Dilanda Kerinduan

19 0 0
                                    

Aku sudah pernah mengatakan jika Erik adalah tipe orang yang moody-an kan? Aku juga sudah pernah mengatakan kepadamu jika Erik adalah lelaki yang super duper cuek kan? Naah rasanya seperti mendapat kesialan double combo punya tunangan yang cuek dan sialnya lagi aku dan dia harus terlibat hubungan jarak jauh.

Penderitaan punya kekasih cuek dan hubungan yang harus dijalani jarak jauh, memang tak semua orang bisa alami. Aku merasa seperti salah satu pejuang tangguh yang berharap mampu melewati semua ini. Uring-uringan? sudah pasti. Bayangkan saja, setiap pagi Erik bangun dan berangkat kerja dan sibuk dengan rutinitas kerjanya, siang barulah dia memberi kabar untuk makan siang kemudian dia hilang lagi, sore dia pulang kerja yang tidak langsung pulang kerumah, dia mampir dulu ke bengkel temannya. Biasanya ada motor yang dikerjakan atau sekedar mengobrol. Mungkin untuk menghilangkan rasa bosan.

Sekitar jam 6 sore Erik pulang kerumah, mandi dan makan setelah itu pergi lagi ke bengkel sampai jam 1 malam, bayangkan saja jika kamu ada di posisiku rasanya seperti apa? Kesal? pasti! Tapi ya mau bagaimana lagi? aku memahami Erik lebih dari dirinya sendiri, terkadang Erik tak mengerti tentang dirinya sendiri, dia hanya melakukan apa yang dia inginkan saat itu.
Itu sudah ku jalani hampir empat bulan, Erik seperti tak ada waktu lagi bagiku. "Gemas gak tuh?"

Pernah ku tanya waktu itu via telepon, aku sudah ada di batas sabar selama ini sampai akhirnya ku telepon Erik.

"Sayang, kamu gak kangen aku? Sayang ingat gak punya aku?" Saking geregetannya aku sampai bertanya seperti itu.

Erik tertawa mendengar pernyataan ku. "Ya ingat lah beb aku juga kangen kok sama kamu, cuman aku gak mau mikirin kalo dipikirin terus juga aku gak bisa apa-apa, mau samperin belum waktunya cuti ujung-ujungnya jadi nyiksa ini perasaannya." Keluh Erik dari seberang.

"Tapi seenggaknya kamu sisain dong waktu buat aku, emang sih kita gak bisa kayak pasangan normal tapi aku juga perlu kamu yang, aku perlu kamu untuk berbagi cerita, masa kamu gak gitu?" Aku merengek seperti anak kecil mau minta permen.

"Iya yang maafin aku ya, aku terlalu sibuk. Aku sayang kamu, jangan sedih lagi." Ucapnya menenangkanku.

Tapi tetap saja besoknya pun tidak ada perubahan, haruskah aku marah-marah? Kurang pengertian apa aku selama ini, dan hampir 4 bulan ini kami tidak pernah berantem. Sejauh ini hubungan kami bisa dibilang baik-baik saja karena aku memang tidak pernah ingin melarang-larang hobby Erik, dan Erik juga begitu terhadapku.

Nah cumaaaaan, ada hal yang tidak bisa ku tahan untuk tidak ku tanyakan pada Erik, ini menyangkut Thalia. Thalia yang mulai muncul di akun Instagram Erik. Thalia yang mulai mengikuti Erik dan Erik yang mengikuti balik. Mendapati hal itu, jika kamu menjadi aku pun pasti akan menanyakan langsung kepada yang bersangkutan. Erik bilang tak ada maksud apapun hanya saja berteman dengan mantan tidak merubah apa-apa yang sudah kami jalani. Dia juga memberi kebebasan kepadaku jika aku ingin menjalin silaturahmi dengan mantanku. Katanya saling menghargai privasi masing-masing. Tapi menurutku ketika seseorang sudah memilih orang lain sebagai calon pendampingnya kelak, akan tidak ada privasi lagi diantara mereka berdua apalagi sudah bertukar cincin ini sebagai ajang untuk menjadi lebih dekat mengenal pribadi masing-masing dari kelebihan hingga kekurangan pasangan, benar begitu? Menurutmu bagaimana?

Aku tak ingin mempermasalahkan jika Erik berteman dengan Thalia di sosial media, aku tak ingin seperti Thalia yang ketika bersama Erik menutup akses aku untuk tahu kabar Erik di sosial media manapun. Thalia memang egois. Aku tak mengerti apa maunya Thalia ketika dia mulai menghantui hubungan kami lagi.

Muncul perasaan takut dalam benakku, takut kejadian dulu akan terulang lagi karena ada masanya jika manusia khilaf dia tak akan memikirkan apa-apa lagi. Semoga rasa takutku hanya ilusi saja. Sekuat tenaga sampai titik darah penghabisan tak akan ku biarkan Thalia atau siapapun merebut Erik lagi. Eh tapi sekuat apapun aku berkehendak jika Tuhan berkata lain aku tak punya kuasa apapun.

Semua ku serahkan kepada Tuhanku, Tuhan tahu yang terbaik bagi umat-Nya.





Pada akhirnya, aku sadar satu hal
Bahwa hubungan yang dewasa
Tak harus melulu diisi dengan
Pertukaran kabar selama 24 jam.

Kedua KaliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang