Chapter 23 : hurt.
"Matiin" tegas Suho saat ibu jari gue hampir menekan tombol hijau yang ada di layar.
Nyaris.
Kalau saja Suho telat beberapa detik, mungkin sekarang panggilannya sudah tersambung.
"Kenapa?"
"Udah matiin aja, abis itu gue jelasin"
Gue menghela napas, segera memencet tombol merah dan meletakan hape gue di atas meja.
"Jadi?" gue meminta penjelasan Suho.
Dia menyenderkan badannya pada kursi, "Ya seperti yang lo liat, hari ini gue nyulik lo kan?"
"Hm," gue meng-iyakan.
"Terus gue ngajak lo ke toko perhiasan karena lo bilang cewe itu suka kalung" lanjut Suho.
Gue menyeruput kopi latte yang baru aja dianter sama mbak-mbak disini, dan kembali menatap Suho, menunggu cowok itu untuk melanjutkan kalimatnya.
"Hari ini gue mau nembak Seon" jelas Suho to the point yang sukses bikin gue tersedak latte yang airnya bener-bener masih panas. Kayak air mendidih.
"GUE GA BISA BERKATA-KATA" teriak gue ngebuat Suho sedikit takut karena gue teriaknya gak nyante.
Gimana gue mau nyante, lidah gue mati rasa dan otak gue pun shock ngedenger rencana Suho hari ini.
Mau nembak Seon katanya?
"Jangan bilang lo baper gara-gara gue bilang Seon suka sama lo?!" tanya gue sambil nunjuk-nunjukin Suho menunggunakan jari telunjuk gue.
Dia menggeleng, "Sebelumnya gue emang ga tau, gue sempet bingung sama perasaan gue sendiri." Suho mulai story telling.
Gue ngedengerin penjelasan Suho sambil ngebukain mulut gue dikit, abisnya lidah gue kan mati rasa. Jadinya gue mangap dikit biar lidah gue adem kena ac cafe.
Suho mengurungkan niatnya untuk bercerita dan malah menatap gue aneh. "Lo kenapa?"
Gue menggerakan kepala gue ke samping, "Gavava lanhut aha, hihah gue mahi rasa"
Suho hanya mengangguk pelan walaupun sebenarnya dia sedikit khawatir dengan kondisi gue.
"Tapi lama-lama gue sadar, sadar kalau faktanya gue sayang sama dia"
Gue segera menutup bibir gue saat sudah merasa lebih baik. "Gimana sadarnya?" tanya gue ke Suho.
"Gue ngerasa kalau senyumnya dia itu bermanfaat"
"Hah? Gimana gimana?!" tanya gue tidak mengerti.
"Setiap orang pasti pernah mengalami hari yang buruk, kan? Atau mungkin mengalami trauma emosional dan stress mental?" tanya Suho yang gue jawab dengan anggukan.
Tidak ada yang salah kan? Setiap orang pasti pernah mengalami hari yang buruk.
"That's the point, senyuman dia itu bagaikan sihir. Bisa ngebuat hati gue damai."
Gue menatap kedua matanya intens, berusaha mencari kebohongan tapi yang gue temukan hanyalah kejujuran. The eyes say it all.
Jujur saja, gue merasa hati gue tenang setelah mendengar pengakuan Suho. Entahlah, gue turut senang saja. Senang kalau ternyata mereka berdua mempunyai rasa yang sama.
"Jadi lo udah berencana buat nembak dia hari ini?" tanya gue sambil menyeruput kopi yang sudah mulai dingin.
Suho mengangguk mantap, "Iya, dan gue ga nyangka ternyata perasaan gue terbalas" ujarnya lega.
KAMU SEDANG MEMBACA
Roommates ✔️
FanfictionKaye berhasil masuk ke UWS, salah satu universitas terbaik di Seoul, dan mengira hidupnya akan lancar. Namun, takdir mempertemukannya dengan Sehun, si bad boy tampan yang menjadi roommatenya. Kehidupan bersama Sehun tak mudah, dengan berbagai cobaan...