Kala Bimbang Hadir

22 0 0
                                    

Sepulang kerja, aku melepaskan helm kemudian pergi ke dapur untuk mengambil segelas air putih, disusul oleh langkah mama.

"Vi, tadi siang Erik kesini sama temannya." Kata mama pelan.
Aku tersedak dan terkejut.

"Erik ma? Kesini? Ngapain ma?" Tanyaku, Mama tertawa kecil mungkin karena ekspresiku berlebihan.

"Hanya berkunjung dan meminta maaf juga." Tutur mama.

"Papa tau Ma?" tanyaku agak berbisik.

"Iya tau, mama sudah cerita ke papamu. Erik kesini minta maaf dan mengakui kesalahannya waktu itu telas memutuskan hubungan secara sepihak denganmu. Erik bilang juga dia sudah putus dengan kekasihnya yang kemarin. Dia bilang, dia merasa bersalah sama kamu dan juga mama, kemudian dia ingin kembali dekat denganmu." Mama menatapku lekat.

"Trus mama bilang apa?" Tanyaku ingin tahu kelanjutannya.

"Mama bilang mama sudah memaafkan, dan mama menceritakan apa adanya keadaanmu ketika dia meninggalkanmu, sampai – sampai mama menangis di depannya saat mengingat kembali kesedihanmu waktu itu."
Papa menghampiriku kemudian bertanya pelan.

"Kamu masih ada perasaan dengan Erik?" Tanya Papa
Aku terdiam sejenak, aku takut Papa marah jika aku bilang 'Iya' dan aku terlalu munafik jika mengatakan 'tidak'.

"Maaf Pa, sebenarnya Via masih sayang sama Erik." Akhirnya aku memilih untuk jujur.
Kini giliran papa yang terdiam lama.

Kemudian angkat bicara. "Sebenarnya semua terserah kamu, kamu sudah dewasa bisa menentukan yang menurutmu baik dan yang menurutmu tidak baik. Orang tua hanya bertugas mengajari dan mengarahkan anaknya kembali kejalan yang baik ketika anaknya salah jalan." Kata papa.

Otakku berpikir keras sekali, rasa bimbang menyerang sahabat kecilku yang bernama 'hati'. Aku dilanda dilema, aku tak tau harus bagaimana saat itu, aku takut papa ku marah jika aku berkata bahwa selama ini aku dan Erik sering berkomunikasi sebelum dia datang kesini.

Sepertinya papaku adalah orang pertama yang tak akan setuju jika aku kembali lagi dengan Erik. Ah aku sangat pusing di buatnya. Erik benar-benar bergentayangan dipikiranku saat itu.

Mamaku adalah orang yang paling pengertian, beliau tahu saat itu aku sedang dilema. Mama Papaku hanya takut jika aku kembali pada Erik lagi, akan lebih parah sakitnya dikemudian hari. Memang tak boleh berpikir negatif terhadap seseorang yang sudah berniat meminta maaf dan mengakui semua kesalahannya.

Seharusnya aku senang, karena doaku selama ini dikabulkan Tuhan, Erik datang kembali tanpa diminta dengan paksa. Apakah ini yang disebut kalau jodoh tak kemana?

Yang seharusnya menjadi rezeki kita

Maka akan tetap menjadi hak milik kita

Masalah jodoh sama halnya dengan bola

Yang harus dijemput sebelum direbut

Kedua KaliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang