Wake up, please

9.5K 319 8
                                    

David berjalan menuju bangku taman dengan pikiran yang melayang entah kemana, semua orang pun tahu kalau ia sedang putus asa.

Dia duduk dibangku taman tersebut sambil merenungi bagaimana bisa Sasya terjauh dari tangga. Apa karena dressnya yang panjang? Apa karena tempat itu gelap? Tak ada yang tahu. Semua ini adalah takdir Tuhan dan ia hanya bisa berdoa agar Tuhan menyelamatkan wanita yang ia cintai.

David sangar takut kehilangan Sasya, dia tidak ingin tinggal pergi untuk kedua kalinya. Disaat ia sudah mencintai wanita dan lagi-lagi ia ditempatkan pada posisi seperti sekarang ini. Hanya bisa menunggu dokter yang menyampaikan sesuatu padanya.

Jika Sasya benar-benar meninggalkannya, dia akan sangat menyesal karena tidak bisa menjaga wanita yang hadir dalam hidupnya untuk kedua kalinya.

David mengeluarkan ponsel dari kantung sebelah kanan celananya. Dia membuka gallery dan melihat foto-foto Sasya yang ia ambil secara diam-diam.

Ia tersenyum saat menggeser layar dan menemukan Sasya yang tertidur dengan wajah bak malaikan cantik nan imut.

"Hei, boleh aku duduk disini?" tegur seseorang yang membuatnya langsung menekan tombol power untuk mengunci ponselnya. Ia mendongak dan menemukan Camelia yang berdiri tepat dihadapannya. David hanya menjawabnya dengan anggukan.

"Aku turut sedih atas kejadian yang menimpa Sasya. Jangan sedih Dave, dia pasti akan baik-baik saja," ujar Camelia sambil mengusap-usap punggung David saat ia sudah duduk disampingnya.

"Dia sedang hamil saat ini," akhirnya David buka suara. Dan itu cukup membuat Camelia tercengang.

Kevin tiba-tiba datang menghampiri ayahnya dengan Sunny yang menggandengnya dan Sean yang mengikuti mereka dari belakang.

"Papa, Kevin ngantuk, Kevin mau pulang," ujar Kevin dengan mata yang memerah menahan kantuk. Akhirnya David dengan terpaksa menyuruh Sunny dan Kevin pulang dengan Sean. Sementara ia tetap dirumah sakit bersama Elsye dan Camelia.

David, dan Camelia segera kembali ke dalam rumah sakit, sedangkan kedua anaknya dan Sean pulang ke rumah. Di depan ruang UGD terlihat Elsye yang duduk menyendiri. "Mel, Sye, lebih baik kalian pulang bersama Sean. Ini sudah malam."

Elsye menegakkan duduknya dan menatap David sebal,"No, aku akan tetap disini."

"Ini sudah malam, kalian wanita. Sebaiknya segera pulang." Camelia mengangguk setuju dan segera menarik lengan Elsye yang sedang terduduk.

"Ayo pulang, kita akan kembali ke sini nanti pagi," kata Camelia dan akhirnya Elsye setuju.

"Maafkan aku tidak bisa mengantar kalian pulang." Ujar David, Camelia dan Elsye memaklumi keadaan David dan akhirnya mereka berdua ikut pulang menyusul Sean. Tinggalah David seorang dirumah sakit. Dan akhirnya setelah menunggu lama dokter yang menangani Sasya keluar dari ruang UGD.

"Keluarga Mrs. Sasya Harrigan?" Ujar Dokter tersebut. Setelah beberapa David menunggu dalam kesendirian.

"Saya suaminya dok, gimana dok?" Jawab David dengan cemas.

"Mrs. Sasya Harrigan mengalami keguguran dan pendarahan yang cukup serius, untungnya ia tak mengalami patah tulang," ujar dokter yang langsung membuatku terdiam. Ia sangat menyesal tidak bisa melindungi Sasya yang sedang mengandung anaknya, buah hati mereka. Bayi itu bahkan belum melihat bagaimana indahnya dunia.

Andai ia tetap bersama dengan Sasya, mungkin dia tak akan mengalami hal seperti ini. Bayi yang belum terlahir itu pun tak akan menggalkannya terlebih dahulu. Namun ia masih bersyukur Sasya tidak meninggalkannya juga, ia yakin Sasya kuat.

Dokter yang melihat David termenung pun turut prihatin "Saya mohon maaf tidak bisa menyelamatnya kandungannya. Saya sudah berusaha semaksimal mungkin, namun takdir berkata lain." Kata dokter yang tersirat akan makna agar David tidak menyalahkan dirinya sendiri.

"Iya dok." Jawab David memberikan senyum tipis kepada dokter tersebut. "Lalu bagaimana keadaan istri saya sekarang?"

"Istri anda sudah bisa dipindahkan ke ruang inap." Kata dokter lalu ia pamit. David segera mengurus administrasi untuk perawatan Sasya. Seberapa mahal pun ia akan bayar agar Sasya bisa kembali pulih seperti sedia kala.

*****

Saat pagi tiba, Camelia segera kembali ke rumah sakit dan menemukan Sasya yang sudah dipindahkan ke ruang VIP sedang terbaring tak sadarkan diri, dan David yang tertidur dikursi samping tempat tidur sambil menggenggam tengan Sasya.

"Dave, bangun, aku sudah membawakanmu makanan." Camelia membangunkan David dan meletakan makanan yang ia bawa di nakas samping tempat tidur.

David terbangun melihat siapa yang datang, ia segera pergi ke kamar mandi yang ada diruangan ini dan mencuci wajahnya. Sekembalinya ia melihat Camelia yang sedang menghadap jendela sambil berbicara dengan telepon.

David berdeham dan itu langsung mengagetkan Camelia lalu ia segera mematikan ponselnya. "Dave, k-kau sudah berapa lama berdiri disana?"

David menyadari ada yang aneh dengan Camelia, ia terlihat kaget dan ketakutan. Namun ia tak ambil pusing hal tersebut. "Baru saja, ada apa?"

"Nothing, sepertinya aku harus kembali ke kantor ayahku." Kata Camelia lalu ia segera berpamitan pada David dan tak lupa menyuruh David memakan makanan yang ia bawakan.

Tinggalah David dengan disini, David segera memakan makanan yang Camelia bawakan sambil menunggu Kevin dan Sunny yang akan kesini setelah mereka sekolah.

David duduk di bangku samping ranjang tempat Sasya tertidur. Menatap wajah Sasya yang sangat memilukan baginya. Dia sangat menyesal telah membiarkan Sasya sendiri hingga terjadi hal seperti ini. David menautkan jemarinya dengan jemari Sasya, lalu ia mencium punggung tangan Sasya.

"Maafkan aku, aku ga bisa jaga kamu dan bayi yang bahkan belum melihat ayah dan ibunya." Ujar David penuh penyesalan. Dia menatap mata Sasya yang tak kunjung terbuka, tetapi ia yakin suatu saat mata itu akan terbuka.

"I'm sorry, I'm so sorry. Please wake up, baby," kata David lalu mengecup kembali tangan Sasya dengan lembut.

*****

Di lain tempat Sean terlihat kesal, ia menggebrak meja dengan spontan setelah melihat tayangan rekaman CCTV saat Sasya terjatuh dari tangga. Ia benar-benar tak akan memaafkan wanita itu, walau dulu ia sempat menyukainya.

Sean sangat yakin bahwa Sasya sahabatnya sedari dulu tak mungkin jatuh ditangga seperti itu, karna Sasya adalah salah satu orang yang berhati-hari dalam melangkah. Selain itu, perasaan dia mengatakan kalau ada dalang dibalik kejadian ini.

Sean percaya dengan feelingnya yang terkadang sangat kuat dan benar mengenai sesuatu. Karena itu ia datang ke tempat pesta tadi malam dan meminta rekaman CCTV saat kejadian itu terjadi.

Setelah mengantar Sunny dan Kevin ke sekolah mereka, Sean segera bergegas pergi kesini dan ia mendapatkan barang bukti agar bisa memenjarakan pelakunya.

Ia mengeluarkan ponsel yang ada disakunya lalu menghubungi David. Jika dia ingin melaporkan tindak kriminal ini ke polisi, ia harus mendapat izin dari David yang memang berwenang dalam kejadian ini.

Terdengar suara David yang menanyakan ada apa. "Sasya jatuh karena di dorong." Ujar Sean langsung to the point. David yang mendengar itu kaget bukan main.

Dave pikir ini karena keteledoran Sasya yang tersandung dressnya sendiri.

"Tidak Dave, ia didorong aku melihatnya di rekaman CCTV gedung, aku akan menyerahkan ini ke pihak berwenang." Dave pun menyetujuinya dan bertanya siapa pelakunya.

Sean menghembuskan nafas panjang, "Camelia." Dengan berat hati Sean menyebutkan nama tersebut.

><><><><><><><

HALOOO READERS!

SATU PART LAGI ABIS KAYANYA CERITA TPOL.

JANGAN LUPA YAAA BACA CERITA BARU AKU, BELUM DI PUBLISH SIHH HEHEHEHE

CERITANYA BERGENRE TEENFICTION, SEMOGA KALIAN SUKA YAAA!

JABGAN LUPA VOMENT YANG BANYAK HIHIHIHI

The Power Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang