This Is Party?

13K 320 11
                                    

"Kevin? Kok udah bangun?" Ujar Sasya saat sampai rumah dan melihat Kevin yang sedang duduk disofa sambil menonton televisi.

"Aku gak bisa tidur, aunty. Kata kak Sunny mama hari ini ulang tahun ya?" Tanya Kevin namun matanya masih fokus ke televisi.

"Iya sayang, nanti oma juga mau dateng" Kata Sasya lalu ikut duduk disamping Kevin. Dan Kevin hanya menganggukkan kepalanya.

"Aunty, matanya kenapa?" Tanya Kevin saat melihat matanya Sasya.

"Oh ini, gapapa kok" Ujar Sasya sambil mengusap matanya.

"Aunty abis nangis?" Tanya Kevin lagi dan Sasya hanya menggelengkan kepalanya.

Ceklek

"Papa pulang" Ujar David saat menemukan Kevin yang sedang menonton televisi bersama Sasya. Kevin langsung berlari dan memeluk papanya.

"Sunny masih tidur siang ya?" Ujar David kepada Kevin yang sekarang sudah berada digendongannya.

"Iya, nanti sore kak Sunny mau ngerayain ulang tahun mama" David mendadak kaku saat mendengar ucapan Kevin. Suasana mendadak tegang.

"Yaudah Kevin mandi gih sana, udah bisa mandi sendiri kan?" Akhirnya Sasya mencairkan suasana, Kevin mengangguk dan turun dari gendongannya David.

"Ada apa dengan matamu? Kau habis nangis?" Tanya David, Sasya tidak menjawab melainkan beranjak pergi dari sana, namun lengannya ditarik oleh David.

"Jawab aku, Sya.. Jangan pernah acuhkan aku seperti itu" Ujar David sambil menatap Sasya dengan tatapan.. Khawatir?

"Tidak" Jawab Sasya singkat, "Bohong, kalau kau menangis karena aku, maafkan aku.. Aku lepas kendali tadi" Ujar David pelan.

Sasya segera menghempaskan lengan yang dicekal David lalu pergi meninggalkan David yang penuh dengan rasa bersalah.

David hanya menghembuskan nafas kesal, dia benar-benar merutuki dirinya. Dia lepas kendali saat itu, saat dimana dia benar-benar yakin kalau Sasya jatuh cinta padanya.

Dia tidak suka kalau adik iparnya sendiri malah jatuh cinta padanya, tapi bagaimana pun juga Sasya tetaplah istri sah David.

****

Setelah merayakan ulang tahun Fillia, Sasya segera membereskan piring-piring kotor. Sebenarnya yang dilakukan Sunny menurut Sasya salah, seharusnya mereka pergi ke makam, bukannya merayakan seperti itu.

Tapi itu kan kemauan Sunny, jadi Sasya dan yang lain pun tidak bisa berbuat apa-apa. Sunny adalah anak yang keras kepala, setiap kemauannya harus dituruti.

Saat merayakan ultah Fillia tadi, Mamanya David, Laura (Adik David), Haris (Adik Ipar David), dan Elsye pun ikut serta dalam acara itu, mereka hanya pasrah saat ikut merayakan.

"Tante Laura! Jangan dimakan kuenya, itu untuk mama" Pekik Sunny saat melihat Laura ingin memakan kue yang masih tersisa banyak itu. Dan keadaan pun langsung hening seketika.

Semua terheran dengan kata-kata yang keluar dari mulut Sunny. Fillia telah meninggal dan Sunny masih menganggap Fillia ada.

Setelah Mrs. Amy a.k.a Mamanya David mengisyaratkan agar Laura pergi, Mrs. Amy langsung berjongkok didepan Sunny dengan kedua tangannya yang memegang pundak Sunny.

"Kenapa untuk mama, Sayang? Mama kan sudah meninggal?" Tanya Mrs. Amy ramah.

"Mama belum meninggal, Oma. Mama masih ada" Ujar Sunny polos.

"Mama kamu sudah meninggal dan dia takkan pernah kembali" Tegas Mrs. Amy, dia tidak ingin cucunya selalu beranggapan Fillia masih ada dan cucunya akan berakhir dirumah sakit jiwa.

"Mama masih ada!! Oma sama aja sama papa, gak ada yang percaya Sunny! Cuma Kevin yang percaya Sunny" Pekik Sunny

"Eh ada lagi deh ga cuma Kevin, aunty Sasya juga percaya sama Sunny" Lanjut Sunny. Mrs. Amy langsung menatap tajam ke arah Sasya yang sudah melongo tak percaya.

David yang mendengar itu pun pergi ke kamarnya, dia tidak percaya Sunny bisa beranggapan seperti itu. Dia benar-benar tidak suka dengan perkataan Sunny, dan seharusnya dia tidak suka juga dengan Sasya, tapi dia tidak bisa lakukan itu karena dia yakin Sasya tidak mungkin seperti itu.

Sasya tidak pernah mempercayai Sunny tentang Fillia, dia kan hanya 'yaudah' pada saat itu dan maksud perkataan Sasya, dia tidak ingin berdebat bukannya mempercayai Sunny.

"Kita butuh bicara" Ujar Mrs. Amy di depan Sasya dan berlalu, Sasya langsung mengekori langkah Mrs. Amy yang menuju ke gazebo di belakang rumah. Mereka tidak duduk di gazebo, mereka berdiri di depan gazebo.

"Jelaskan semuanya sekarang!" Perintah Mrs. Amy sambil memandang Sasya dengan sengit.

"Aku gak pernah bilang gitu, pas beli kue tadi, Sunny berkata seperti yang dia ucapin ke mama dan aku cuma berkata 'yaudah' maksudnya aku tidak ingin berdebat bukannya percaya dengan omongan Sunny" Jelas Sasya sambil menunduk kepalanya takut.

"Nah itu dia kesalahan kamu, Sunny masih kecil dan kamu bilang yaudah pasti dia beranggapan kalau kamu percaya!" Bentak Mrs. Amy pada Sasya.

"Dan satu lagi! jangan panggil saya mama, saya gak sudi dipanggil seperti itu sama kamu!" Ujar Mrs. Amy sambil menunjuk Sasya dengan jari telunjuknya.

"Tapi kan aku gak bilang kalau aku percaya" Mrs. Amy hanya mencibir dan membuang muka saat mendengar perkataan Sasya.

"Dan satu lagi! jangan panggil saya mama, saya gak sudi dipanggil seperti itu sama kamu!" Ujar Mrs. Amy sambil menunjuk Sasya dengan jari telunjuknya.

"Ya tante" Ujar Sasya sedih, dia tidak menyangka semua orang di sini membencinya, mertuanya, adik iparnya, anak angkatnya, bahkan suaminya sendiri?

Sasya merasa sendiri walau sebenarnya dia dikelilingi orang-orang terdekat (saat dulunya).

"Udahlah! Apa sih sebenernya mau kamu? Kamu mau ngerusak keluarga yang udah Fillia buat? Kamu tuh bener-bener ya! Apa salah Fillia? Kamu tuh slalu iri sama dia!" Bentak Mrs. Amy berapi-api.

"Aku gak bermaksud hancurin keluarga kak Fillia" Ujar Sasya masih menundukkan kepalanya, suaranya bergetar karena menahan tangis.

Kenapa mereka selalu beranggapan dialah yang jahat? Kenapa mereka selalu berkata seperti itu seakan dia iri dengan Fillia? Yah dia memang iri, tapi dia tidak mungkin berbuat jahat seperti itu pada kakaknya sendiri. Pikir Sasya.

"Gak bermaksud kata kamu? Kamu merebut David, dan ingin membuat Sunny masuk rumah sakit jiwa, itu yang kamu bilang gak bermaksud?" Ujar Mrs. Amy karena kesal dengan Sasya yang terus menyangkal.

"Ah sudahlah!" Ujar Mrs. Amy frustasi lalu mendorong Sasya ke samping agar Sasya minggir.

Barulah Sasya mendongak dan jatuhlah bulir-bulir bening dari mata Sasya, dia terisak dalam diam.

Sementara itu, David yang sedari tadi berada di balkon menyaksikan semuanya. Dia tidak ingin membela Sasya, dia hanya menyaksikan walau tidak bisa mendengar percakapan mereka.

David bingung, dia sudah berniat membuka hatinya untuk Sasya, tapi dilain sisi dia masih mencintai Fillia dan jika dia mencintai Sasya rasanya sangat tidak adil untuk Fillia walau pada kenyataannya Fillia sudah tidak ada dan tidak seharusnya dia masih membesarkan rasa cintanya terhadap Fillia.

Kepalanya pening memikirkan itu semua, dia tidak tau harus bagaimana. Semua orang seperti ingin memusnahkan Sasya dan dia merasa kasihan.

Sasya sudah lelah menangis, akhirnya dia mengusap air matanya dengan kasar dan masuk ke dalam rumah, dia ingin mencuci mukanya.

°°°°°

Maaf ya updatenya dikit.. Oh ya, ini terakhir aku update kan beberapa hari lagi mau lebaran hehe, aku mulai update lagi sehabis lebaran.

Jangan bosen buat vomments ya!! Oh ya, yang mau kritik silahkan kritik sepuasnya biar cerita aku jadi cerita yang bagus dan layak dibaca :D

Bye! See You Next Chapter :*

The Power Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang