She's Back

12K 325 3
                                        

Aku mengerjapkan kedua mataku karena terasa silau oleh cahaya yang dipantulkan matahari ke bumi. Ternyata kemarin aku lupa menutup jendela dengan gorden.

Aku memperhatikan wajah orang yang sedang tertidur disampingku, begitu tampan dan polos. Beruntungnya aku bisa menikah dengannya.

Aku memajukan wajahku untuk mengecup pipinya dengan perlahan agar dia tidak terbangun. Setelah berhasil mengecupnya aku segera beranjak dari tempat tidur tak lupa untuk menutupi tubuhku dengan selimut, namun tanganku dicekal.

"Mau kemana? Kenapa cuma dipipi morning kiss nya?" Tanya pria itu masih dengan mata terpejam. Pipiku terasa memanas karena ketahuan mencium orang dengan diam-diam.

"Aku mau mandi," kataku lalu beranjak dari tempat tidur namun lagi-lagi dia mencekal tanganku hingga aku terjatuh ke dada telanjangnya.

"David, biarkan aku pergi," ujarku tidak nyaman.

"Gak perlu ditutupi pakai selimut, aku kan udah sering ngeliat tubuh kamu," David langsung kuhadiahi cubitan dipinggangnya, sambil meringis kesakitan David akhirnya menahan kepalaku dan mencium bibirku.

"Ayo kita mandi," kata David lalu beranjak dari tempat tidur, dia hanya menggunakan boxer. Aku masih terpaku ditempat tidur karena mendengar perkataannya.

"Kenapa diem aja? Ayo kita mandi,"

"Kita mandi dan melakukan itu lagi?" Tanyaku setelah sadar dari keterpakuanku. David hanya terkekeh lalu menghampiriku lagi.

"Boleh juga, tapi waktunya gak cukup, aku harus ngantor." Ujar David seraya mengecup keningku lembut.

"Siapa juga yang mau," kataku akhirnya lalu masuk kekamar mandi masih dengan balutan selimut aku mengunci pintu kamar mandi.

"Sasya, kok dikunci sih? Aku kan mau mandi sama kamu," hih dasar mesum, aku memaki dalam hati.

*******

"Sya, nanti siang kita ke rumah sakit, kan mama mau operasi. Sekalian mama dan Laura juga mau bicara sama kamu katanya," ujar David lalu mencium keningku. Aku menegang mendengarnya, gimana ini? Aku takut bertemu dengan mereka. Aku takut mereka marah lagi padaku.

"Hei, gak perlu takut. Mereka gak akan nyakitin kamu, nanti aku temenin kamu bicara sama mama kok."

"Aku pergi dulu ya," ujar David lalu mencium pipiku.

"Aku berangkat ya, aunty." Ujar Sunny lalu berlari-lari kecil mengikuti David.

*******

Aku sedang berjalan menyusuri lorong rumah sakit bersama Kevin yang sedang menggandeng tanganku. Tadi David mengirim pesan bahwa dia ada kepentingan sebentar, jadilah aku berangkat duluan bersama Kevin.

Sesampainya di depan ruangan Mrs.Amy, aku mengintip lewat kaca pintu dan melihat disana hanya ada Laura yang menemani Mrs.Amy. Jika aku masuk ke dalam sekarang, aku takut kejadian dua hari yang lalu akan terjadi lagi.

"Aunty, kok kita gak masuk?" Tanya Kevin heran. Ya sudahlah, terpaksa aku harus masuk.

Akhirnya Kevin membuka pintu, mengejutkan semua orang tak terkecuali Laura yang langsung menyambut Kevin dengan ceria.

"Kevin," seru Laura lalu memeluk Kevin dengan perasaan gembira kurasa.

"Sasya, sini duduk, mama mau bicara sama kamu," ujar Mrs.Amy tersenyum ramah. Aku beranjak dari tempatku berdiri menghampiri kursi di samping tempat tidur Mrs.Amy.

"Gimana kabarnya?" Tanya Mrs.Amy setelah aku duduk dikursi yang ada.

"Uhmm.. Baik."

"Sasya, sebelumnya mama minta maaf sama kamu. Dulu mama emang bener menyuruh kamu untuk panggil mama dengan sebutan 'tante'. Tapi, sekarang mama minta sama kamu tolong jangan panggil mama sengan sebutan itu lagi, kamu panggilnya 'mama' aja."

"Iya ma, maafin Sasya juga yah. Gak seharusnya Sasya panggil mama dengan sebutan itu dan akhirnya nyakitin hati mama," kataku tulus. Sungguh, aku tidak menyangka akan seperti ini. Kukira Mrs.Amy akan memarahiku habis-habisan.

"Gapapa sayang, itu kan juga salah mama. Mama sendiri yang minta waktu itu." Ujar Mrs.Amy sambil mengelus kepalaku. Hah, mimpi apa aku tadi malam, bisa berbaikan dengan Mrs.Amy.

"Sya, aku juga minta maaf udah nampar dan marah-marahin kamu waktu itu, padahal aku gak tau apa-apa tentang masalah kamu dan mama," aku mengalihkan tatapanku pada Laura yang menatapku dengan pandangan menyesal namun juga terlihat gengsi. Lucu sekali bisa mengenal Laura yang sangat menjunjung tinggi gengsinya itu.

"Iya, gapapa kok." Balasku dengan senyum tulus.

"Akhirnya, kalian akur juga sekarang," ujar seseorang yang berdiri didepan pintu. Itu dia David, tadi bilangnya ada kepentingan. Dasar tukang bohong.

"Huh, tukang boong, bilangnya ada kepentingan," cibirku sambil mambuang muka. David menghampiriku masih dengan terkekeh lalu mengecup keningku.

"Aku emang ada kepentingan kok," iya aku percaya.

"Oh iya, aku bawa seseorang loh." Ujar David ingat akan seseorang. Ia berjalan menuju pintu dan membukakan pintu untuk seseorang itu.

"Hei semua," ujarnya. Aku membelalakan mataku melihatnya. Jadi kepentingan David adalah bertemu dengan dia. Camelia.

******

Sampe sini dulu yaa.

Ini terakhir aku update dibulan Desember, jadi maaf kalau dikit, banyak typo dan lain sebagainya. Aku update lagi nanti dibulan Januari.

Padahal sekarang lagi libur ya, tapi aku sekarang udah mulai sibuk lagi mau ujian, bukan ujian sekolah sih. jadi ga bisa update lagi dibulan desember ini.

See you next

The Power Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang