33

964 92 14
                                    

Pagi yang cerah bagi semua orang, terkecuali Jeon Jungkook yang kini tengah merayakan pesta minum di kamarnya seorang diri.

Keheningan yang menyelimuti dirinya kini berganti saat terdengar suara bantingan pintu kamarnya beserta bentakan seseorang.

"Jeon Jungkook! Ini sudah hari ke-lima kau minum-minum! Mau sampai kapan? Aku tidak kuat baunya bodoh! Hentikan sekarang juga!" Bentak Namjoon.

Jungkook hanya melirik sekilas lalu meneguk minumannya langsung dari botolnya. Ternyata bukan hanya Namjoon yang datang, tetapi juga Hyung-Hyungnya yang lain kecuali Jimin dan Taehyung.

Seokjin menghela napasnya, ia telah menduga bahwa Jungkook tetap akan cuek dengan keadaannya ini, "Jungkook, ingat prinsip kita-jika salah satu member Bangtan terkena masalah kita akan selalu membantu- kami ingin membantumu mencari Jennie, Kook..."

Jungkook menoleh lalu minum lagi sambil berkata dengan ketus, "cari saja sana! Kau tak akan bisa menemukannya."

"Jungkook! Kami ini lebih tua darimu! Seharusnya kau lebih sopan dengan kami!" Bentak Hoseok.

Jungkook tak mau kalah, ia balas membentak, "lalu jika kalian lebih tua kalian bisa mengatur aku? Kalian hanya mengangguku sekarang!"

"Dengar Jungkook! Kami memang tak tahu apa masalahmu, tapi setidaknya kau bercerita! Kau bisa lebih lega dengan bercerita bukan dengan cara mabuk-mabukkan!"

"Kemana Jungkook yang kami kenal? Kemana Jungkook yang selalu ceria? Kemana Jungkook yang selalu membuat kami tertawa? Pikirkan ulang tawaran kami!" Tambah Yoongi dengan nada memohon lalu keluar dari kamar Jungkook disusul dengan Hoseok dan Seokjin.

"Kau dengar Yoongi? Dia adalah orang yang paling dingin dengan kita semua, tapi disini, dia sangat peduli padamu, kuulangi lagi, pikirkan ulang tawaran kami." ujar Namjoon lalu keluar dari kamar itu, menyisahkan Jungkook beserta keheningan lagi.

Dan kini pintu itu kembali terbuka, Jungkook tetap pada posisinya-tak ingin melihat siapa yang kembali berkunjung ke nerakanya-pria itu Park Jimin.

Pria itu bertepuk tangan sambil tersenyum meremehkan, "ku kira kau telah melupakannya, alih-alih melupakannya kau malah semakin gila Kook, sebegitu besarnya kah cintamu pada Jennie?"

Jungkook membalas dengan nada dinginnya, "apa maumu? Aku tak akan melupakan Jennie,"

Jimin mengralat ucapan Jungkook, "bukan! Bukan tak akan, tapi tak bisa. Kau tak bisa melupakannya, lupakanlah Jungkook, dia itu pergi tanpa mengucapkan satu pun kata. Yah... aku sih tak heran jika dia telah menemukan cinta barunya di tempatnya berada sekarang,"

"Apa maksudmu?" Tanya Jungkook berdiri sambil membawa botol yang telah habis ia minum berjalan ke arah Jimin.

"Whoa-whoa clam down, kau tak ingin membunuh aku bukan?" Jimin berwaspada.

Jungkook memecahkan bagian bawah botolnya dan memegang gagangnya lalu mengacungkan botol yang setengah rusak itu kehadapan Jimin, "aku bisa saja menamcapkan bagian tajam botol ini di kepalamu dalam hitungan detik!" Ancamnya.

"He-hei, aku hanya bercanda tadi. Kau tak usah menganggapnya serius, ma-maaf telah menganggu waktumu," ujar Jimin tergagap dan langsung menutup pintu kamar Jungkook dan kabur.

Jungkook kembali pada tempat duduknya dan pintu terbuka untuk yang ketiga kalinya membuatnya marah, "jangan ganggu aku!" Teriaknya.

"Ini aku," orang itu melemparkan seberkas perjanjian beserta dengan tiket pesawat ke Prancis untuk satu orang.

Jungkook mengangkat sebelah alisnya lalu bertanya, "apa ini?"

"Kau akan segera berangkat ke Paris untuk model Puma," kata Manajernya-Song.

Flux D'amour [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang