Setelah membeli kue dan meletakan kardus kue tersebut dibagasi mobil, Sasya langsung mengendarakan mobilnya dengan pelan menuju tempat dimana Kevin berada.
Selain menjemput Sunny di jam 10:00, Sunny juga harus menjemput Kevin. Kevin berangkat saat jam 9:00 dan pulang jam 11:00, sementara Sunny berangkat jam 6:30. Jam yang tidak pad seperti itu membuat Sasya kesal.
Setelah melewati perjalanan yang cukup dipadati kendaraan, sampailah Sasya dan Sunny di TK tempat Kevin sekolah, yah semacam playgroup.
Sekarang sudah jam 11 siang, dan tepat sekali saat Sasya sampai di depan gerbang bel pun berbunyi dan anak-anak seusia Kevin berhamburan keluar kelas.
"Aunty! Ayo kita pulang" Kata Kevin saat memasuki mobil, sekarang Kevin dan Sunny duduk dikursi belakang.
Sesampainya dirumah, setelah makan siang, Sunny langsung berjalan menghampiri telepon rumah dan mencari nomor seseorang dibuku kontak.
"Hallo oma!" Ujar Sunny pada orang yang dihubunginya, ternyata dia menelpon oma pikir Sasya yang sedari tadi memperhatikan Sunny.
"Oma, datang kerumah Sunny dong, kita rayain ulang tahun mama" Hanya ucapan Sunny yang dapat Sasya dengar.
"Ok, Sunny tunggu nanti sore ya" Dan berakhirlah percakapan Sunny dan Oma.
"Sunny, kamu nelpon oma?" Tanya Sasya, kepo.
"Iya, katanya nanti sore oma dateng buat rayain ulang tahun mama" Ujar Sunny semangat dengan senyum lebar.
"Oh, yaudah kamu sama Kevin sekarang tidur siang dulu, nanti oma dateng aunty bangunin" Sunny langsung mengangguk semangat lalu berlari ke kamarnya bersama Kevin.
Setelah berpakaian rapi, Sasya segera pergi meninggalkan kedua anak yang sedang tidur.
Sesampainya di makam Fillia, dia langsung berjongkok yang bertumpu pada kedua lututnya dan meletakkan bunga yang tadi sempat dia beli saat dalam perjalanan menuju tempat ini.
"Kak, apa kabar disana? Selamat ulang tahun kak! Maafin aku karena jarang banget dateng kesini. Kak, aku sudah menikah.. dengan David, aku sudah menuruti apa yang kakak mau" Ujar Sasya sambil menyentuh nisan yang bertuliskan nama sang kakak.
"Maafin aku kak, aku malah jatuh cinta sama suami kakakku sendiri, bodoh banget ya aku.. Aku emang adik yang gatau terima kasih" Setelah jeda yang lumayan lama, Sasya akhirnya meneruskan ucapannya.
Dadanya sakit, matanya memanas, dia ingin sekali menangis. Biasanya kakaknya yang akan menenangkannya, namun sekarang sudah tidak ada lagi yang dapat menenangkannya.
Sasya terus menahan air matanya agar tidak keluar, namun gagal. Setitik air mata jatuh dari matanya dan disusul dengan titik air yang lebih banyak dari matanya.
"Aku jatuh cinta sama David kak, tapi dia masih cinta sama kakak.. Bahkan dia selalu acuh sama aku, aku tau aku memang ga sesempurna kakak, tapi bisakah aku mendapatkan cintanya David?" Sasya melepaskan semua yang ada dipikirannya, dia menangis terisak di depan makam kakaknya.
"Aku benar-benar gatau harus cerita sama siapa lagi, aku ga punya siapa-siapa lagi, mama, papa, kak fillia.. Semua ninggalin aku, tapi kapan aku akan menyusul kalian?" Yah tidak ada teman curhat untuk Sasya lagi sekarang, mereka telah meninggalkan Sasya.
"Semua orang terdekatku meninggal, apa salah aku sebenarnya? Apa aku pembawa sial bagi orang-orang yang dekat denganku? Demi tuhan aku tidak ingin seperti ini" Jeda Sasya masih menangis.
"Aku mencintai seseorang, tapi dia tidak menganggapku, aku memiliki orang terdekat tapi mereka meninggalkanku, aku punya keluarga baru tapi mereka selalu memusuhiku" Lanjut Sasya
"Aku sendiri disini.." Lirih Sasya lalu mengusap air matanya.
"Makasih kak, udah mau dengerin cerita aku, aku harus pergi" Ujar Sasya lalu bangkit dan berjalan meninggalkan makam kakaknya.
Saat ingin keluar dari daerah pemakaman, tangannya dicekal oleh seseorang dan saat Sasya berbalik dia hanya membelalakan matanya.
"Aku dengar semua yang kau ucapkan tadi! Kenapa kau berkata seperti itu? Itu sangat menyakiti Fillia, kau tau itu!" Ujar David pelan namun penuh dengan penekanan, Sasya jadi takut dengan David yang sedang menatapnya tajam dan sangat mengintimidasi.
"Ak-aku.. Aku.. Ma-maafkan aku" Hanya itu yang dapat keluar dari mulut Sasya, itu pun tidak jelas karena Sasya tiba-tiba saja kehilangan keberaniannya.
"Kau salah jika terus menceritakan isi hatimu pada Fillia, dia sudah tenang disana dan kau malah mengusiknya kembali! Asal kau tau, kau memang pantas sendiri di dunia ini!" Ujar David menusuk.
"Yah.. Aku memang pantas" Ujar Sasya bergetar karena menahan tangis.
"Sekarang kau pulang, dan jangan pernah meninggalkan Kevin dan Sunny sendiri dirumah, jangan ulangi ini lagi" Ujar David masih menatap Sasya tajam lalu melepaskan cekalannya pada lengan Sasya.
Diperjalanan pulang Sasya tidak bisa menahan tangisnya lagi, dia benar-benar tidak bisa membenci David.
'kau memang pantas sendiri di dunia ini' kata-kata David terus memenuhi pikirannya, dan lagi-lagi bulir-bulir bening terjatuh melewati pipinya.
Akhirnya Sasya menepikan mobilnya ditepi jalan dan mematikan mesin mobil. Dia tidak bisa mengendarai mobil kalau dia sedang barada dalam keadaan hati yang kacau.
Setelah puas menangis, Sasya segera menyalakan mesin mobil, kepalanya sudah sangat pusing dan wajahnya sangat berantakan, dia ingin cepat-cepat pulang.
°°°°°
Akhirnya chapter ini selesai, maaf kalau ceritanya kurang dapet feelnya, kurang banyak ceritanya, kurang nyambung judul sama isinya, dan berbagai kurang lainnya.
Ditunggu aja ya kelanjutannya, semoga aja updatenya cepet, Amiiinn.
Jangan bosen-bosen ya untuk Vote & Comment, semakin banyak Vomments aku jadi semakin semangat nulisnya. :D
Bye! Salam 5 jari :p
![](https://img.wattpad.com/cover/14226200-288-k315770.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Power Of Love
RomanceOrang bilang cinta datang karena terbiasa, aku percaya itu dan aku mengalaminya. Tapi bagaimana kalau yang aku alami sekarang adalah cinta bertepuk sebelah tangan? Dibenci banyak orang bukanlah kemauan semua orang. Tapi itu terjadi padaku. Dan menci...