بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
🌸 🌸 🌸
Tak habis pikir mengapa Allah begitu baik, mengabulkan inginku yang dengan mengucapkannya saja aku tak mampu.
Ingin yang tersimpan rapat dalam
relung hati.🌸🌸🌸
"Kenapa?"
Suara parau Fikran berhasil membuyarkan konsentrasi Hana, tangannya yang mengoleskan salep tertahan.
"Sakit bukan?" ucap Hana pelan menyentuh luka Fikran.
"Nggak" ringis Fikran
"Bohong" balas Hana sengit.
Fikran tersenyum mendapati Hana yang mulai bersikap seperti biasanya.
"Kenapa tidur? Kenapa lukanya nggak di obatin dulu?" cerca Hana kemudian
"Supaya kamu yang obatin." jawab Fikran santai.
Hana diam. Tangannya masih setia mengoleskan salep dengan sangat berhati-hati.
"Dibawa ke rumah sakit aja, takut lukanya infeksi"
"Nggak mau"
"Kok nggak mau?"
"Kan ada kamu yang obatin"
"Tapi rumah sakit lebih efektif ngobatinnya om. Ayo kerumah sakit!"
"Nggak mau, om mau tidur."
"Loh kok tidur sih?"
"Om baru pulang dari ibu kota dan setelah itu harus menjemput istri om yang ada di stadion seorang diri. Jadi om perlu istirahat sebentar."
Hana terdiam mendengar kata isteri yang Fikran ucapkan.
"Tau dari mana kalau Hana ada di stadion?" tanya Hana menyembunyikan kegugupannya.
"Tadi pas di bandara telepon ibu, katanya kamu di stadion sama Zahra"
Hana mengangguk ia memang izin pada ibunya untuk ke stadion bersama Zahra namun ia lupa mengabari jika Zahra tidak ikut.
"Sering telepon ibu?" tanya Hana kemudian.
"Sering"
"Oh jadi lebih sering hubungi mertua dari pada isteri sendiri?" sungut Hana.
Fikran tersenyum jahil, "Isteri siapa?" Fikran mendudukkan tubuhnya menghadap Hana, menatap manik matanya.
"Tau ah" Hana bangkit berjalan menuju dapur.
Fikran tersenyum melihat tingkah Hana yang kembali seperti sedia kala. Hana yang menggemaskan dan mudah emosi. Tak lama, senyum Fikran sirna saat Hana kembali, berdiri di hadapannya.
"Di dapur nggak ada apa-apa"
"Lalu?"
"Hana lapar, kalau pun bahannya ada Hana nggak bisa masak" ucapnya memelas.
Fikran berdiri, "Ya udah kita delivery aja ya. Om mau mandi dulu" Fikran mengusap kepala Hana yang tertutupi hijab instan.
Sementara Hana yang tidak terbiasa dengan perlakuan seperti itu berdiri mematung di tempatnya.
🌸 🌸 🌸
Pukul 03.00 dinihari, Hana terbangun dari tidurnya. Ia membaca doa bangun tidur lalu menyingkap selimut yang menutpi separuh tubuhnya. Ia berjalan menuju kamar mandi hendak mengambil wudhu lalu menunaikan sholat qiyamullail. Baru saja hendak melangkah, Hana merasakan kakinya menendang sesuatu. Ia pun menunduk mencari tahu apa yang baru saja ia tabrak. Matanya membelalak saat mendapati tubuh Fikran meringkuk di atas sebuah alas tipis.
KAMU SEDANG MEMBACA
HANA (Republish)
SpiritualHana tak punya pilihan untuk menentukan kepada siapa ia akan menjalin bahtera pernikahan. Semuanya telah digariskan. Hana tak pernah tahu nama siapa yang tertulis untuknya di Lauh Mahfuz namun ia tidak pernah menyangka kalau dia lah yang kelak menj...