mungkin akan jatuh hati pada orang yang terlalu percaya diri sepertimu", ucap Arthit.

"Mama, daddy... Kalian mengapa beltengkal?", ucap Bian sambil memperhatikan Arthit dan Kongpob bergantian.

"Kami tidak bertengkar, sayang. Kami hanya bercanda saja, iyakan daddy?", ucap Arthit lembut pada anaknya, tapi memandang Kongpob dengan tatapan kesalnya.

"Iya sayang. Daddy dan mama tidak bertengkar. Kami malah saling menyayangi", ucap Kongpob lembut pada Bian, namun sesudahnya dia tersenyum mengejek pada Arthit.

"Oh begitu? Bian senang mendengalnya. Bian mau daddy dan mama selalu belsama. Bian tidak mau daddy pelgi lagi. Daddy jangan pelgi lagi na. Bian sayang sama daddy", ucap Bian. Kongpob mengangkat tubuh Bian ke pangkuannya.

"Anak daddy memang anak yang pintar. Daddy juga sayang sama Bian", ucap Kongpob sambil memeluk Bian dengan gemas dan menciun pipi kiri Bian.

"Bian juga sayang daddy. Bian sangat sayang sama daddy dan mama", ucap Bian sambil menarik Arthit untuk lebih mendekat. Bian menarik Arthit hingga wajah Arthit hanya beberapa senti saja dari wajah Kongpob. Arthit mengalihkan rasa gugupnya dengan memeluk Bian, yang mau tak mau dia juga harus memeluk Kongpob.

"Bian, mama kamu belum makan. Biarkan mama kamu makan dulu na", ucap Kongpob pada Bian. Bian melepaskan pelukannya pada Arthit.  Arthit langsung melepaskan pelukannya dan menjauh dari Bian dan Kongpob. Arthit masuk kekamar mandi yang ada di kamar rawat Bian.

"Ah... Shit.. Mengapa jantung ini kembali berdetak tak karuan seperti ini. Sepertinya aku harus periksakan ke dokter", umpat Arthit sambil memegangi dadanya. Arthit memegangi wajahnya.

"Aish.... Mengapa jadi memerah seperti ini? Aku tidak mungkin menyukainya. Aku hanya butuh dia untuk anakku", ucap Arthit saat melihat pantulan dirinya di cermin wastafel. Arthit segera mencuci wajahnya untuk menenangkan dirinya.

Cukup lama Arthit di kamar mandi karena detak jantungnya masih berdetak tak karuan.

Arthit keluar kamar mandi dan terharu saat melihat Kongpob menidurkan Bian yang baru meminum obatnya. Kongpob duduk disofa sambil memangku Bian dipelukannya dan membelai lembut kepala Bian. Meskipun tadi Bian tidak mau tidur, tapi Kongpob mengatakan bahwa dia tidak akan pergi lagi. Dia akan tinggal bersama Bian. Bian pun akhirnya tertidur juga.

"Baringkan saja Bian di tempat tidur", ucap Arthit pelan.

"Nanti saja. Kau makanlah", jawab Kongpob masih terus membelai kepala Bian dengan tangan kanannya.

After One Night StandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang