Empty Hope

13.5K 622 30
                                    

Maaf ya update nya lama, aku sih tadinya mau nunggu vote sampe 200 baru mau aku upload. Kalo di part ini aku minta 230 vote bisa kan?

Maaf kalo part ini feelnya kurang. Hapoy reading!

°°°°°°

Aku berjalan dengan cepat setelah keluar dari lift menuju tempat aku memarkirkan mobilku. Setiap langkahku terasa berat, ingin rasanya aku berbalik dan mendobrak pintu itu hingga membuat mereka terkaget dan menampar Camelia. Tapi aku tahu, itu tidak mungkin terjadi. Aku adalah penakut. Aku tidak akan bisa melakukannya, jika aku sampai berbalik yang akan terjadi bukanlah munculnya Sasya yang pemberani tapi Sasya yang lemah dimata mereka karena hanya bisa menangis.

Aku mengendarai mobil dengan kecepatan maksimal, aku tidak peduli dengan hidupku. Kalau bisa ambil saja nyawaku, tuhan bisakah kau percepat kematianku? Jika saja aku tahu rasanya jatuh cinta itu seperti ini, maka aku tidak ingin mencintai selamanya. Orang bilang cinta akan indah pada waktunya, tapi kapan waktu itu? Mengapa tidak tiba juga?

Aku merasa hatiku seperti sedang dicabik-cabik dan diberi garam, sungguh perih. Sekarang aku mengerti, mengapa David selalu menolakku, mengabaikanku, membuangku. Dia sudah menemukan pengganti Fillia, dan sayangnya orang itu bukanlah aku. Lalu apa gunanya aku dikehidupan David?

Lagi-lagi air mata turun tanpa diminta, untung saja basement sekarang sangat sepi. Kalaupun ada orang aku tidak akan peduli, yang ingin aku lakukan adalah menangis. Katakanlah aku pengecut dan cengeng, namun hanya inilah yang ingin aku lakukan sekarang. Sakit dihatiku sangat tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata, maka dengan menangis aku dapat menjelaskannya.

Aku tahu, aku bodoh. Seharusnya saat aku menikah dengan David, aku sadar kalau pernikahan ini tidak lebih dari sekedar status dan janji. Kalau saja saat itu aku tidak menggunakan perasaanku, maka tidak akan seperti ini jadinya. Namun apa daya, aku tidak bisa menentukan pada siapa aku akan jatuh cinta.

Tak lama mobil yang aku kemudikan sampai pada pekarangan rumah. Dengan langkah gontai dan mata yang terasa sembab aku masuk kedalam rumah. Saat melewati ruang keluarga, terlihat bi Mira yang sedang menonton TV. Aku langsung berjalan menghampirinya dan duduk disampingnya. Ia menengok padaku dan memperhatikanku dengan tatapan yang tak bisa kujelaskan.

"Apa yang terjadi non?" Tanya Bi Mira yang langsung membuat pertahananku hancur detik itu juga. Air mataku kembali mengalir dengan derasnya. Bi Mira langsung memeluk dan menepuk-tepuk punggungku.

"Bi.. David, David dia sudah menemukan pengganti kak Fillia,"

"Yang sabar ya non, mungkin non harus berusaha lebih keras lagi. Jangan menyerah kaya gini non," ujar bi Mira yang membuat air mataku turun lagi. Mengapa rasanya sakit sekali?

Baiklah untuk malam ini, aku tidak akan menyerah. Aku akan berusaha lagi untuk bisa berbincang dengannya. Bukan tentang kehamilanku, aku akan memintanya untuk menceraikanku. Aku akan pergi dari kehidupannya, jika aku masih mempertahankan pernikahan ini, aku hanya akan menjadi pengganggu antara David dan Camelia. Biarlah mereka berbahagia. Akan lebih baik jika aku tidak memberitahuan kehamilanku, itu hanya akan membuat David sedih.

******

Dengan seulas senyum aku menunggu David pulang untuk makan malam berdua bersamaku. Kevin dan Sunny sudah makan duluan dan aku menunggu David pulang.

Ceklek

Itu pasti David. Aku segera bangkit dsn menghampirinya, ternyata ada Sean juga disana. Dan.. Camelia. Seketika aku teringat dengan kejadian saat aku datang ke kantor David. Aku sudah berusaha untuk melupakan itu semua dan menganggap itu hanyalah mimpi belaka. Tapi tetap tidak bisa, karena jika aku sedang sendiri aku selalu mengingat kejadian itu.

The Power Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang