What Da Hell?

12.3K 325 14
                                    

Hey, maaf updatenya lama banget. Selama ini aku sibuk jadi susah banget buat buka wattpad, banyak ulangan, trus ada pelantikan gitu. wkwk

Makasih yahh yang udah luangin waktunya buat baca cerita KEREN ini hehe.

Maaf ya dipart sebelumnya aku kaya nyuruh kalian buat nge vote cerita ini, itu cuma iseng doang kok :D *piece

Aku sihh pengennya banyak komen gituu, udahlah yuk langsung aja baca cerita.

Salam wakwaw :D

bapak mana bapak? *lol

°°OOO°°

Sasya keluar dari toilet dan langsung berhadapan dengan David. Untung saja dia sudah mencuci mukanya dan memoleskan sedikit make up untuk menutupi wajah sembabnya yang habis menangis.

"Ke toilet lama banget sih, Sya" Gerutu David, dengan entengnya dia berkata. Sasya menahan suaranya agar tetap stabil.

"Maaf, tadi toilet yang satunya lagi diperbaikin, jadinya ngantri deh" Dusta Sasya, tidak mungkin kan kalau dia bilang 'aku habis nangis' bisa ditanyakan terus kalau dia jujur.

"Kamu abis nangis? Mata kamu sembab gitu" Tanya David, Sasya hanya bisa menggelengkan kepalanya. Dia tidak sanggup berkata-kata lagi, dia ingin menangis lagi rasanya. Tapi dia tidak boleh menangis seperti itu lagi.

" Yakin?" Tanya David sambil menaikkan satu alisnya dan Sasya hanya menganggukan kepalanya. "Yaudah kita pulang, ini udah malem" Kata David lalu jalan meninggalkan Sasya yang masih terdiam ditempatnya.

"Kita mau pulang langsung atau makan dulu nih?" Tanya David saat menjalankan mobilnya, dipesta tadi Sasya dan David memang belum makan. "Terserah, Dave" Jawab Sasya sekenanya.

"Yaudah kita makan dulu aja" Dengan rasa kecewa Sasya menganggukan kepalanya, dia sebenarnya ingin cepat pulang. Tapi, kalau dia bilang ingin pulang David pasti akan mencurigai sikapnya.

*****

"Dave, Camelia itu siapa kamu?" Tanya Sasya, sekarang mereka sedang berada di cafe yang cukup ramai walau sudah malam.

"Oh dia itu temen lama aku, baru akhir-akhir ini aku ketemu dia lagi" Ujar David santai sambil meneruskan suapannya.

"Wajahnya... Mirip Fillia yah" Gumam Sasya pelan namun dapat di dengar oleh David yang seketika langsung menegang disana. Sasya merutuki kebodohannya, dia berbicara mengenai Fillia diwaktu yang tidak tepat. Akhirnya mereka hanya menghabiskan makan malam dalam diam.

"Udah malem nih, pulang yuk" Ujar Sasya setelah mereka selesai makan, David hanya menganggukan kepalanya.

*****

Sasya terbangun karena sinar matahari yang menerpa wajahnya, dia berusaha bangkit namun tidak bisa karena dirinya dipeluk erat oleh David yang tertidur disampingnya.

"Dave, bangun" Ujar Sasya saat David tak kunjung melepaskan dirinya dari pelukannya.

"Dave, tolong lepaskan aku kalau kamu ga mau bangun" Ujar Sasya cukup keras dan hanya dijawab dengan gumaman David. Akhirnya Sasya hanya pasrah dan kembali merebahkan dirinya.

Dia memperhatikan wajah David yang sempurna, rambutnya yang berwarna coklat, matanya yang sedang tertutup bila terbuka akan membuat pria ini lebih tampan dengan bola matanya yang berwarna biru, hidung yang mancung, bibir yang terlihat sexy itu, dan rahang yang kokoh.

Bagaimana bisa dia tidak mencintai pria yang ada dihadapannya ini? Yang sangat didambakan wanita-wanita diluar sana.

Sasya sangat berharap David juga mencintainya, seperti dirinya mencintai David. Sasya menghembuskan nafas lelah, dia tidak bisa berharap lebih.

Saat Sasya melihat mata David, pandangan mereka beradu, Sasya semakin gugup, ternyata David sudah bangun dan tidak melepaskan pandangannya dari Sasya, belum lagi kedua lengan David yang masih memeluknya.

"Hey" Sapa Sasya canggung.

"Hey" Balas David, masih menatap Sasya lekat.

"Dave.."

"Kenapa, hm?"

"Singkirkan tanganmu" Ujar Sasya, David langsung menggelengkan kepalanya tanda tidak mau. "Kau menggangu tidurku" Kata David.

"Maaf"

"Hm"

"Tolong lepasin pelukannya" Ujar Sasya memelas, namun bukannya melepaskan pelukannya, David malah semakin mengeratkan pelukannya dan menghapus jarak antara Sasya dengan dirinya.

"Da-dave.." Seru Sasya gugup, David hanya menahan senyum saat melihat Sasya yang semakin gugup. Ingin sekali David terkekeh tapi dia harus menahannya didepan Sasya.

"David.. Kumohon, lepaskan aku" Ujar Sasya memelas lagi, akhirnya David melepaskan pelukannya dan terkekeh melihat Sasya yang menghembuskan nafas lega.

Sasya menatap sebal kearah David yang sedang terkekeh, sikap David benar-benar membingungkan, dalam sesaat dia bisa berubah menjadi dingin dan bisa berubah menjadi frendly.

Sasya juga sangat bingung dengan David, dia bisa membuat Sasya terbang melayang ke langit dan dalam sekejap menghempaskan Sasya ke tanah.

The Power Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang