Udah sampe chapter 50. Tamatin engga nih? Tamatin aja ya...
tolong baca note dibawah, dan dimohon pengertiannya, terima kasih.
ENJOY!
============================================================Connie kembali ke London setelah menghabiskan 2 hari di Peru. Ia kembali ke London sendiri, karena Calum harus menyusul teman-temannya ke LA. Connie menarik koper kecilnya, berniat mencari taksi, tapi langkahnya terhenti saat sebuket bunga muncul di hadapannya. Connie tanpa sadar mendengus, ia tahu siapa itu.
"Kau menjemputku?"
Orang yang membawa buket bunga itu, Reece Bibby, tersenyum kecil. "Kau tidak suka?"
Connie menggeleng. "Bukan begitu. Hanya saja, kau kemarin marah padaku." Reece menghela nafasnya. "I am sorry. I'll make it up to you." Connie memejamkan matanya sebentar. Make it up, itu sudah sering dia lakukan. Tapi Connie tidak berani memprotes, ia biarkan dulu Reece berbuat sesukanya.
Reece mengambil alih koper Connie dan menuntun gadis itu menuju ke mobilnya. Sepanjang perjalanan, Connie bisa melihat Reece yang berusaha keras untuk memperbaiki semuanya, meski begitu, Connie tidak terlalu banyak berharap.
Connie membuka pintu apartemennya begitu mereka sampai. Wajahnya menunjukkan kalau ia benar-benar lelah. Reece yang mengerti kondisi Connie, membiarkan gadis itu beristirahat di kamarnya. Sementara dia akan berjaga di apartemen itu.
Connie terbangun dari tidurnya setelah beberapa jam. Ia sempat mengira Reece akan langsung pulang. Karena laki-laki itu sering sekali meninggalkannya, sudah pasti Reece tidak akan menetap lama. Namun tebakannya salah. Connie cukup terkejut saat melihat Reece yang tengah membuat sesuatu di dapur.
"Reece?" Connie memastikan. Reece berbalik dan menyunggingkan senyum khasnya.
"Hey, tidurmu nyenyak?" Connie mengerjapkan matanya beberapa kali. "Kau sedang apa?"
Reece menyodorkan sepiring spageti pada Connie. "Aku membuat makan malam. Maaf ya, kalau aku lancang. Tapi aku tahu kalau kau pasti lapar."
Connie hanya mengangguk kecil dan menerima piring itu. Keduanya pun menyantap makan malam mereka dengan damai. Atau mungkin hanya Connie? Reece beberapa kali berusaha membuka pembicaraan, tapi Connie tidak suka bicara saat makan. Jadi ia hanya diam, membiarkan Reece bicara sendiri.
Setelah makan malam, mereka berdua (atau lebih tepatnya Reece) memutuskan untuk menonton. Connie cukup senang dengan keberadaan Reece. Itu seperti kembali ke beberapa waktu lalu, di mana Reece selalu ada di sana untuknya.
Mereka berdua menikmati sisa hari itu dengan damai. Reece benar-benar memperlakukan Connie dengan lembut dan baik, bahkan lebih baik dari sebelumnya. Tapi Connie tidak bisa terus terlena. Ia tetap harus memastikan posisinya. Jadi dengan segenap hati, Connie memberanikan dirinya untuk bertanya.
"Reece, aku ingin bicara." Reece yang sedang fokus dengan layar TV, menoleh pada Connie dan tersenyum lembut.
"Kau ingin bertanya apa, darling?" Connie menarik nafasnya dalam-dalam, ia menatap Reece, berusaha untuk memberanikan diri.
"Hubungan kita ini sebenarnya apa?" Senyum Reece pudar, dia memutar matanya malas dan melepas rangkulannya yang sedari tadi berada di bahu Connie.
"Seriously? Haruskah kita membahas soal ini lagi?" Connie merubah posisi duduknya. Ia bersandar pada sofa dan menatap Reece intens. "Tentu saja, kau mau menghindar lagi?"
Reece mendengus. "Kenapa soal ini sangat penting?"
"Aku hanya ingin tahu porsi dan posisiku, Reece. Aku tidak mau dicap perebut pacar orang." Tukas Connie.
KAMU SEDANG MEMBACA
Me And Famous Boys #2
FanfictionConnie Wilkinson, memutuskan untuk pindah jauh dari negara asalnya, Inggris, untuk mencari suasana baru. Setelah ditentang habis-habisan oleh ketiga kakaknya, yang menolak idenya untuk berkuliah di UCLA, ia akhirnya menyerah dan memilih berkuliah di...