30.

3.3K 166 9
                                    

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

"Belum tidur Han?" tanya Farah saat sadar bahwa Hana hanya berpura-pura tidur.

"Nggak bisa tidur mba" jawabnya membuka mata karena sudah ketahuan.

"Kenapa? Kakimu masih sakit?"

"Nggak kok mba. Oh iya tadi itu Hana nggak seriusan jatuhnya mba. Tadi niatnya cuma mau nge-prank mba dan om Fikran." jujur Hana setengah berbisik.

Farah berbalik memposisikan tubuhnya menghadap Hana, "Jadi tadi kamu bohong?"

"Bukan bohong mba, cuma bergurau."

"Apa bedanya Han? Sama-sama menipu toh?"

Hana diam.

"Dalam sebuah hadist Rasulullah SAW bersabda: Celakalah bagi yang berbicara lantas berdusta hanya karena ingin membuat suatu kaum tertawa. Celakalah dia, celakalah dia. Menurut kamu Han, orang-orang yang melakukan prank itu ada manfaatnya nggak sih?"

Hana berpikir sejenak, "Untuk menghibur orang lain atau sekadar seru-seruan aja mba."

"Setuju. Tetapi menurut mba, banyak cara yang lebih baik jika niatnya untuk menghibur orang lain. Bukan dengan cara mempermalukan diri sendiri dan juga orang yang terkena prank itu pasti merasa kesal bukan?"

Hana mengangguk, membenarkan perkataan Farah.

Farah tersenyum, "Nah sekarang ayo kita tidur, mba sudah mengantuk"

Hana menarik selimutnya. Sementara Farah sudah berbalik membelakanginya. Diluar, suara guntur terdengar bersamaan dengan kilat yang menyambar. Pertanda akan segera turun hujan. Hana memaksa matanya untuk terpejam, merapalkan doa-doa namun kantuk belum juga datang. Ia tampak sangat gelisah. Beberapa kali membolak-balikan badan berharap mendapat posisi yang nyaman tapi tetap saja ia tak dapat tertidur seperti Farah yang terlihat pulas memeluk guling.

Hana menyingkap selimut dari tubuhnya, mengambil bantal dan membawanya keluar.

"Kenapa lagi Far?" Fikran mendongakkan wajah, yakin bahwa yang datang menghamipinya adalah Farah. "Belum tidur?" tanyanya sedikit kaget melihat Hana berdiri didepannya.

"Nggak bisa tidur ada suara guntur."

"Kamu takut guntur?"

"Memangnya Hana anak kecil, takut sama guntur. Cuma nggak bisa tidur aja, suaranya terlalu nyaring." Hana duduk tak jauh dari posisi duduk Fikran, sebelumnya ia sudah menyingkirkan kertas dan buku yang berserakan.

"Kakimu masih sakit?" Fikran mengalihkan pembicaraan.

"Nggak. Mungkin sudah sembuh."

Kedua alis Fikran saling bertautan, bukannya beberapa jam yang lalu isterinya itu histeris kesakitan? "Alhamdulillah kalau sudah sembuh" ucapnya kemudian.

"Om lagi ngerjain tugasnya mba Farah?"

"Bukan mengerjakan, tapi membantu menyalin apa yang sudah Farah buat, dan mengoreksi beberapa kesalahan." terang Fikran

Hana mengangguk tak ingin membahasnya lebih jauh.

***

Hana terbangun dari tidurnya saat sayup-sayup mendengar lantunan ayat suci Al-Quran melalui speaker masjid terdekat. Matanya mengerjap menyesuakan cahaya yang memapar. Seketika ia terbelalak. Dengan jelas ia menatap wajah Fikran yang tertidur tepat disampingnya. Hana bergerak hendak beranjak namun urung saat tangannya dan tangan Fikran saling bertautan. Ia tidak mengingat mengapa mereka bisa saling berpegangan. Yang ia ingat bahwa beberapa jam yang lalu dirinya tidak bisa tidur dan memutuskan untuk mengobrol dengan Fikran. Setelah itu kantukpun mulai datang dan ia jatuh terlelap.

HANA (Republish) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang