I Miss You

11.7K 434 26
                                        

Heiii maaf yah baru update sekarang, langsung aja deh yah biar ga penasaran.

Aku jadi gimana gitu nerusin cerita ini, soalnya temen temen yang baca kebanyakan bilang cerita ini ga jelaslah apa lah.

******
Sasya's POV

Mungkin ini yang terbaik, aku harus bercerai dengannya. Aku harus mendatanginya dan membicarakan perceraian ini.

Tapi apa aku sanggup melakukan ini? Apa aku siap menemuinya? Oh sudahlah, aku pasti siap. Besok aku akan menemuinya di rumah. Besok adalah hari libur, dia pasti ada dirumah.

Aku tau aku tak boleh lari dari masalah seperti sekarang, jadi aku harus menyelesaikan masalah ini. Ya itu harus.

*****

Hari ini telah tiba, aku harus sanggup mendatangi rumah itu kembali. Rumah yang telah mengubah hidupku, rumah yang telah menjadi tempat tinggalku setelah menikah dengannya, rumah yang menjadi tempat aku tersenyum karena semua orang yang aku sayangi ada disana, rumah yang ditempati olehnya, orang yang sudah mengisi hatiku, orang yang sangan berarti bagi hidupku saat ini.

Dia adalah David.

Aku berjalan keluar dari kamarku, didepanku sudah terlihat Elsye yang sedang memperhatikanku.

"Mau kemana?" Tanya Elsye sambil menguap dengan berhelai-helai rambut yang mencuat kesana kemari. Aku tertawa kecil melihat dirinya yang baru saja terbangun dari tidurnya.

"Aku ingin pergi menemui David," ujarku yang langsung membuat ia berhenti menguap dan menatapku tak yakin.

"Kalo belum siap ketemu dia, mending ga usah lah," kata Elsye sambil menatapku khawatir. Dia memang perhatian padaku.

Elsye menatapku dengan tatapan khawatir sekaligus memohon. "Gak apa, aku udah siap kok. Lagian aku juga gak boleh lari dari masalah, benar?" Elsye hanya mengangguk setuju dengan ucapanku.

"Tunggu aku mandi, aku anterin."

"Gak usah, terima kasih Elsye. Aku naik taksi aja," jawabku dengan cepat. Aku tidak ingin merepotkannya lagi. Aku sudah banyak sekali merepotkan Elsye.

"Gak ngerepotin kok, kamu itu temanku sekarang. Jadi aku ingin membantumu," kata Elsye sambil berjalan masuk ke kamar mandi yang terletak dikamarnya.

Aku terduduk di pinggiran tempat tidur setelah Elsye benar-benar memasuki kamar mandi dan menutup pintunya. Sambil menunggu Elsye, aku mempersiapkan mental agar tidak gugup saat bertemu dengannya.

Setelah menunggu cukup lama, akhirnya Elsye keluar dari balik pintu kamar mandi dengan handuk melilit di tubuhnya.

Ia berjalan ke dalam walk in closet dan menutup pintunya. Setelah beberapa saat akhirnya ia keluar dan duduk didepan meja rias.

"Jadi, apa rencanamu? Rujuk kembali? Atau.." ujar Elsye menggantung kalimat terakhirnya.

"Aku akan meminta perceraian," ujarku ragu. Aku tidak ingin bercerai. Tapi mau bagaimana lagi, aku tidak ingin ini terjadi lagi.

"Baiklah, itu keputusanmu. Jika itu yang terbaik maka aku akan mendukung keputusanmu." Kata Elsye sambil mengoleskan lipstick ke bibirnya.

*****

Kami telah tiba di depan bangunan yang sangat familiar, aku merasakan jantungku berdetak dengan kencang.

Aku harus siap.

"So?" Tanya Elsye sambil menatapku dengan pandangan bertanya. Aku hanya mengangguk dan keluar dari mobil.

Aku menarik nafas dalam-dalam lalu menghembuskannya. Aku harus siap.

The Power Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang