34

1.1K 109 14
                                    

Putar music di atas agar feelnya dapat /eh?/kalaugakdapatjanganprotes/plak/:v/

========

Pukul sudah menunjukkan satu dini hari, tapi Jennie tidak dapat memejamkan matanya barang 5 menit saja.

Ia duduk di sofa kamarnya, dagunya tertopang pada sandaran sofa itu. Semua perkataan Taehyung terekam di kepalanya dan terus menerus terulang bagaikan radio rusak. Mungkin saja saat ini Jungkook kembali mabuk-mabukkan. Memikirkannya saja Jennie sudah geleng-geleng apa lagi jika ia melihatnya secara langsung.

Bukan hanya itu, ia terus berpikir apa mungkin Jungkook benar-benar mencintainya? Apakah Taehyung yang menyamar sebagai Mr.X? Apakah ia harus kembali ke Seoul? Apakah ia harus kembali lagi kepelukan pria itu tanpa menggoreskan luka baru pada hatinya? Malam itu dihabiskan Jennie dengan berfikir tentang hubungan dan kisah cintanya yang rumit.

🌹🌹🌹

Paris, France.

Tak henti-hentinya Jungkook memamerkan gigi kelincinya. Ia merasa sangat puas hari ini, tak sia-sia ia menghabiskan waktu di spa karena semua staff-staffnya sangat puas dengan kinerjanya sebagai model puma kali ini. Jungkook melirik jam mahal yang terpajang di pergelangan tangannya, masih pukul 9 malam. Dan sepertinya baik di Seoul maupun di Paris tidak pernah sepi di malam hari. Ia memegangi perutnya yang terasa lapar, seharian ini ia hanya sarapan dan setelahnya tidak memakan apa-apa.

Jungkook melirik sebuah minimarket di sebrang jalan, ia pun menyebrang dan membeli beberapa makanan yang dipikirnya bisa menganjal perutnya sampai pagi mendatang. Ia sedikit kesulitan di tempat ini karena beberapa makanan berbahasa Prancis. Setelah membayar, ia duduk di kursi depan minimarket tersebut --membuka dan memakan semua makanan yang ia beli.

"KYA--SESEORANG TOLONG AKU!"

Jungkook hampir saja melemparkan rotinya saat mendengar teriakkan tersebut. "Cih! Wanita gila macam apa yang ingin keluar malam hari," gumamnya melanjutkan acara makannya.

Ada yang menganjal dipikirannya, tetapi ia segera menepiskan perasaan ganjal itu. "Tunggu, orang itu berbicara bahasa Korea tadi. Jennie..." ucap Jungkook tanpa sadar dan langsung membawa belanjaannya berlari ke arah suara tadi sambil memakan rotinya.

Sementara itu disisi lain Jennie sibuk menggerutu sepanjang jalan. Ia tidak melupakan satu pun kebutuhan sehari-harinya, tetapi ia malah melupakan kebutuhan bulanannya. Pembalut. Tidak lucu bukan seorang wanita berkeliaran malam hari hanya untuk membeli pembalut.

Untunglah ada jalan yang bisa membawanya ke minimarket terdekat segera. Walaupun tempat itu menyeramkan untuk ukuran seorang perempuan. Jalan yang ia lalui cukup gelap, lembab, dan berantakan. Diujung gang itu ada sebuah cahaya, artinya sebentar lagi ia akan keluar dari gang ini. Tetapi itu tidak semudah yang Jennie bayangkan, ia harus melewati 3 pria yang terlihat sedang mabuk.

Kau bisa Jennie, kau bisa. Jangan pedulikan mereka, ujar batinnya.

Jennie melangkahkan kakinya sedikit lebih cepat, namun saat ia melewati ketiga pria, tangannya langsung dicekal oleh salah satunya, "mau kemana gadis cantik?" tanya pria itu dengan bahasa Prancis yang tidak dimengerti Jennie.

"Argh, let me go asshole!" teriak Jennie tepat di depan muka pria itu. Pria itu menguatkan genggamannya lalu menghimpit Jennie ke tembok. Kedua teman pria itu berada di kanan dan kirinya Jennie membuat wanita itu tidak bisa berlari.

"Apa kau tidak bisa menjaga mulutmu?" tanya sang pria tadi memajukan wajahnya ke wajah Jennie.

"KYA--SESEORANG TOLONG AKU!" teriak Jennie membuat pria itu bertambah kesal. "Grr, jangan berteriak bodoh!" umpatnya. "Bungkamkan saja mulutnya itu," usul temannya. Pria yang tidak diketahui namanya itu menyeringai, ia semakin mendekatkan wajah jeleknya itu. Jennie panik, ia tidak bisa kabur, ia juga tidak mau di cium oleh si brengsek ini. Maka tidak ada cara lain, Jennie meludah tepat mengenai wajah pria itu.

Pria itu marah sampai seluruh mukanya memerah selayaknya banteng marah. Ia mengangkat tangannya hendak menampar Jennie. Jennie menundukkan kepalanya sedalam-dalamnya.

Bugh' bugh' bugh'

Jennie mengangkat kepalanya, ia tidak tertampar, ia juga tidak mendapatkan pukulan. Semuanya terjadi begitu saja, 2 teman pria brengsek tadi terkapar layaknya ikan asin yang dijemur pada malam hari. Dan sekarang di hadapannya ada seorang pria lainnya yang sedang membogem mentah salah satu dari ketiga pria tadi.

Melihat siapa yang menolongnya membuat jantung Jennie berdetak lebih cepat dari biasanya. Tunggu, ia tidak punya penyakit jantung bukan? Lalu kenapa sekarang jantungnya berdetak lebih cepat?

"Jungkook..." bisik Jennie pada angin malam.

Saat orang yang menyelamatkan Jennie selesai dengan urusannya, pria itu berkata dengan bahasa Korea, "lain kali jangan keluar malam-malam, Jane."

Sesuai dengan tebakan Jennie, pria itu adalah Jungkook. Jennie tersenyum kikuk. Ia sudah menetapkan hatinya untuk bertemu dengan Jungkook beberapa bulan setelah anaknya lahir, namun yang terjadi saat ini sungguh diluar kuasanya. Dan entah kenapa saat ini Jennie sangat ingin segera memeluk pria itu, kemungkinan bawaan hormon, atau mungkin keinginannya sendiri,

Oleh sebab itu selang beberapa detik gadis itu langsung menghambur ke dalam pelukan Jungkook tanpa mengucapkan sepatah katapun. Jennie memeluk Jungkook dengan hati-hati, mengubur seluruh kepalanya di leher pria itu. Menyesap harum tubuh Jungkook yang selama ini ia rindukan.

Pelukan itu pun dibalas oleh Jungkook. Ia memeluk Jennie dengan hati-hati, menyadari bahwa gadis yang ia cintai tengah mengandung--mengandung anaknya--itulah yang Jungkook yakini.

Jennie melepas pelukan mereka, saat ini mereka saling menatap. Jungkook yang tidak bisa diam terlalu lama mengerang rendah, "akhirnya aku menemukanmu, kenapa kau sangat pintar bersembunyi Jane? Kau tau aku hampir gila mencarimu!"

Jennie melepaskan kontak mata mereka. Ia menunduk sedalam-dalamnya. Melihat hal itu Jungkook menghela napasnya, Jungkook menyingkirkan rambut Jennie yang menutupi sebagian wajahnya. "Hei, maaf, aku tidak bermaksud membentakmu Jane. Aku sangat mengkhawatirkanmu yang menghilang begitu saja,"

Hening, tidak ada satupun respon dari Jennie. Lagi-lagi Jungkook menghela napasnya, ia berlutut di depan Jennie, mensejajarkan kepalanya dengan perut buncit Jennie. Jungkook menyentuh dan menciumnya dengan hati-hati dan lembut.

Jennie yang menunduk dapat melihat Jungkook yang sedang bertekuk lutut dihadapannya sontak terkejut. Tanpa di sadari Jennie menahan napasnya saat bibir lembut Jungkook menyentuh perut buncitnya.

"Hello my little guy, yah, aku tidak tau kau laki-laki atau perempuan. Tapi, jika kau perempuan pasti kau akan cantik seperti ibumu," ucap Jungkook membuat Jennie tidak bisa menyembunyikan senyum di wajahnya.

Jungkook menatap Jennie dan kembali berbicara dengan perut Jennie, "dan jika kau laki-laki, kau pasti akan tampan seperti aku, ayahmu. Apa aku benar?" Jennie memutar bola matanya.

Dug'

Satu tendangan kecil dari sang janin tepat di bawah tangan besar Jungkook. Tendangan pertamanya.

"Jane, dia... apa dia baru saja menendang?" tanya Jungkook, Jennie mengangguk menahan isak tangisnya. Ia yakin bayinya senang.

Jungkook kembali berbicara dengan perut Jennie, rasanya aneh melihat Jungkook yang berbicara sendiri tetapi selalu di respon oleh tendangan-tendangan kecil.

Dan akhirnya pemilik gigi kelinci itu selesai, Jungkook telah berdiri tetapi matanya terus menerus memandang perut buncit Jennie. Jennie sedikit terhuyung ke belakang, untungnya pada saat itu Jungkook siaga dan menangkap tubuh mungil Jennie. Jungkook membawa tubuh kecil Jennie ke dalam dekapannya dan bertanya, "kenapa? Lelah?"

Jennie mengangguk kecil, matanya yang setengah tertutup menandakan bahwa ia mengantuk. Jungkook mengecup singkat bibir ranum Jennie yang ia rindukan selama ini.

Jungkook tiba-tiba mengangkat Jennie bridal stlye, "ayo, kuantarkan kau pulang Jane,"

🌹🌹🌹

Hey there! Author sangat malas akhir-akhir ini.

Don't forget to pick the stars icon and coment too!

INSTAGRAM: sh.carissa

Flux D'amour [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang