Ada Hal Yang Tak Bisa Dipaksakan

71 0 0
                                    

Saat itu, hubunganku dengan Erik memang sedang renggang karena Erik yang sedang menghadapi banyak masalah, kemudian aku yang kurang mengerti keinginannya untuk tidak diganggu sementara waktu. Mungkin bagi sebagian perempuan itu hal yang wajar, namun bagiku tidak begitu sebenarnya maksudku baik, aku ingin meringankan beban yang ada dikepala Erik. Tidak biasanya dia seperti ini, dia sangat tertutup kepadaku, menambah panjang kecurigaanku saja, apa ada yang disembunyikannya dariku?

Apalagi Erik sudah mulai agak kasar terhadapku, padahal dia tidak pernah bisa membentakku karena dia tahu aku adalah tipe orang yang halus perasaan, namun malam itu Erik sangat kasar. Dia lebih cuek dari biasanya, membalas pesanku hanya dengan emoticon, sehingga aku habis kesabaran.

"Udah habis kata-kata ya." Kataku datar.

"Tolong jangan rempong gak bisa aku tenang sedikit." balasnya, selama aku kenal Erik dia tak pernah seperti ini.

"Lho, jadi selama ini aku mengganggu hidup kamu?" Aku mulai kesal.

"Terserah lu mau bilang gue kayak apa. Gue mau jalan dulu, bete!" Sumpah ini dia kasar banget, udah pakai ELU GUE aja.

"Aku gak pernah larang kamu buat jalan, asal kamu bisa jaga komitmen aja." Aku mencoba untuk tenang.

"Kalo aku gak bisa jaga komitmen ngapain aku capek-capek mikirin buat ketemu kamu, banyak kok yang mau sama aku disini." kalimat terakhir yang aku baca langsung menusuk jantungku begitu dalam. Ini bukan Erikku, ini adalah Erik orang lain. Dia tidak begini selama bersamaku, dia tidak kasar.

Semarah apapun Erikku dia tidak akan tega berkata seperti itu terhadapku. Tanpa sadar air mataku jatuh tak tertahankan.
Lalu kemudian Erik mulai mencair.

"Aku pergi dulu ya yang, kamu tidur aja duluan." Isi pesan itu tidak ku gubris, aku terlanjur sakit hati, jika memang itu maunya, jika memang banyak yang menginginkan Erik, dan jika ada yang mencintai Erik lebih dari aku, lebih sabar dariku, maka akan ku lepas Erik jika dia bahagia. Ini sungguh menyakitkan, hatiku seperti ditusuk-tusuk jarum berulang kali, jika berdarah mungkin aku akan kehabisan banyak darah karena luka itu terbuka lagi.

Erik tak akan pernah sadar bahwa kata-tanya sudah melukai hati dan jiwaku. Setelah kejadian itu tak banyak yang bisa ku pikirkan selain untuk berpasrah, jika memang hubungan ini tak dapat diteruskan maka dengan berat hati aku terpaksa mengiklaskan untuk kedua kalinya.

Aku menangis ketika mengadukan perlakuan Erik ini kepada Bella, namun hanya via telepon, Bella memang selalu bisa menenangkanku, dia mengajakku untuk pergi Camping bersama sekumpulan grup yang menamakan diri mereka sebagai grup 'Rangers' termasuk aku disitu, mereka menjadi teman baikku sekarang.

Keesokan harinya, Erik sudah mulai baik kembali. Katanya jika dia tidak bisa memenuhi janjinya untuk menemuiku bulan Maret apakah aku keberatan? ku bilang tidak apa-apa, aku memang agak kecewa karena aku rindu momen berdua bersamanya namun tak bertemupun tak apa karena aku sudah bosan dengan tingkahnya, hatiku sudah terlanjur sakit hingga aku berpikir dua kali untuk nanti akan menikah dengan lelaki seperti ini.




Nampaknya aku melewatkan satu hal,
Bahwa frasa mencintai memang sepaket
Dengan yang namanya sakit hati.

Kedua KaliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang