He Knows

10K 305 3
                                        

David sedang menunggu Sasya yang tak kunjung pulang. Setelah sampai rumah tadi, Sunny dan Kevin segera pergi ke kamarnya untuk istirahat karena kelelahan.

Sementara David, kantuk sudah menyerangnya sejak tadi. Namun, David tidak ingin tidur dan masih setia duduk di bangku teras rumahnya menunggu sang istri yang belum juga menyusulnya pulang.

Hari memang masih sore, dan Sasya belum juga pulang itu wajar. Tapi, ada satu hal yang sedari tadi David khawatirkan. Sasya yang sangat ingin mendonorkan ginjalnya ini belum juga pulang dari rumah sakit dan David takut Sasya benar-bnar masih beniat mendonorkan ginjalnya.

David mengacak-acak rambutnya frustrasi sambil mencoba menelpon Sasya. "Angkat dongg" Ujar David berharap, namun lagi-lagi operator yang menjawab dan berkata bahwa nomor tersebut sedang tidak aktif.

Karena tidak tahan dengan keadaan seperti ini, akhirnya David masuk ke dalam rumah dan menyambar kunci mobilnya yang tergeletak di meja. Dia menyesal telah meninggalkan Sasya di rumah sakit.

Dengan terburu-buru David mengendarai mobilnya menuju rumah sakit tempat ibunya dirawat dan meninggalkan Kevin dan Sunny yang sedang tidur dirumah.

*****

"Dave? kok balik lagi?" Tanya Laura saat David masuk ruangan Mrs.Amy dengan terburu-buru.

"Sasya mana?" Ujar David saat melihat sekeliling ruangan namun tidak juga menemukan Sasya.

"Tadi sih dia bilang mau ke kantin." Jawab Laura dengan santai. David segera pergi setelah mengetahui keberadaan Sasya, dia segera pergi menuju kantin.

Sesampainya dikantin rumah sakit, David mengedarkan pandangannya dan tidak melihat keberadaan Sasya. Dia berdecak kesal dan segera berbalik menuju lorong-lorong rumah sakit.

Saat sedang berjalan menuju lift, David melihat Sasya yang keluar dari ruang spesialis ginjal. David beranjak untuk menghampiri Sasya. Namun terlambat, Sasya sudah berjalan dengan cepat memasuki lift dan pintu lift pun tertutup.

"Damn!" David segera menyusul Sasya melewati tangga darurat.

Sesampainya David diruang Mrs.Amy, dia menemukan Sasya yang sedang duduk dan berbicara dengan Mrs.Amy, suara mereka terlalu kecil jadi tidak terdengar oleh David.

"Sya, kamu darimana tadi?" Tanya David yang langsung mengagetkan Sasya.

"Aku.. Aku dari taman belakang tadi" Dusta Sasya kepada David yang hanya tersenyum miring karena sudah mengetahui kalau Sasya sedang berbohong.

"Hm? Really?" Ujar David sambil menaikan satu alisnya.

"Mmm.. Ya" Kata Sasya ragu-ragu. David segera menarik tangan Sasya agar berdiri dan berhadapan dengannya.

"Bukannya dari ruang spesialis ginjal?" Sasya langsung menegang. "Masih mau donorin ginjal, Sya?" Tanya David mengintimidasi.

"Hah? Kamu tau?" Dengan wajah bodohnya Sasya bertanya, David hanya tertawa kecil melihat tingkah Sasya.

"Of course I know," David mengulum senyum saat melihat Sasya yang salah tingkah.

"Kok bisa sih?" Gumam Sasya seperti bicara sendiri.

"Bisalah, pokoknya kamu batalin perjanjian kamu yang mau donorin darah buat mama itu." Tegas David, Mrs.Amy yang mendengar itu pun terkaget dan langsung menyorotkan mata tajamnya pada Sasya.

"Maaf," Kata Sasya dengan cengirannya kepada Mrs.Amy yang hanya menggelengkan kepalanya.

"Dave, bicaranya jangan keras-keras dong, mama ngedenger kan tuh jadinya, nanti dia gamau nerima ginjal aku," David yang mendengar itu pun lantas tertawa

The Power Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang