14.

2.9K 163 10
                                    

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ


Qaddar Allahu wa maa syaa'a fa'ala'a

(Allah mentakdirkan terserah apa yang diputuskan-Nya)

[HR. MUSLIM]

🌸🌸🌸

"Na, cepat kesini. Tolong bantuin ibu." teriak Nur dari dapur.

"Iya bu" Hana merapikan peralatan yang berserakan diatas meja sebelum turun membantu sang ibu.

"Duh anak ibu, auranya beda banget malam ini nggak seperti biasanya." goda Nur saat Hana tiba di dapur.

Hana tersipu malu. Sebegitu jelasnya kah kebahagiaan terpancar diwajahnya? Batin Hana. Demi menutupi rasa bahagianya, tangannya lihai mengatur susunan aneka makanan kedalam wadah.

"Nggak usah malu Na, ibu juga sangat bahagia kok malam ini. Ibu nggak nyangka sebentar lagi putri ibu ini akan dilamar" Nur mengusap puncuk kepala Hana.

Hana tersenyum riang menatap ibunya.

"Tapi rasa-rasanya ibu ini seperti kemakan omongan sendiri ya?"

"Maksud ibu?" Hana mengerjapkan mata bingung.

"Kamu masih ingat nggak ibu pernah bilang kalau ibu nggak ingin kamu menikah dengan abdi negara seperti ayah."

Hana mengangguk. Ia mengingat pembicaraan waktu itu. Ibunya tidak ingin dia menikah dengan abdi negara karena ibunya merasa kasihan jika ia akan sering ditinggal pergi oleh suami. Sama seperti ayah yang selalu pergi demi menunaikan tugas. Namun waktu itu ibunya juga mengatakan jika Hana memang berjodoh dengan abdi negara, dia bisa apa? Toh jodoh itu adalah ketetapan dari Allah. Jadi ibunya tidak mungkin menentangnya.

"Dan sekarang kamu akan dilamar oleh seseorang yang profesinya sama seperti ayah." Nur tersenyum menatap putrinya.

"Ibu mau setelah lamaran ini, pernikahan pun harus segera dilangsungkan." ucap Nur lagi.

"Tapi bu..."

"Nggak ada tapi-tapi Na dan jangan coba-coba mencari alasan apapun. Ibu hanya tidak ingin jika pernikahan tidak dilaksanakan kalian akan semakin dekat karena merasa telah saling terikat. Padahalkan kalau belum menikah yah belum boleh dekat-dekatan" Nur tersenyum tipis.

Hana diam. Ia tidak ingin membantah perkataan ibunya. Karena ia sadar bahwa ibunya hanya ingin yang terbaik. Hana pun tidak ingin merusak kebahagiaan yang terpancar jelas diwajah ibu karena sebuah perdebatan. Saat ini Hana hanya ingin membahagiakan ibunya, orang yang sangat ia cintai. Harta yang paling berharga. Setelahnya Hana mengangguk menatap Nur.

"Oke sekarang bantu ibu meletakkan makanan ini diatas meja." tunjuk Nur pada piring-piring yang telah berisi aneka makanan, "Setelah itu kita sholat Isya dulu. Bian dan keluarganya akan datang ba'da Isya bukan?"

"Iya bu" jawab Hana.

🌸🌸🌸

Pukul 23.30, pandangan Hana terus tertuju pada daun pintu. Berharap orang yang ia tunggu mengetuk pintu itu. Cemas, gelisah, kecewa, dan sedih itu lah yang tengah ia rasakan saat ini. Ia tidak habis pikir mengapa Bian tidak datang hingga selarut ini bahkan tak ada kabar darinya. Entah berapa panggilan dan pesan yang Hana kirim namun tak satupun yang berbalas. Bian tak bisa dihubungi.

HANA (Republish) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang