Kota Kelahiran

28 0 0
                                    

         Tiba saatnya untuk mengatakan selamat tinggal dan sampai bertemu lagi dikemudian hari pada kota ‘Beruang Madu’ terkhusus untuk Erik Wijaya, terimakasih telah meluangkan waktu untuk menemuiku walau hanya pertemuan singkat, tidak banyak yang bisa kami obrolkan karena keterbatasan waktu, dan Aku berharap Tuhan akan mempertemukan kami lagi untuk sekedar berbagi cerita.

       Sebuah pesan singkat mendarat di ponselku yang membuat tanganku merogoh saku celana dan mengambil benda yang mengeluarkan bunyi getar itu.

       “Safe flight Vi, tolong kabarin kalo sudah di rumah ya, Maaf banget gak bisa ikut ke bandara soalnya mesti balik lagi untuk kerja, See you soon.” Sesaat senyumku mengembang sempurna melihat layar ponselku, tidak peduli teman-temanku mulai cekikikan membicarakan tingkahku. Jari-jariku dengan lincahnya bergerak mengetik balasan untuk Erik. Tapi tunggu dulu, apa maksudnya See you soon? Iya aku tau artinya kok, Aku tidak bodoh-bodoh banget dalam bahasa Inggris, hanya saja soon-kan artinya segera, apa mungkin kami akan segera bertemu lagi? Ah entahlah, aku mengangkat kedua bahuku.

       Erik memang harus kembali ke Ibu kota Kalimantan Timur untuk bekerja, dan karena memang dia tinggal disana. Sedangkan di kota Beruang Madu, Dia hanya ingin menemuiku, tak pelak, Erik menempuh perjalanan 3 jam untuk menemuiku, aku merasa tersanjung, sontak saja batinku bertanya apakah aku istimewa baginya?

       Tentu saja mulutku langsung menjawab ‘Tidak’, dia hanya ingin menemuiku sebagai teman yang sudah lama sekali tidak bertemu, tidak bisa dipungkiri setelah pertemuan kemarin aku merasakan hal yang berbeda, kenapa rinduku semakin menggebu-gebu? Ah ini salah, ini pasti salah.

       Satu diantara temanku menyadarkan aktifitas lamunanku, perkenalkan namanya Alya, dia menepuk pundakku mengatakan bahwa saatnya untuk ke ruang tunggu, kemudian ada Marsha yang menyerahkan Boarding Pass ku, langkahnya di susul oleh Rinni. Ini lah mereka yang ku sebut sebagai Pembunuh kesepian dalam hidupku setelah keluargaku.

       Harus Ku akui, bahwa mereka mengerti betul apa yang ku rasakan sebelum memutuskan untuk sejenak berlibur ke kota Balikpapan, mereka mengerti bagaimana terpuruknya Aku, dan ketika itu adalah patah hati terhebat dalam hidupku, semoga aku tidak akan mengalaminya lagi.

       Alya mengetahui soal Erik, karena memang kami pernah bersekolah dtempat yang sama, Alya mengenal sosok Erik adalah mantan kekasihku di masa SMA.

       Kala itu senja kedua di kota kenangan, hmm maksudku Balikpapan. Hanya saja aku suka menyebutnya sebagai kota kenangan. pesawat yang kami tumpangi take off perlahan membawa Kami kembali ke kota asal Banjarmasin, suasana senja terlihat dari balik jendela pesawat, dan mulai hari itu tercatat pada akhir Desember 2016, aku jatuh cinta pada senja.

 



Senja, seperti mentari

Yang bahkan selalu kembali esok hari

Setelah kemarin menenggelamkan diri

Seperti selalu bersedia memaafkan

Meski berulangkali tersakiti.

Kedua KaliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang