Sudah beberapa bulan yang lalu Sasya menyelesaikan skripsi. Dan kemarin, Sasya sudah menghadiri wisuda. Kemarin, David dan anak-anak juga datang ke acara wisudanya Sasya.
Dan sekarang Sasya tidak tau apa yang harus dilakukan dirumah untuk mengisi waktunya selain membersihkan rumah, memasak, mengantar-jemput Sunny sekolah, dan menjaga Kevin.
David melarang dia untuk bekerja, lalu apa yang harus dia lakukan dirumah? Bisa mati karena bosan Sasya ini.
Ceklek
Terdengar suara pintu dibuka. Sasya heran siapa yang membuka pintu. David kerja, Sunny sekolah, lalu siapa?
Sasya yang sedang asyik nonton diruang keluarga langsung menghampiri pintu rumah yang terletak disudut ruang tamu.
Berdirilah seorang yang sangat dia cintai namun tidak bisa digapai itu, Sasya hanya tersenyum pahit mengingat itu. Sasya semakin heran, bukankah ini bukan waktunya David pulang?
"Loh kok pulangnya cepat?" Kata Sasya, David hanya meliriknya sekilas lalu melenggang pergi ke kamar. Sasya menghela nafas kasar, dia selalu diacuhkan.
"Kemarin dia baik sekali, sekarang kok jutek lagi" Gumam Sasya sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
Saat Sasya membalikkan badannya, David keluar dari kamar sambil membawa beberapa map dan keluar rumah begitu saja. Lagi-lagi Sasya diacuhkan.
"Dave!!" Pekik Sasya setelah David keluar, dia kesal dengan sikap David yang cueknya keterlaluan, seakan dirinya ini invisible.
****
"Aunty, aku mau beli kue ulang tahun dulu ya" Ujar Sunny saat dia sudah menaiki mobil.
"Buat siapa memangnya?" Ujar Sasya pelan namun dampaknya sangat dahsyat bagi Sunny.
"Aunty! Adik macam apa aunty ini! Hari ini itu ulang tahun mama yang ke-26! Aunty ini ga inget atau ga tau sih! Dasar adik gatau diri!" Bentak Sunny dengab beraninya dia menantang Sasya melalui matanya.
Sasya lupa melihat kalender, belum lagi dia libur jadilah dia lupa kalau hari ini adalah ulang tahun kak Fillia. Tapi Sunny dengan seenak jidatnya membentak Sasya.
"Sunny! Jaga omongan kamu ya! Kurang ajar sekali kamu ini" Bentak Sasya lebih kencang, walau Sunny tidak pernah menganggapnya tapi tetap saja Sasya adalah orang yang lebih tua darinya.
"Lagian aunty sih, aku kan mau beli kue" Kata Sunny sudah mulai menuruni nada suaranya namun masih terdengar kesal.
"Yaudah, kita buat aja dirumah" Kata Sasya masih fokus kejalan. "Ga. Mau." Balas Sunny penuh penekanan.
"Kenapa lagi sih?" Ujar Sasya memberhentikan mobil ditepi jalan. Dia sudah tidak mengerti lagi dengan kemauan Sunny.
"Aku maunya beli! Bukan bikinan aunty!" Sasya hanya melongo tak percaya dengan apa yang barusan Sunny ucapkan, memangnya apa bedanya dengan buatan dia. Justru kalau buat sendiri lebih terjamin.
"kenapa?" Akhirnya Sasya menyuarakan pikirannya. "Karena buatan aunty pasti ga enak dan ga terjamin, lagipula ini kue spesial untuk mama" Jelas Sunny yang lagi-lagi membuat Sasya bingung.
"Yang ada buat sendiri malah lebih terjamin" Sunny hanya melirik Sasya tidak suka.
"Pokoknya aku mau beliiii!!!" Pekik Sunny, dan Sasya menutup telinganya. Pekikkan Sunny dapat membuat telinga siapa saja tuli seketika.
"Sunny, kalau akhirnya dimakan juga buat apa beli? Lebih baik kita buat" Namun sepertinya Sunny tetap pada pendiriannya.
Akhirnya Sasya menghidupkan mesin dan memutar balikkan laju mobil menuju toko kue, dia sudah tidak ingin berdebat lagi dengan Sunny.
Sesampainya ditoko kue, Sunny langsung masuk dan memilih kue yang lumayan besar ukurannya. Tapi yang Sasya bingungkan, untuk apa membeli kue sebesar itu tapi dimakan berempat pun takkan habis.
"Sun, memang yang mau merayakan ulang tahun mama siapa aja?" Tanya Sasya saat melihat apa yang dipilih Sunny.
Sunny memilih kue ulang tahun yang bertingkat tiga dan berukuran besar. Perut siapa yang bisa menghabiskan kue itu dalam satu hari?
"Yang rayain itu aku, aunty, mama, papa, kevin, Pak Fadhil" Ujar Sunny. Pak Fadhil adalah satpam dirumah, Sasya dibuat bingung oleh David, dia memanggil satpam namun tidak dengan pembantu.
Sebenarnya Sasya terkadang suka kelelahan kalau membersihkan rumah yang cukup besar itu. Tapi Sasya mempunyai cara tersendiri agar tidak lelah.
Sasya baru sadar apa yang diucapkan oleh Sunny, mama? Jadi dia masih menganggap mamanya masih hidup? pikir Sasya.
"Sunny, mama kamu itu sudah ga ada. Kamu harus bisa lepasin kepergian mama kamu" Kata Sasya menjelaskan, tetapi, Sunny hanya diam menatapnya.
"Aunty! Mama itu masih ada, aku ngerasain sendiri kalau mama masih ada dan selalu ngikutin aku, mama belum meninggal" Ujar Sunny cukup keras.
"Mama sekarang selalu ada dihati kamu, tapi pada kenyataannya mama kamu sudah meninggal!" Ujar Sasya menjelaskan kebenaran yang ada. Tapi sepertinya Sunny tidak mendengarkannya.
"Dengar, Setiap orang yang sudah meninggal tidak akan hidup kembali. Kalau mama kamu baik dia akan beristirahat dengan tenang tapi kalau jahat dia akan disiksa terus sampai hari kiamat" Sunny hanya menatap Sasya nanar.
"Aunty sama aja ya sama papa, ga percaya sama aku! Cuma Kevin yang percaya" Kata Sunny pelan, matanya sudah berkaca-kaca.
"Yaudah, kita beli kue yang kamu mau.." Ucap Sasya akhirnya, dia hanya menghembuskan nafas panjang.
"Yeayy!" Ujar Sunny dengan tatapan berbinar.
°°°°°
Hey, maaf ya lama ga update. Maaf juga kalau ceritanya banyak ga jelas dan suka typo. Ditunggu next chapternya yaa! :D
Sampai ketemu lagi di chap berikutnya, jangan bosen buat vomments yaa :)
![](https://img.wattpad.com/cover/14226200-288-k315770.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Power Of Love
Любовные романыOrang bilang cinta datang karena terbiasa, aku percaya itu dan aku mengalaminya. Tapi bagaimana kalau yang aku alami sekarang adalah cinta bertepuk sebelah tangan? Dibenci banyak orang bukanlah kemauan semua orang. Tapi itu terjadi padaku. Dan menci...