Chapter 9

943 101 10
                                    

Selingan
=========================================================

"Kau terlihat gelisah." Ujar Amy begitu melihat Connie yang tengah berjalan mendekatinya.

Mereka berdua berjanji akan bertemu di kafe terdekat dari kampus mereka. Kebetulan hari pertama ini mereka memiliki 1 jadwal kosong yang sama.

"Kau baru satu hari menjadi mahasiswi psikologi dan kau sudah bisa membacaku?" Amy memutar matanya.

"Kau terlalu jelas. Bahkan orang awam sekali pun tahu kalau kau sedang gelisah." Connie tersenyum kecil sembari mendudukan dirinya di hadapan Amy.

"Apa sesuatu terjadi? Ada yang mengganggumu?" Tanya Amy.

"Sesuatu terjadi." Kata Connie. Matanya sibuk melihat-lihat buku menu yang sudah tersedia di atas meja.

"Dan apa itu?"

"Aku belum bisa memberitahumu." Amy mengernyit.

"Kenapa?"

"Karena aku belum bisa menghubungi Luke." Kerutan di dahi Amy makin dalam. Apa ini masalah keluarga lagi?

"Masalah keluarga lagi?" Connie mengedikkan bahunya.

"Kind of." Katanya. Amy mengangguk. Kalau soal ini, ia tidak berhak untuk ikut campur.

"Kenapa kau tidak mencoba menghubungi kakakmu yang lain?" Tanya Amy.

"Karena hanya Luke yang tahu soal ini. Aku belum bisa memberitahu yang lain." Amy tersenyum kecil.

"Jangan terlalu terbebani. Aku tahu ini masalah keluarga yang harus dipikirkan. Walaupun aku tidak tahu apa masalahnya. Tapi kumohon padamu untuk tidak terlalu memikirkannya."

"Sia-sia semua pengobatanmu selama ini kalau kau kembali menjadi 'gila'." Connie terkekeh.

"Bukannya itu bagus? Kau bisa jadi punya pasien khusus untuk bahan pembelajaranmu." Amy berdecak dan melemparkan tisu ke wajah sahabatnya.

"Bodoh." Ucapnya. Connie terkekeh.

"Lalu, bagaimana hari pertamamu? Apakah ada sesuatu yang menarik?" Connie mengerucutkan bibirnya.

"Aku diganggu dua orang laki-laki aneh." Amy tersenyum lebar.

"Ahh... penggemar baru. Apa mereka tampan?" Connie memutar kedua matanya. Seriously?

"Mungkin? Entahlah, aku tidak terlalu memperhatikan." Amy berdecak. 

"Ceritakan lengkap padaku." Katanya.

"Aku mau pesan dulu. Dari tadi aku belum memesan dan aku lapar." Connie beranjak dari bangkunya dan meninggalkan Amy menuju kasir. Sekaligus mengalihkan pembicaraan untuk sementara waktu.

Connie berdiri di dekat meja kasir sembari melihat-lihat menu yang ada di sana. Memutuskan membeli beberapa makanan kecil untuk mereka berdua. Sampai kedua mata kebiruannya menangkap siluet laki-laki yang berjalan mendekati mejanya dan Amy. Connie mengerutkan dahinya melihat betapa lebarnya senyum laki-laki itu pada Amy. Ia bisa menebak kalau laki-laki itu menyukai sahabatnya.

Connie membayar pesanannya dan kembali ke mejanya. Bersamaan dengan laki-laki itu yang pergi menjauhi meja mereka. Connie memperhatikan dengan baik laki-laki itu, lalu beralih pada Amy. Yang kini tengah sibuk dengan ponselnya.

"Siapa itu?" Tanya Connie.

"Teman satu kelasku." Jawab Amy. Ia meletakkan kembali ponselnya dan tersenyum kecil pada Connie.

"He is cute." Ujar Connie.

"I know. You don't have to tell me. I know."

"Siapa namanya? Dan kenapa dia tidak duduk saja di sini? Kenapa langsung pergi?" Amy tersenyum kecil.

Me And Famous Boys #2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang