Aku keluar dari kamar dan menemukan David sedang di halaman belakang rumah. Dia terlihat sedang melamun, apa yang dia fikirkan?
Aku berjalan menghampirinya, dia tidak menyadari kehadiranku. Aku berdiri dan mengamati dia dari belakang.
"Dave, lagi ngapain disini?" Tanyaku padanya, dia membalikan tubuhnya dengan cepat. Dia menghampiriku dengan senyum lebar.
"Aku sedang menikmati suasana. Aku senang, akhirnya kamu kembali dalam pelukanku," dia menyentuh pipiku dengan telapak tangannya yang besar dan hangat.
"Jangan tinggalin aku lagi," ujar David dengan tatapan memohon dan menatapku intens. Aku segera menundukkan kepalaku, aku tak bisa melihat dirinya yang menatapku seperti itu.
Dia meraih daguku dengan lembut agar aku mendongak dan menatap matanya. "Berjanjilah," ujar David lembut. Apa aku bisa? Tentu aku bisa, tapi bagaimana dengannya?
Aku pun mengangguk, dia memangkat sebelah alisnya. "Iya, aku janji." Dia tersenyum puas, meraih pinggangku dan memelukku.
"Kamu juga harus berjanji, jangan pernah tinggalkan aku." Kataku sambil membalas pelukannya. "Aku janji, aku gak akan tinggalin kamu."
Aku sangat senang dengan ucapannya. Dia pasti bisa menepati janjinya, aku yakin itu. Aku melepaskan pelukannya dan mencium rahangnya.
"Kamu masih sakit, istirahat yah." Kataku padanya.
"Aku lapar," Ujar David sambil terkekeh, mengaitkan kedua lengannya dipinggangku.
"Yasudah, aku bikinin bubur."
"Aku mau pizza."
"Hei, kamu masih sakit! Sup hangat aja gimana?"
"Boleh," kata David akhirnya setelah bergumam lama. Aku berjalan menuju dapur dengan David yang mengikutiku dibelakang.
*****
Aku menaruh mangkuk yang berisi sup hangat di meja makan tepat di depan David. Dia terlihat mengamati sup itu dengan mata berbinar seperti anak kecil. Lalu menatapku dengan tatapan memohon.
"Ada apa? Ada yang kurang?" Tanyaku padanya. Ku perhatikan sup buatanku dengan seksama, tak ada yang kurang.
"Ada satu hal yang kurang," ujarnya membuatku bingung. "Kurasa gak ada hal yang kulupakan," kataku.
"Kamu lupa menyuapiku," kata David akhirnya. Aku memutar kedua bola mataku, kenapa dia menjadi sangat manja sih.
"Kamu punya tangan kan? Makanlah sendiri!" Kataku lalu berjalan melewatinya, tapi belum sempat berjalan, dia telah mencekal lenganku.
"Suapi aku dengan tanganmu, atau aku yang akan menyuapimu dengan bibirku." Katanya yang membuatku membelalakan mata. Ya tuhan, kenapa dia jadi seperti ini.
Dengan terpaksa akhirnya aku duduk dikursi yang berada disampingnya. Dengan perlahan dan penuh kesabaran aku menyuapinya. Dia tersenyum dengan kemenangan.
Dia mengambil sendok ditanganku dan menyuapinya ke mulutku. "Kamu juga harus makan, ada makhluk kecil diperutmu yang harus kamu rawat." Kata David sambil mengelus perutku yang masih rata.
Aku jadi merasa bersalah. Selama ini aku hanya memikirkan diriku dan perasaanku sendiri. Seharusnya aku sadar kalau ada makhluk kecil yang tidak berdosa diperutku. Dia membutuhkan ayahnya, dan dia butuh asupan gizi.
Aku berjanji aku akan menjaga bayi ini dengan baik. Aku akan makan dengan banyak tak peduli betapa sangat tak bernafsunya untuk mengisi perutku. Aku akan bertahan dengan rumah tangga ini, aku tak akan meminta perceraian lagi.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Power Of Love
RomanceOrang bilang cinta datang karena terbiasa, aku percaya itu dan aku mengalaminya. Tapi bagaimana kalau yang aku alami sekarang adalah cinta bertepuk sebelah tangan? Dibenci banyak orang bukanlah kemauan semua orang. Tapi itu terjadi padaku. Dan menci...