Terjebak Nostalgia

21 0 0
                                    

        Erik menepati janjinya untuk menghabiskan masa cuti di Kota kelahirannya, Kota seribu sungai. Biar Ku ceritakan padamu bahwa sebenarnya Dia lahir di kota yang sama dengan Ku, hanya saja dari kecil Dia sudah tinggal di Kota Samarinda bersama keluarganya, sewaktu SMA Dia pindah kesini dan memilih bersekolah di salah satu sekolah Negeri yang termasuk unggul di Kotaku.

        Disanalah semuanya bermula, Ku akui bahwa Akulah yang lebih dulu tertarik padanya kemudian jatuh cinta. Percayakah kamu dengan perkataan orang tentang jatuh cinta pada pandangan pertama?

        Bagiku, jatuh cinta pada pandangan pertama itu tidak ada, yang ada hanyalah tertarik pada pandangan pertama. Karena pengertian cinta adalah menghargai kekurangan, ketika kita mengetahui begitu banyak kekurangan yang ada pada diri orang tersebut dan kita masih mau menerimanya, itulah yang dinamakan cinta.

        Benar saja, setelah perkenalan itu, Erik menceritakan semua kekurangannya, dia menuturkan jikalau dirinya bukanlah anak yang baik, dia suka bolos, suka tawuran, suka minum, merokok dan berbagai kenakalan remaja lainnya komplit ada pada dirinya, tapi entah mengapa Aku menerimanya dengan tangan terbuka.

        Resmilah pada tanggal 04 Mei Tujuh tahun yang lalu, Aku dan Erik berpacaran, bahkan masih sangat jelas di ingatanku tanggal jadian kami, tapi aku lupa bagaimana proses Erik menyatakan ingin berpacaran denganku.

        Sejak saat itu, aku ingin selalu segera tiba di Sekolah lebih awal agar bisa bertemu dengannya, selama berpacaran denganku, Erik mengalami perubahan menjadi sedikit lebih rajin, dia jarang bolos, sering mengerjakan tugas dari guru, walaupun dia menyontek jawabanku dengan berdalih mengajak belajar bareng, tak apa bagiku asalkan dia tidak di hukum guru lagi karena tidak mengerjakan tugas.

        Tempat favorit kami untuk menghabiskan waktu berdua ketika istirahat adalah perpusatakaan, heran ya? Seorang Erik Wijaya menjelajah perpustakaan? Walaupun kelakuannya badung, tapi Erik adalah tipe orang yang suka ketenangan, baginya, otaknya dapat berpikir normal ketika Dia berada pada suasana yang hening.

        Sedikit banyak Aku mulai mengenal Erik lebih dalam, kekurangannya, kejelekannya dan kelebihannya sudah mulai Ku telusuri. Aku ingat pertama kali kencan pertama kami adalah Time Zone. Wajah Erik yang mendadak bete karena dia tidak suka tempat ramai dan bising.

        “Tapi sekarang Aku gak gitu lagi tau, kamu bebas mau ajak aku ke tempat manapun.” Begitu katanya, saat kami sudah duduk bertatap muka di restoran sebuah Mall di kota ku. Kami mulai flashback ketika pacaran dulu. Tawa Erik lepas yang membuat matanya hampir hilang, hmm maksudku karena Dia sipit.

        Oh Iya, ketika tiba disini, dia langsung menemuiku. Tak bisa ku jelaskan perasaanku saat itu dan jujur saja Aku mulai kegeeran. Erik akan selalu bisa kulihat dalam waktu seminggu ke depan, Aku bebas menemuinya kapanpun Aku mau, katanya.

        Erik menatapku lama sekali, seakan-akan ingin menyampaikan sesuatu, Aku membalas tatapannya dan Oh sungguh diluar kendaliku, detak jantungku sedang lomba estafed cepat sekali. Ayolah jangan mempermalukan Aku dalam situasi seperti ini, dan darahku juga mulai mengalir tak beraturan.

        “Via, Aku rindu.” Katanya tiba-tiba.

        Oh Tuhan, diam-diam aku menitip harapan kepada Tuhanku, Aku ingin semua ini bukan hanya sementara, Jatuh cintakan Aku jika ini pilihan yang benar, tapi mungkin Aku sudah jatuh cinta lagi padanya, entah sejak kapan mulanya Aku tidak bisa memastikan tapi rasa nyaman itu muncul dengan sendirinya.

Namun .... Aku takkan pernah bisaku

Takkan pernah merasa...

Rasakan cinta yang kau beri..

Ku terjebak di ruang nostalgia

Semua yang ku rasa kini

Tak berubah sejak dia pergi

Maafkanlah ku hanya inginsendiri ku disni...

        Penggalan lirik lagu milik penyanyi cantik Indonesia itu mengalun lembut ketika di putar di restoran tersebut, Raisa memang jagonya mengenakkan lagu, Aku dan Erik terbawa suasana hingga akhirnya Erik angkat komentar.

        “Aku rasa, kita memang terjebak nostalgia.” Begitu katanya. Aku tersenyum dan mengangguk, tanda setuju dengan pernyataan Erik.

        Mulai saat itu, entah bagaimana memulainya Aku dan Erik sepakat untuk mengutarakan perasaan masing-masing. Ternyata perasaanku berbalas, tak ku sangka Erik lebih detail mengutarakan isi hatinya semenjak perjumpaan sederhana di Pantai Melawai hingga Aku kembali ke Banjarmasin, dia menuturkan perasaan yang benar-benar tidak seperti sebelumnya, dia merasakan kehilangan padahal tidak memiliki, dia merasakan rindu yang teramat hebat, padahal kami tidak terbiasa saling menyapa sebelumnya, sejak awal Januari 2017 ketika kami mulai akrab via telepon, dia mulai terbiasa dengan adanya kabarku, sehari saja tak menyapaku hatinya gelisah. Dia takut, takut jika Aku mengabaikannya, takut jika aku tak mau bicara lagi padanya, takut jika aku terganggu olehnya, takut  Aku menolak jika Dia ingin lebih dari sekedar teman dekat.

        Diam-diam aku mulai tersenyum-senyum sendiri, aku merasa sedang di beri sayap dan diizinkan untuk terbang setinggi mungkin, perasaanku ini, iya.. dia tumbuh diam-diam selama ini dan pada saat yang tepat dia berani menunjukkan bahwa yang tumbuh memang benar adanya benih-benih cinta yang sudah lama mati lalu dipupuk kembali.

        Terimakasih Erik, terimakasih telah jujur. Kukatakan itu kepadanya, dia tersenyum dapat kurasakan betapa tulusnya ketika seseorang sedang jujur dan tanpa dibuat-buat. Erik tak memintaku untuk mengutarakan isi hatiku, katanya sambutan hangatku telah lebih dari cukup.

        Sepanjang jalan menuju tempat parkir ketika kami ingin pulang, genggaman tangan itu ku rasakan lagi dan ini lebih lama. Kami terlihat seperti dua orang anak manusia yang berbeda jenis sedang kasmaran, bibirku tak henti-hentinya menyunggingkan senyum dan rona bahagia. Dia yang saat ini bersedia datang dan menawarkan diri untuk menolongku dari musim hujan yang sempat Ku pikir akan berlangsung lama, tapi kini musim semiku telah tiba, tak ku sangka tak ku duga memang benar kata orang bahwa jatuh cinta tak bisa direncanakan, yang ku tau adalah jantungku berdetak hebat seperti mau pecah ketika bersamanya.




Dipertemukan, dipisahkan

Lalu dipertemukan kembali

Tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini

Daun yang jatuh pun sudah direncanakan.

Kedua KaliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang