Chapter 2

19.1K 701 6
                                    

Di sinilah kami sekarang di suatu tempat yang indah yang didalamnya terdapat danau yang dikelilingi oleh bunga2 cantik yang membuat siapapun melihatnya akan berdecak kagum dan disini hanya terdapat aku dan shelin.
"Wah!! Tempat ini sangat indah, kau tau dari mana tempat ini dan mengapa cuma ada kami berdua disini ???" Tanyaku pada Shelin tapi dia tidak menjawab pertanyaanku, dia hanya memandang ke depan dengan tatapan kosong aku bingung mengapa dia tidak biasanya yang ceria dan jahil.

"Tempat ini aku tahu dari ayahku, aku mengajak kamu kesini karena aku ingin menceritakan tentang kehidupanku yang selama ini ku pendam sendirian dan kurasa kamu adalah orang yang tepat karena aku sudah menggapmu seperti saudaraku sendiri"
Setelah beberapa lama keheningan di antara kami akhirnya dia membuka suara. Aku hanya diam dan mendengarkan kelanjutan ceritanya sebenarnya ada rasa sesak ketika ia hanya menganggapku saudaranya.

"Huuuu" ia menghela napas kasar sebelum memulai ceritanya

"Keluargaku adalah keluarga yang harmonis setiap selesai makan malam kami selalu menempatkan waktu untuk nonton bersama di ruang keluarga sambil bercanda, kegiatan itu sudah seperti adat dalam keluarga kami yang harus kami lakukan namun suatu hari mama kelihatan pucat saat kami sedang bercanda kemudian papa tanya mama kenapa tapi mama hanya jawab mama kecapean dan kami percaya akan hal itu jadi papa hanya mengantar mama ke kamar untuk beristirahat tanpa curiga sama mama sedikitpun. Waktu berjalan seperti biasa dan suatu ketika bibi berteriak teriak membuat aku dan papa menghampiri bibi yang disana terdapat mama sudah tergeletak tak sadarkan diri dengan muka yang sangat pucat sekali, papa segera menggendong mama menuju mobil dan menjalankan mobil dengan kecepatan yang lumayan sesampainya di rumah sakit mama langsung masuk ruangan UGD, setelah beberapa lama sudah tidak terdengar lagi suara di dalam ruang tersebut dan dokter keluar dengan wajah lesu, aku dan papa saling pandang dengan raut wajah kawatir walaupun saat itu aku masih kelas 5 sd tapi aku agak ngerti dengan maksud raut wajah tersebut menandakan kabar tidak baik. Papa langsung bertanya kepada dokter ada apa dokter tersebut menjawab dengan lesu bahwa mama sudah meninggal sekitar 10 menit sebelum masuk ruang UGD, aku dan papa shock kenapa bisa terjadi dan dokter menjelaskan bahwa mama mengalami penyakit kanker otak yang sudah lama di deritanya dan penyakit itu sudah stadiun akhir. Aku dan papa saling pandang lagi dengan tatapan tidak percaya karena selama ini mama pandai sekali menyembunyikan penyakitnya pada kami, keesokan harinya mama dimakamkan aku hanya menangis sejadi jadinya di pelukan papa. Setelah kejadian itu papa menyibukan dirinya dengan bekerja sehingga perusahaan papa berkembang pesat membuat papa selalu pergi keluar negeri meninggalkan aku sendiri di rumah dengan ditemani bibi tapi walaupun demikian papa masih menelfonku untuk menanyakan kabarku. Dan pada suatu hari papa mengajak ke tempat ini dan kita kemping disini untuk membayar waktu yang selama ini terbuang dan papa menceritakan bahwa selama ini selain papa menyibukan diri dengan bekerja papa juga berjalan jalan dan akhirnya menemukan tempat ini yang mungkin belum diketahui oleh orang2. Setelah kemping itu papa kembali menghabiskan waktunya dengan bekerja bekerja dan bekerja sehingga membuatku kesepian. Hal itu yang membuatku ceria dan sering jahil kepada teman2 terutama kepada kamu untuk menghilangkan kesepianku" Shelin mengakhiri ceritanya dengan menyandarkan kepalanya di pundaku, aku hanya bisa menghapus air mata yang sudah jatuh sedari tadi dengan tangan kananku dan mengelus kepalanya dengan tangan kiriku. Setelah beberpa dia mulai tenang dan akupun angkat bicara untuk membunuh kesunyian ini

"Karna kamu sudah menceritakan kehidupanmu maka aku juga akan menceritakan kehidupanku sebelum ketemu kamu" Akupun menceritakan kejadian pahit itu kepadanya sampai kejadian pertama kali aku dan Shelin ketemu tapi aku tidak menceritakan kepadanya rasa yang selama ini ku pendam kepadanya. Aku mengakhiri ceritaku dengan kalimat ..
"Aku tidak menyangka seseorang yang selama ini selalu kuhormati hampir saja merebut sesuatu paling berharga dalam hidupku" kataku dengan menundukan kepalaku menangis sejadi jadinya mengingat kejadian pahit itu. Shelin menarik diriku kedalam pelukannya aku membalas pelukannya dengan melingkarkan kedua lenganku pada pinggangnya dan menyandarkan kepalaku di pundaknya, Shelin semakin mengeratkan pelukan kami sampil mengelus punggungku dan mengecup pucuk kepalaku dengan sayang. Hal itu membuat jantungku berdetak 3x lebih cepat dari biasanya, akupun mendongakan kepalaku untuk melihatnya ia mencium keningku dalam dan lama membuatku menutup mataku menikmati ciumannya dan berusaha menetralkan jantungku yang berdetak tak karuan akibat perlakuannya ini.

"Kamu yang sabar ya, aku janji akan selalu ada buat kamu" Katanya setelah melepaskan ciumannya di keningku dan menatapku lembut sambil mengelus pipiku, perkataan dan perlakuaanya ini membuatku menundukan kepalaku untuk menyembunyikan pipiku yang mungkin sudah merah karena aku merasa pipiku memanas tapi ia meletakan jari telunjuknya di daguku dan mengangkat kepalaku membuatku menatapnya tapi kemudian ia berdiri dan tertawa lepas. Aku hanya memandang dia kesal dengan kelakuannya ini
"Cieee pipinya merah ciee" katanya menggodaku, aku hanya membalikan badanku membelakanginya kerna malu. Namun tidak lama tubuhku menegang karena merasakan sepasang lengan dari belakang melingkar di pinggangku dan dagu yang diletakan di pundak kananku.
"Aku minta maaf ya karena uda jahil sama kamu" katanya sambil tersenyum, aku hanya diam karena masih berusaha menetralkan jantungku yang kembali berdetak tak menentu.
"Kamu kenapa sih diam dan ini tubuhmu mengapa tegang gini ??" Tanyanya sambil melepaskan pelukannya dan membalikan tubuhku untuk menghadapnya
"E- enggak papa kok, kita pulang yuk kan tadi ijin sama mama aku cuma sebentar" jawabku dengan gugup
"Oh iya ya, ayo kita pulang" katanya sambil menarik tanganku untuk menuju mobilnya dan membukakan pintu untuku, aku masuk sambil tersenyum tidak lupa mengucapkan terima kasih padanya dia hanya tersenyum sambil menganggukan kepalanya dan berjalan memutar ke pintu kemudi.

Sorry nama pameran utamanya Retika ya buka Kartika kemarin salah ketik !!

My Best Friend Is My LoverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang