Kedua Kali

Jatuh Tersungkur

Kubuka mataku perlahan dan aku bertemu pagi, sinarnya menyapa tapi mataku terasa berat, bergegas ku memeriksa layar Handphone-ku, ternyata ini sungguhan terjadi. Semua media sosial ku telah di blokir Erik kecuali aplikasi Whatsapp. Aku belum terbiasa tanpanya, Aku harus apa? Aku harus bagaimana? Aku di pukul mundur kemudian di paksa berhenti.

Aku berada di jurang sekarang, tak akan ku percaya siapapun lagi untuk menolongku, aku akan menolong diriku sendiri semampuku. Perpisahan mana yang tidak meninggalkan duka? Pasti selalu menyisakan luka, oleh sebab itu tak ada yang baik-baik saja saat berpisah karena perpisahan adalah hal yang paling ditakuti semua orang.

Demi apapun, Aku masih tak habis pikir dengan keputusan Erik ini, maksudku secepat ini kah dia melupakan semua janjinya? Apa mungkin dia telah mengalami kecelakaan sehingga membuatnya amnesia? Oh Tuhan, jika memang terjadi seperti itu tolong sembuhkan dia. Maaf, pikiranku mulai tidak sinkron lagi. Jujur saja ini akan terasa sulit untuk melewati hari-hari kedepan nanti.

Aku iri padanya yang begitu mudah melepas masa lalu, berbeda denganku yang tak bisa begitu. Butuh waktu lama bagiku untuk menerima bahwa dia tak lagi cinta, dan dia lebih senang menggantikan aku daripada mempertahankanku. Memang butuh waktu lama, ku harap aku akan berhasil melakukannya.

Bahkan sudah banyak rencana indah yang kususun dalam wacanaku, karena aku begitu yakin bahwa dia bagiku adalah titik dan aku baginya adalah tanda tanya.

Aku akan mendampinginya di masa-masa senang maupun sulit.

Aku akan mendampinginya ketika dia sedang sakit.

Aku akan mendampinginya ketika nantinya kami dalam menghadapi masa pahit.

Aku akan mendampinginya walaupun harus tinggal dirumah yang sempit.

Aku akan mendampinginya saat dia terjatuh dan membantunya untuk bangkit.

Aku akan mendampinginya untuk mencapai cita-citanya setinggi langit.

Apalagi ya? Ah pokoknya aku bersedia mendampinginya dalam keadaan apapun yang nantinya akan kami hadapi bersama di kemudian hari.

Tapi Tuhan berkata lain, Tuhan tunjukkan kepadaku bahwa aku hanyalah manusia yang sebatas bisa berencana. Pada akhirnya Sang Penciptalah yang menjadi Sutradara utamanya. Erik yang tak sabar, atau aku yang terlalu banyak kekurangan? Entahlah.

Mengenai LDR, memang sulit dijalani oleh orang-orang yang belum lulus dalam hal bersabar. Satu hal sangat menguras air mataku yang di hasilkan LDR adalah perselingkuhan. Mungkin aku tak salah pilih Erik sebagai orang yang ku cintai, hanya saja caraku yang salah sehingga membuatnya jenuh dan lebih memilih orang lain.

Belum seminggu kami putus, aku iseng membuka media sosialnya melalui akun milik temanku. Ada luka yang ku temui disana, aku menemukan sebuah foto seorang wanita yang sedang berada di sebuah cafe yang tak lain adalah Thalia mantan kekasih Erik, eh maksudku sekarang sudah menjadi pacarnya, akulah yang berstatus sebagai mantan kekasih Erik. Rasanya hatiku ini kembali di cabik-cabik oleh binatang buas, bisa dibilang binatang buasnya adalah mereka berdua. Jangan tertawa ya, aku takut dosa karena telah mengatai mereka.

Pantas saja Erik memblokir semua media sosial ku, biar dia leluasa mempublikasikan hubungan asmaranya yang kembali pada sang mantan. Tak apa bagiku, aku berpikir positif bahwa apa yang ada di dunia ini adalah titipan, jadi segala sesuatu yang yang di titipkan akan dikembalikan, maksudnya begini apa yang berasal dari Tuhan maka kelak akan kembali kepada Tuhan semesta alam. Mungkin aku kurang bersedekah selama ini, aku pernah mendengar motivasi dari inspirator idolaku, katanya supaya hidup kita penuh berkah, kita harus bisa berbagi atau bersedekah kepada orang yang membutuhkan. Sedekah lah dengan barang yang berharga karena Tuhan pasti akan mengganti dengan yang lebih baik. Karena bagiku Erik itu sangat berharga jadi anggap saja aku sedang bersedekah kepada Thalia karena dia lebih membutuhkan Erik daripada aku.

Segala sesuatu di dunia ini

Akan mengalami dua hal

Kalau tidak berubah,

Ya dia menghilang