بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
Orang yang paling aku sukai adalah dia yang mau menunjukkan kesalahanku.
[Umar bin Khattab]
🌸 🌸 🌸
Hana memasuki ruang kelas dengan langkah mantap meski awalnya ketakutan sempat menyergap. Beberapa pasang mata ikut mengiringi langkah Hana menuju tempat duduknya. Tatapan mata yang tak Hana ketahui maknanya. Ia mengabaikan semua tatapan itu lalu duduk di samping bangku Zahra, sahabatnya.
"Maaf mba, bangku ini sudah ada yang nempatin." ucap Zahra tanpa memperhatikan orang yang ia ajak berbicara.
"Siapa?" Hana melirik dan ke kanan dan ke kiri mencari seseorang yang akan duduk dibanku itu namun tidak ada yang berjalan kearahnya dan ia tidak menemukan adanya tas yang menandakan bahwa seseorang benar duduk di bangku itu. Paling itu cuma akal-akalan Zahra aja, batin Hana dan tidak beranjak barang seinci pun.
Zahra yang merasa ucapannya tidak digubris oleh wanita tadi berpaling dengan suara yang penuh penekanan, "Mba saya bilang bangku ini sudah..." perkataan Zahra terhenti saat ia memalingkan wajah menatap wanita disampingnya, "Kamu Hana bukan?"
Hana menatap Zahra bingung, "Apaan sih Ra, memangnya aku bunglon yang bisa berubah-ubah."
"Kok ada yang beda?" Zahra menyipitkan mata menatap Hana
"Biasa aja" jawab Hana tak acuh sambil membaca sebuah novel yang baru saja ia keluarkan dari dalam tas.
Zahra menatap Hana dari ujung kepala hingga ujung kaki dengan tatapan menyelidik.
"Zahra..." Hana menghentikan aktifitas membacanya lantaran merasa tidak nyaman dengan tatapan Zahra
Sebuah pelukan yang diiringi tawa renyah dirasakan oleh Hana "Duh cantiknya sahabatku ini" bisik Zahra "Tapi,,, tapi terlihat aneh" tambahnya lagi sembari melepas pelukan dan berlari meninggalkan ruang kelas.
"Zahraaa..." Teriakan Hana berhasil membuat orang-orang di kelas menatapnya. Refleks Hana segera membekap mulutnya dengan kedua tangan.
"Udah pakai pakaian kaya gitu masih aja suka teriak-teriak." ucap seseorang dibelakang Hana.
Hana berbalik menatap orang tadi yang ia ketahui bernama Intan. Meskis sedikit kesal, Hana tak ingin menggubris perkataan wanita itu. Ia kembali pada posisi semula.
"Lagian ngapain sih pakai pakaian kaya gitu Han, ribet banget kaya emak-emak yang mau pengajian." wanita yang duduk disebelah intan ikut menambahkan.
Hati Hana mencelos mendengar perkataan Rini. Kali ini dia tidak ingin tinggal diam. Apa salahnya dengan pakaian yang ia kenakan saat ini, toh yang memakai dirinya sendiri dan tidak merugikan siapa pun. Baru saja Hana ingin membantah perkataan Rini, namun tak jadi karena seorang lelaki lebih dulu berucap.
"Kamu itu bagusnya pakai pakaian yang seperti kemarin-kemarin Hana, lebih semok, lebih seksi." ucap sang ketua tingkat dan langsung disambut tawa oleh teman-temannya.
Nafas Hana memburu. Dadanya terasa sesak. Airmata dengan cepat menggenang. Segera Hana berlari keluar tak ingin siapapun melihat tangisnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
HANA (Republish)
SpiritualHana tak punya pilihan untuk menentukan kepada siapa ia akan menjalin bahtera pernikahan. Semuanya telah digariskan. Hana tak pernah tahu nama siapa yang tertulis untuknya di Lauh Mahfuz namun ia tidak pernah menyangka kalau dia lah yang kelak menj...