Ketika Mantan Menyapa

33 0 0
                                    


Urusan menata hati yang sempat hancur karena mantan kekasih memang bukan perkara mudah. Saat kamu menghadapi peristiwa putus cinta dengan lelaki yang kamu anggap istimewa. Jelas hatimu hancur berkeping-keping seperti yang ku rasakan. Hal ini sangat wajar terjadi, perasaan itu harus dihadapi dan menerima kenyataan bahwa dia kini telah jadi mantan. Nah yang jadi masalahnya adalah ketika dia kembali menyapamu setelah sekian lama kamu menata hati.

"Kamu sudah sembuh?" Pesan singkat Erik berhasil mendarat di ponselku dengan sukses tepat jam 1 malam. Kontaknya belum ku hapus, begitu juga foto kami berdua di Galeri handphone-ku.

Pertanyaannya, dia menanyakan keadaanku yang memang saat itu sedang terserang demam tinggi, atau menanyakan hatiku yang masih berbekas oleh luka yang diberikannya. Kemudian juga dari mana dia tahu jika aku sedang sakit?

Kebetulan aku masih sering bertukar kabar dengan sepupunya yang ada di sini, mungkin dia mencari tahu tentangku melalui sepupunya. Mungkin saja, bukannya aku kegeeran, hanya menebak saja.

Ku biarkan pesan itu menganggur selama satu jam, karena aku memang terbiasa tidur larut malam. Sempat juga ada panggilan tak terjawab satu kali di layar ponselku. Aku bukannya sedang menari – nari setelah mendapat pesannya, aku sedang berpikir dan berusaha untuk tidak menganggap terlalu dalam sapaannya ini.

Satu jam kemudian barulah ku balas pesannya.

"Aku baik – baik saja." Ku klik tombol kirim dan dalam hitungan detik conteng dua itu langsung berubah warna menjadi biru.

"Tolong jaga kesehatan ya, jaga pola makan dan jangan banyak pikiran, nanti beli vitamin untuk jaga daya tahan tubuh. Tolong juga untuk beli jas hujan, jangan hujan-hujanan." Dia masih saja ingat jika hujan aku sering lupa membeli jas hujan.

Jangan mengira aku akan tersenyum semringah, atau jantungku sedang berdegup tak beraturan, kemudian darahku mendesir dengan cepat. Aku tidak merasakan itu, yang kurasakan ada sesak di dada kemudian air mataku jatuh lagi.

Katanya jangan banyak pikiran, ingin rasanya aku menertawakan kalimatnya itu. Memang terkadang seseorang ada yang tak sadar jika dia berbuat salah, bukankah selama tiga bulan terakhir ini dia yang menjadi masalah besar dalam hidupku, maksudku bukan dia tapi kepergiannya, kepergiannya untuk orang lain. Masih berani dia menyuruhku jangan banyak pikiran, tak habis pikir ku dibuatnya.

"Terimakasih telah mengingatkan, aku tidur duluan, Bye." Segera ku akhiri percakapan itu agar tidak berlanjut panjang.
Akhir-akhir ini memang banyak kejadian mengejutkan terjadi tak terduga. Erik yang tiba-tiba menyapa, kemudian Thalia sang pacar yang tiba-tiba minta maaf padaku telah merebut kebahagiaanku waktu itu. Ku katakan padanya bahwa aku sudah memaafkannya dan tolong jangan hadir lagi untuk mengusik ketenangan yang telah ku bangun dengan susah payah.

Katanya lagi, Erik masih mencintaiku dan dia ingin mundur karena telah menghalangi cinta aku dan Erik. Sungguh sekarang aku merasa menjadi pemeran utama di sinetron-sinetron TV swasta, atau FTV yang ingin ku beri judul "Erik Untuk Thalia".

Harusnya mereka sudah hidup bahagia sekarang, mengapa harus menyapaku lagi? Aku sedang tidak berniat menambah teman, temanku sudah banyak. Sudah ku katakan pada Thalia bahwa memang sudah porsinya dia untuk membahagiakan Erik. Aku tak pernah mengusik kebahagiaan mereka berdua, jadi biar ada timbal baliknya, mereka juga tak boleh mengusik ketenanganku.





Tak banyak yang bisa kukatakan

Hanya saja....

Waktu sedang berputar

Kedua KaliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang