Hari di mana Connie dan Niall bertemu dengan ibunya tiba. Mereka akan bertemu di sebuah restoran yang ada di dekat gedung apartemen kedua saudara itu. Niall sudah menghubungi Drew soal rencana pertemuan mereka dengan Sharon. Drew tentu saja terkejut dan katanya dia akan segera menyusul ke London. Entah kapan sampainya, Niall dan Connie kurang tahu.
Sementara Luke tidak bisa dihubungi. Bahkan Ashton dan Michael pun tidak tahu Luke ada di mana. Padahal mereka masih berada di negara yang sama. Berbeda dengan Calum yang berada di Inggris sekarang.
Connie merasa sangat gugup. Ia tampak beberapa kali menarik ujung kaos yang ia kenakan. Entah kenapa bertemu dengan ibunya jauh lebih menegangkan dibanding bertemu dengan ayahnya kemarin. Apa karena ia tahu kehidupan ayahnya? Connie tidak lagi tahu apa-apa soal ibunya paska pertemuan terakhirnya di Birmingham waktu itu. Dan dengan sangat jujur, Connie sebenarnya jauh lebih penasaran dengan kehidupan ibunya dibanding ayahnya.
Mungkin karena mereka dulu sangat dekat? Connie memang tidak ingat banyak akan kenangannya bersama sang ibu. Tapi ia yakin kalau dulu mereka dekat.
"Kau bisa merobek bajumu kalau kau menariknya seperti itu, princess." Suara Niall membuyarkan lamunan Connie.
Mereka sudah berada di restoran. Niall memang mengajak Connie ke sana lebih awal. Dia tahu kalau adiknya itu masih butuh waktu untuk menenangkan diri. Niall meneguk kopinya, mereka menunggu kedatangan Sharon.
Tidak lama, orang yang mereka tunggu tiba. Connie tadi sempat melihat Sharon masuk dengan seorang pria, tapi laki-laki itu meninggalkan Sharon menuju ke meja lain.
"Hey, kalian sudah lama?" Tanya Sharon. Terlihat jelas kalau ia sangat gugup.
Niall menyunggingkan senyum khasnya, "Tidak, mum."
Sharon duduk di salah satu bangku yang tersisa. Keheningan pun meliputi mereka. Niall melihat ketegangan di mata Connie dan Sharon. Dia pun memutuskan untuk memanggil pelayan, memesan beberapa makanan dan memecah keheningan di antara mereka.
"Jadi, mum mau bicara soal apa?" Tanya Niall begitu makanan sudah tiba di meja.
Sharon menghela nafasnya dan menatap Connie. Connie bisa melihat rasa bersalah yang cukup besar di sana.
"Aku minta maaf padamu, Connie. Aku sudah menjadi ibu yang buruk untukmu juga kakak-kakakmu." Kata Sharon. Connie hanya bisa menatap ibunya. Ia menunggu Sharon untuk mengatakan semuanya.
"Aku mengetahui soal ayahmu saat usiamu dua tahun. Dan bertepatan dengan itu, pekerjaanku berubah menjadi kacau. Keuangan kita mulai menipis. Ayahmu sibuk dengan keluarganya."
"Itu sebabnya, mum dan dad yang mengirimku, Luke dan Drew keluar?" Tanya Niall. Sharon mengangguk. "Aku sangat berterima kasih dengan Liz, Bobby dan Steve yang mau mengurus kalian bertiga."
Sharon menggenggam erat tangan Connie. "Aku awalnya berniat mengirimmu juga. Karena jujur, hidupku hancur."
"Kenapa mum tidak mengirimku juga?" Tanya Connie. "Karena ayahmu ingin kau tetap di sampingnya."
"Itukah alasan ibu memukulku? Karena mum tidak bisa mengirimku pergi?" Sharon menggeleng. "Bukan."
"Lalu?"
Sharon menarik nafasnya, matanya menatap ke langit-langit. "Aku menjadi pecandu. Dan karena aku tidak bisa memukul ayahmu, kau yang jadi pelampiasan."
Niall melotot. "Kau menjadi pecandu?" Sharon mengangguk. "Dan itulah kenapa emosiku tidak stabil."
Niall ikut mengangguk, dia ingat kalau dulu ibunya sering marah-marah tidak jelas. Mungkin itu efek dari obat atau minuman yang dikonsumsi ibunya.
"Mungkin kalau Niall atau Luke yang ada di sana, mereka yang akan jadi korban. Tapi karena hanya ada kau, aku benar-benar tidak bisa mengendalikan diri." Setetes air mata mengalir di pipi Sharon.
KAMU SEDANG MEMBACA
Me And Famous Boys #2
FanfictionConnie Wilkinson, memutuskan untuk pindah jauh dari negara asalnya, Inggris, untuk mencari suasana baru. Setelah ditentang habis-habisan oleh ketiga kakaknya, yang menolak idenya untuk berkuliah di UCLA, ia akhirnya menyerah dan memilih berkuliah di...