Surat Terbuka Untuk Erik

48 0 0
                                    


Hai Erik! Agak canggung rasanya ketika menyapamu seperti ini. Sudah lama rasanya aku membatasi diri untuk tidak mencari tahu tentangmu. Ketika kita memutuskan untuk berjalan masing-masing, lebih tepatnya kamu yang memutuskan terlebih dahulu, tahukah kamu jika sesekali aku merindukanmu, meskipun aku tahu sekarang kamu bukan buatku lagi.

Erik, ingatkah kamu tentang genggaman pertama kala itu? ingat kah senja di ufuk barat Pantai Melawai? Ingatkah hal pertama yang kita lakukan saat bersama? Ingatkah ketika kamu selalu mencubit lenganku? mengelus lembut pipiku? Ingatkah ketika kita menjadi sepasang kekasih ketika kita dua belas kali berpose di snapshoot foto box Timezone? dan ketika menjadi Tom and Jerry saat harus menjadi rival pada game basketball? juga saat menjadi sepasang sahabat ketika mencoba permainan capit namun tak berhasil mendapat boneka yang ku inginkan? Ingatkah ketika aku merengek untuk meminta waktumu? Ingatkah ketika kita berdua terjebak hujan? Ingatkah ketika kita harus memakai jas hujan perbagian, kamu roknya dan aku bajunya? Ingatkah banyak hal.konyol yang kita lakukan? Ingatkah kamu Erik Wijayaku?

Erik, pemilik bahu ternyaman untukku bersandar, ingatkah ketika dulu kita berjuang bersama menghadapi orang tuaku? Ingatkah ketika kita ingin mempertahankan hubungan kita? Ingatkah perjuangan itu?

Erik, pemilik mata terteduh yang pernah ku tatap, ingatkah kamu ketika demam menyerang suhu tubuhmu? Ingatkah kamu ketika kamu sedang masuk angin? Ingatkah kamu ketika ku ukir bentuk 'love' di punggungmu yang merah?

Erik, aku tak ingin kembali hanya saja ingin berterimakasih.

Terimakasih sudah pernah membuatku jatuh cinta.

Terimakasih sudah pernah menjadi bagian dari mimpi-mimpiku.

Terimakasih sudah pernah merangkai masa depan bersamaku.

Terimakasih sudah pernah berjuang melawan jarak.

Terimakasih sudah pernah menjadi topik pembicaraan menarikku dengan Tuhan

Terimakasih sudah pernah mencintaiku.

Terimakasih untuk waktu yang kamu luangkan ketika harus menjemputku di jam 2 pagi.

Terimakasih untuk mau bangun pagi ketika ku ajak jalan.

Terimakasih untuk selalu menemaniku saat aku di Kota Tepian.

Terimakasih sudah memberi perasaan yang menyenangkan.

Terimakasih untuk semua Rik!

Erik, 'si sipit' yang selalu kusayangi, jaga dirimu ya! jaga kesehatan, jaga pola makan, jika keluar malam tolong jangan lupakan jaket karena kamu sering masuk angin.

Erik, pemilik tawa terenyah, tolong jangan sakit, tolong jangan nakal, tolong fokus hanya pada satu orang yang kamu pilih saat ini, tolong jangan kenapa-napa.

Erik, 'Si alis Sinchan' yang selalu ku rindukan, kamu terang dalam gelapku, kamu pelangi di hujanku, kamu jingga di cakrawalaku, kamu putih di hitamku, kamu segalanya bagiku. Tak ada pemenang diantara kita, kita sudah sama-sama berjuang sekuat tenaga untuk menaklukkan jarak, inilah akhir perjuangan ini, pada akhirnya memang semua rencana yang kita susun sedemikian rupa tak diizinkan oleh Tuhan.

Erik, pemilik senyum termanis khususnya bagiku, terimakasih telah memberiku pelajaran bahwa cinta tak selalu indah dan berakhir seperti yang ku inginkan, dan akhirnya ini yang membuatku menjadi dewasa dan lebih kuat.

Erik Wijaya yang pernah menjadi punyaku, terimakasih telah melepasku sehingga aku bebas memilih penggantimu yang lebih baik, yang lebih bisa membahagiakan aku, yang lebih menghargai orang tuaku, yang lebih dekat dengan Tuhan.

Kini aku lebih menikmati hidupku, ku harap kamu juga begitu. Berbahagialah dengan orang yang kamu pilih. Percayalah aku selalu mendoakan kebahagiaanmu.

Erik, bismillah ku ucap dalam hatiku
Ku lepas perasaanku dengan izin Tuhan, ku maafkan semua salahmu. Aku tak ingin ada dendam, tak akan ada gunanya menyimpan dendam. Selamat tinggal Erik Wijayaku, selamat tinggal Masalaluku.

Regards,
Perempuan yang pernah mewarnai hidupmu.

Kedua KaliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang