"Hey princess. Kau masih betah tidur, eh? Kenapa kau tidak bangun? Kau marah padaku? Kumohon bangun, princess. Bertahanlah. Aku dan yang lain menunggumu." Isaknya.
Drew mengecup dahi Connie lembut dan lama. Dia juga mengecup tangan Connie. Drew bangkit dan bergantian dengan Luke. Luke melakukan hal yang sama. Mengenggam tangan Connie dan berbisik pada gadis itu.
"Kumohon bangun, princess. Jangan siksa aku seperti dulu. Kau tidak rindu padaku? Sudah berapa hari kita tidak bertemu? Bangun princess, aku mohon." Isaknya.
Luke melakukan ritual yang sama dengan Drew. Begitu selesai, Amy mendekati Connie dan ikut berbisik di telinga sahabatnya.
"Hey, bangun Connie. Kau janji padaku akan datang ke Perancis. Kau janji akan liburan bersamaku. Tapi kenapa kau belum bangun? Kumohon. Bangun, Connie. Kau sudah berjanji untuk bertahan." Isaknya.
Amy beranjak dari tempatnya. Airmata mengalir deras dari matanya. Niall pun ikut menghampiri Connie dan melakukan hal yang sama seperti apa yang adiknya lakukan pada Connie. Digenggamnya lembut tangan Connie dan dia juga mengecup lembut puncak kepala Connie.
"Hey, princess. Maafkan aku. Kau tahu aku menyayangimu kan? Aku tidak berbohong soal itu. Hanya saja kebodohanku menutupinya." Niall menarik nafas sebelum melanjutkan. Airmata sudah menetes dari mata biru langitnya.
"Kumohon bertahanlah. Aku akan merasa berdosa jika kau tidak bangun. Kau tidak mau kan melihatku juga Drew dan Luke bertengkar? Kumohon bangun, princess. Jadilah penengah untuk kami lagi. Aku mohon."
Niall menangis keras. Dia menempatkan wajahnya dilekukan leher Connie. Drew dan Luke yang melihatnya ikut menangis. Mereka berdua menghampiri Niall dan menepuk lembut bahu Niall. Memberikan dukungan moril untuk masing-masing.
"Kami mohon, bangunlah, princess. Bertahanlah." Bisik Niall.
Mesin di sekitar tempat tidur Connie tiba-tiba berbunyi keras. Mengejutkan mereka yang ada di sana. Perawat dan dokter yang berada di sana segera mengelilingi tempat tidur Connie. Membuat Niall dengan terpaksa melepas genggamannya. Dia dan kedua adiknya serta Amy mundur secara perlahan. Membiarkan para tenaga medis melakukan pekerjaannya.
Niall tidak bisa mendengar jelas apa yang mereka katakan. Begitu juga dengan Luke dan Drew. Sementara Amy hanya bisa berdiri gemetaran di pelukan Drew. Keempat orang itu shock saat seorang perawat melakukan resusitasi jantung-paru. Perawat wanita itu menekan dada Connie berkali-kali, berusaha menormalkan detak jantung gadis itu.
Semua terasa buram bagi Niall, Drew dan Luke. Mereka terdiam kaku. Menyaksikan apa yang sedang terjadi di sana. Beberapa perawat mulai mengecek mesin di sekitar Connie. Para dokter pun mulai mengecek keadaan pasien.
Niall dan dua adiknya menangis begitu melihat si perawat yang melakukan RJP mulai berhenti bergerak. Seakan menunjukkan kalau ia menyerah. Mesin pendeteksi jantung di sana menunjukkan garis lurus dengan bunyi nyaring yang panjang. Para dokter dan perawat terlihat pasrah. Membuat Niall panik.
Niall menghampiri dr. John dan menarik sneli dokter paruh baya itu dengan kasar. "Apa yang terjadi? Kenapa kalian berhenti?"
"Maafkan aku Mr. Wilkinson, kami sudah berusaha sekuat tenaga. Tapi Miss Wilkinson tidak bisa kami selamatkan." Ujar dr. John. Niall terdiam. Semua terasa sunyi. Suara yang terdengar olehnya hanyalah tangis keras dari Amy.
"Tidak mungkin! Connie masih hidup. Aku tahu itu!" Ujar Luke. Wajahnya memucat.
Drew pun terisak sembari memegangi Amy yang kini hanya bisa menangis di pelukannya. "Usahakan lagi. Kumohon."
dr. John mengangguk dan kembali berusaha walaupun terlihat sedikit enggan. Namun salah satu perawat dengan cekatan memeriksa kondisi Connie. Lebih detail dibanding rekannya sebelumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Me And Famous Boys #2
FanficConnie Wilkinson, memutuskan untuk pindah jauh dari negara asalnya, Inggris, untuk mencari suasana baru. Setelah ditentang habis-habisan oleh ketiga kakaknya, yang menolak idenya untuk berkuliah di UCLA, ia akhirnya menyerah dan memilih berkuliah di...