"Oh astaga, aku gugup." Ujar Amy. Connie di sebelahnya hanya tersenyum kecil. Ia juga gugup.
Kedua gadis berkebangsaan Inggris itu melangkah sepanjang trotoar menuju kampus baru mereka. Kebetulan sekali asrama yang mereka tinggali tidak terlalu jauh dari sana. Irit ongkos.
"Apa menurutmu kita bisa melewati hari ini?" Tanya Amy. Kedua tangannya memeluk buku catatan yang masih terlihat sangat baru.
"Kenapa kau bertanya seakan kita mau berperang?" Connie balik bertanya.
"Tentu saja aku bertanya begitu, Miss Wilkinson. Kita akan berperang!" Tukas Amy. Connie mendengus. Amy terkadang bisa jadi sangat berlebihan.
"Kita akan bertemu para Amerika itu." Tambah Amy dengan suara lebih pelan.
"The colonies." Sahut Connie. Amy terkekeh.
"Yeah, the colonies." Katanya.
"Aku hanya tidak bisa membayangkan tatapan aneh dari mereka saat bertemu kita. Kau tahu? Sepertinya mereka belum pernah melihat orang Inggris berbicara." Tutur Connie.
"Kita harus membiasakannya. Kalau mereka masih saja seperti itu, kita harus bicara dengan bahasa yang mereka tidak pahami sama sekali." Connie terkekeh.
"Ya sudahlah, toh ini hanya perbedaan aksen saja."
"Kau benar, perbedaan aksen tidak akan membuat perang satu kampus." Balas Amy.
"Lain lagi ceritanya kalau kau mengencani salah satu idola kampus." Tambahnya. Connie mendengus.
"Seriously, aku sudah cukup berhadapan dengan para laki-laki terkenal. Dan itu juga sudah memberikanku cukup banyak masalah." Amy tertawa mendengarnya.
"Ya... Ya... baiklah. Aku paham." Ledeknya.
Amy dan Connie berhenti di salah satu persimpangan, dimana ada petunjuk arah di atasnya. Itu adalah salah satu tanda untuk mereka berdua berpisah hari itu. Mengingat gedung mereka yang berbeda.
"Baiklah, kita bertemu di asrama nanti." Ujar Connie.
"Semoga kita baik-baik saja hari ini." Tukas Amy.
"We will always be fine. Trust me." Connie meyakinkan. Keduanya mulai melangkah ke arah yang berbeda. Sampai Amy tiba-tiba berhenti dan berkata.
"You have to spread anything to me when you met a dishy bloke fancying you." Connie menoleh ke arah Amy dan mendengus kesal.
"You don't have to be nosy parker, Miss Corliss, thank you. Bye!" Balasnya. Lalu ia pergi begitu saja, meninggalkan Amy yang masih tertawa di belakangnya.
Connie melanjutkan langkahnya sembari beberapa kali menggerutu. Kenapa sahabatnya itu senang sekali menggodanya soal laki-laki terkenal? Tidak cukupkah dengan komunitas aneh buatan Michael itu?
"Kalau berjalan jangan sambil menggerutu, ruangan yang kau tuju bisa terlewat." Suara seseorang terdengar di sebelahnya. Connie otomatis berhenti dan menoleh, untuk mengetahui siapa yang bicara padanya.
"Joel?" Tanya gadis itu memastikan. Laki-laki itu, Joel, menyunggingkan senyum manis pada Connie.
"Hai, apa kabar?" Tanya Joel dengan aksen yang dibuat-buat.
"Tidak buruk. Baik itu kabarku ataupun aksenmu." Jawab Connie. Joel terkekeh.
"Baiklah, aku anggap itu buruk." Katanya. Connie hanya tersenyum.
"Kelas apa yang kau ambil pagi ini?" Tanya Joel.
"Administrasi." Jawab Connie.
"Ah, kau satu kelas denganku pagi ini. Ayo."
KAMU SEDANG MEMBACA
Me And Famous Boys #2
ФанфикConnie Wilkinson, memutuskan untuk pindah jauh dari negara asalnya, Inggris, untuk mencari suasana baru. Setelah ditentang habis-habisan oleh ketiga kakaknya, yang menolak idenya untuk berkuliah di UCLA, ia akhirnya menyerah dan memilih berkuliah di...