11.

3.2K 162 9
                                    

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

🌸 🌸 🌸

Dua jam berlalu, kini Hana dan Farah berada di jalan hendak pulang. Lantunan Surah Alkahfi yang dibacakan oleh Qori terkenal mengalun indah ditengah keheningan.

"Mba Farah." panggil Hana

Farah mengalihkan perhatiannya dari jalan raya, menatap Hana.

"Maaf mba"

Hana kembali diam. Ia merasa akhir-akhir ini dia menjadi sangat perasa. Dan kini rasa bersalah memenuhi hati dan pikirannya.

Farah mengerutkan dahi "Maaf untuk apa Han? Memangnya kamu ada salah apa?" Farah terlihat kebingungan.

"Hana mau minta maaf, karena kehadiran Hana berbeda dari yang lainnya."

"Maksud kamu apa sih Han, mba masih nggak ngerti deh."

Hana menarik napas, "Maksud Hana, maaf karena Hana berbeda. Cuma Hana yang nggak berpakaian seperti mba Farah dan mba-mba yang lainnya." Hana menunduk memandangi celana kain yang ia pakai.

Farah mengikuti arah pandang Hana, ia lalu tersenyum. Tangan kirinya menggenggam tangan Hana.

"Gak apa-apa Hana, satu pun dari kami tidak ada yang mempermasalahkannya. Kami tak layak menilai seseorang karena hanya Allah yang pantas memberikan penilaian tentang baik dan buruknya manusia." ucap Farah tulus.

"Bukankah sesama manusia harus saling menasihati mba?"

"Ya kita wajib saling menasihati, tapi bukan memaksa. Jika mba memaksamu untuk berpakaian seperti yang mba pakai apakah kamu langsung menurutinya?" Farah menatap Hana sejenak.

Hana menggelengkan kepala.

"Tentu tidak bukan, karena semuanya butuh proses dan alangkah baiknya jika kita mau terjun dalam proses itu tidak hanya diam berpangku tangan." Farah diam sejenak, "Di majelis tadi kamu merasa gak nyaman ya Han? maafin mba ya." Farah kembali memandang Hana lalu fokus menatap jalan di depan.

Hana menggeleng, "Gak mba, Hana nyaman berada di antara kalian, terlebih Hana bisa mendapatkan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang sudah lama ingin Hana tanyakan."

"Alhamdulillah, Han kalau gitu." Farah tersenyum menatap jalan yang mulai padat oleh kendaraan beroda dua ataupun beroda empat.

Rahmãn ya Rahmãn Sa'idnii ya Rahmãn. Dering handphone Farah terdengar, di raihnya benda pipih yang tergeletak di dasborard lalu menggeser ikon hijau dilayar.

"Assalamu'alaikum, ada apa?"

"....."

"Lagi di jalan"

"....."

"Dari Halaqoh. Ini udah mau pulang kerumah"

"....."

"Ada sama aku kok, tenang aja"

"......"

"Hmmm... Boleh deh, dimana?"

"....."

"Oh oke, kami nyusul kesana ya."

Farah menekan ikon telepon berwarna merah.

Setelah itu meletakkan handphone di tempat semula.

"Yang barusan nelpon Fikran, Han. Nanyain kamu. Dia hampir aja ceramahin mba, karena dia kira mba ninggalin keponakannya sendiri dirumah." Farah menjelaskan sambil sesekali menatap Hana.

HANA (Republish) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang