9.

3.4K 162 0
                                    

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

🌸 🌸 🌸

"Apa kabar mba Hana?"

Hana mendongakkan wajah memandang lekat orang yang berjalan disampingnya.

"Bapak kenal sama saya?" Hana mengerjapkan mata bingung.

"Ternyata mba ini mudah lupa sama orang ya" senyum tipis tercetak diwajahnya.

Hana tak menjawab. Ia sibuk menerka siapa orang itu. Wajahnya memang terlihat tidak asing tapi Hana lupa dimana pernah bertemu dengannya.

"Saya Bian, mba Hana." jeda sejenak, "Apakah saya perlu memperkenalkan diri lagi?" Bian menatap lurus kedepan.

Lama Hana berfikir, mencoba mengingat nama itu. Ah, ia ingat sekarang lelaki yang berjalan beriringan dengannya saat ini adalah orang yang sama yang mengantarkan barang-barang milik ayahnya. Polisi yang sama yang meminta nomor handphonenya beberapa minggu lalu.

"Apa kabar Hana?" Bian mengulang kembali pertanyaannya mencoba untuk terlihat akrab.

"Ba... Baik pak. Alhamdulillah" Hana menjawab dengan terbata-bata.

"Pak? Saya tidak setua itu Hana." protes Bian

"Eh..." Hana menggaruk kepalanya yang tertutupi hijab pink, tampak kikuk.

"Panggil mas saja, umur saya baru 22 tahun kok."

"Iya pak. Eh, iya mas." Hana berkata gugup

Sementara Bian hanya menyunggingkan senyum

"Senang bisa bertemu kamu lagi. Ini sudah kali ketiga kita bertemu bukan? Kata orang kalau terus-terusan bertemu itu ada indikasi berjodoh ya?" Bian melontarkan pertanyaan atau mungkin lebih tepatnya pernyataan yang ia ingin Hana ketahui.

Hana tak merespon pertanyaan itu. Ia bingung jawaban seperti apa yang harus ia berikan.

Dari kejauhan Hana dapat melihat Zahra datang menghampiri.

"Lama banget si Ra" Hana menggerutu. Dalam hati ia merasa bersyukur karena Zahra datang disaat yang tepat.

"Tadi aku habis ribut sama anak SMA Han. Makanya lama." wajah kesal Zahra jelas terlihat.

"Hah kok bisa sih Ra." tanya Hana tak percaya, bagaimana mungkin Zahra yang tadi katanya kebelet masih sempat ribut sama orang.

"Tadi itu pas aku lagi ngantri di depan pintu ada anak SMA yang main nyelonong aja ngambil posisi ku. Ya jelas aku marah lah. Aku kata-katain deh di depan banyak orang."

"Zahra, Zahra." Hana menggelengkan kepala, ia tahu betul sifat sahabatnya yang mudah emosi saat orang lain mengusiknya, "Lain kali jangan gitu Ra. Kamu tahu kan kalau..."

"Iya Han aku tahu." Zahra memotong kalimat Hana, "Aku tahu kalau kita mau meluruskan kesalahan orang lain itu di kasih tau nya secara rahasia. Nggak boleh menasihati seseorang di depan umum karena itu sama saja mempermalukannya. Itu menurut akun-akun dakwah yang kamu baca bukan?" Zahra merangkul bahu Hana, mengucapkan kata-kata yang ia yakin akan Hana utarakan jika saja dia tidak memotong kalimatnya.

"Nah itu tau"

"Aku sampai hafal loh Han." Kekeh Zahra,  "Jadi tadi itu aku sudah nggak bisa kontrol emosi. Itu anak SMA nyolot banget di kasih tau, aku ngomongnya baik-baik dianya malah marah. Ya aku semprot lah dia pakai mulut rawit ku ini. Mana tadi aku hampir ngompol dicelana lagi." terang Zahra panjang lebar.

HANA (Republish) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang