"Aku janji akan menceritakan kegiatanku dari bangun tidur hingga tidur lagi.
"Aku janji akan selalu meneleponmu setiap sebelum tidur."
"Aku janji akan selalu terbuka dan menceritakan apapun padamu."
"Aku janji untuk selalu menjaga hatiku."
"Aku janji akan rajin menabung."
"Aku janji akan berjuang sekuat tenaga agar hubungan ini tidak akan sia-sia."
"Aku janji akan selalu ada."
Bagitu katanya ketika dia mengucapkan ikrar sebelum kami menjalani pacaran jarak jauh, sudah saatnya Erik melabuhkan kapalnya di dermaga yang menantinya, adalah Aku yang senantiasa mendoakannya dalam sujudku, aku yang bersabar menunggunya untuk segera berlabuh, sudah bukan waktunya untuk bermain-main, ketika mengenal komitmen hubungan ini bukan perkara cinta saja, melainkan tentang berani melangkah pada jam terbang yang tinggi hingga mencapai kebahagian yang sejati.
Sekembalinya Erik ke kotanya, hubungan kami semakin subur karena saling memupuk, bukan hanya aku ataupun bukan hanya Erik, tapi kami berdua bekerja sama untuk memupuk rasa ini agar selalu baru, karena rasa cinta memiliki masa kadaluarsa. Tidak ada cinta yang abadi melainkan cinta Tuhan kepada umat-Nya.
Satu tahun, batas waktu yang Erik tentukan untuk dia kembali mengunjungiku, sebenarnya itu terlalu lama, waktu yang efektif adalah tiga bulan sekali. Tapi itu juga tak mungkin bisa, mengingat kesibukan kami di kota masing-masing. Satu bulan berjalan mulus dan Erik tetap pada janjinya, tak ada perubahan sedikitpun. Jika boleh Aku jujur, aku sangat menyayangi lelaki itu, tak terbayangkan jika pengorbanan jarak jauh ini akan sia-sia. Sekuat tenaga akan ku jaga hubungan ini.
Ketika memutuskan berkomitmen ingin serius, aku mulai mengenal lebih dekat tentang keluarganya, tentang kehidupan dan keseharian Erik disana, hobbynya, makanan kesukaannya, apa yang tidak disukainya dan banyak lagi yang ku pelajari. Sebenarnya sedikit banyak aku sudah mengenal pribadi Erik namun aku ingin masuk lebih jauh dalam kehidupannya karena ingin hidup bersamanya.
Dua bulan, Tiga bulan berlalu, entah kenapa rasanya waktu sedikit melambat, masih jauh untuk menuju satu tahun, rindu ini terus menggangu, kami rutin melakukan kegiatan bertatap muka lewat layar gadget setiap satu minggu sekali dan telepon pengantar tidur setiap hari. Masih masa rindu merindu, belum ada kata bosan, semoga tidak ada. Kalaupun ada itu termasuk wajar, tapi harus segera mencari cara agar dia tidak berlama-lama menghampiri.
Bagimu yang sekarang menjadi pejuang LDR, catatan ya bahwa komitmen sangat penting dilakukan untuk mengukur level keseriusan pasanganmu, kesetiaan akan di uji, kepercayaan harus selalu ditingkatkan.
Seperti halnya sebuah rumah
Di bangun dengan atap percaya
Dan pondasinya adalah komunikasi
Jika pondasi tidak kuat, maka rumah
Akan rubuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kedua Kali
RomanceHalo namaku Via, ini kisah dari perjalanan cintaku ketika aku mendapat undangan pernikahan dari sang mantan kekasih yang sudah menjalani hubungan denganku selama 3 tahun. Untuk menghindari hari sakral itu Aku memutuskan untuk berlibur ke kota 'Berua...