Bismillahirrahmanirrahiim...
Assalamu'alaikum...
Mohon dimaklumi jika banyak typo yang bertebaran. selamat membaca, jangan lupa baca basmalah 😊
***
Tujuh bulan kemudian...
Sudah satu jam aku duduk disini. Menatap pintu kedatangan dengan degup yang mulai tak terkendali. Beberapa kali aku mengalihkan pandangan bahkan pikiranku untuk tidak menatap pintu itu, namun entah apa mau dikata, mata ini terus saja terarah kesana menyeleksi siapun yang melewati pintu itu. Padahal leherku sudah pegal rasanya. Ada yang salah pada diriku. Pasti.
"Han, nggak cape?"
Sebuah sentuhan kurasakan dipundakku, "Nggak mba" aku menggeleng menatapnya.
"Sebegitu rindunya ya, sampai nggak ngerasain cape? Padahal kita sudah satu jam disini" ucapnya sambil mengerlingkan sebelah mata.
Please mba, jangan mulai deh, batinku. "Mba Farah cape ya? Maafin Hana ya mba sudah ngerepotin."
Mba Farah tersenyum menatapku, "Jangan mengalihkan pembicaraan Hana"
"Nggak ada yang mengalihkan pembicaraan mba" jelasku
"Ya sudah tanpa kamu jawabpun mba tahu kok jawabannya. Bukan cuma rindu tetapi rindu yang teramat sangat" suara kekehan mba Farah terdengar olehku.
"Apaan sih mba. Jangan godain Hana terus dong mba?" ucapku dengan nada merajuk.
Mba Farah tertawa kecil, "Soalnya kamu itu lucu banget sih Han kalau digodain. Muka kamu langsung blushing gitu. Terlebih ucapan dang ekspresimu sangat berlawanan."
Aku menghembuskan napas. Tak ingin meladeni mba Farah terlalu jauh karena pada akhirnya aku akan diam tak berkutik. Kembali aku menatap pintu itu. Kenapa sosoknya belum terlihat? Padahal jadwal kedatangannya sudah 15 menit berlalu. Aku kembali menatap layar ponsel yang sejak tadi kugenggam. Barangkali ada pesan masuk darinya.
Aku menatap ponselku, kecewa. Tidak ada telepon ataupun WA darinya. Aku memejamkan mata sejenak. Aku masih saja berharap pada manusia padahal sejatinya hanya Allah-lah tempat segala harap karena Allah tidak akan pernah mengecewakan hambanya. Pada akhirnya inilah balasan yang kudapat saat berharap padanya, kecewa.
Rasa bosan mulai melanda. Kutatap mba Farah sudah asik dengan ponsel ditangannya. Sepertinya pegal di leherku semakin terasa, maka aku memutuskan untuk mengikuti jejak mba Farah. Memainkan ponsel. Aku membuka aplikasi instagram. Mengetikkan sebuah nama dari ikon pencarian. Apalagi yang kulakukan jika bukan menjadi seorang stalker. Profesi yang selama sebulan ini kugeluti. Aku mengklik postingan terakhir miliknya. Sebuah gambar yang diposting tiga hari lalu. Digambar itu tampak seorang seorang perempuan memakai kerudung coklat dengan gamis berwarna senada. Wajah gadis itu tidak terlihat karena sosoknya yang membelakangi kamera. Aku membaca caption yang menyertai gambar itu.
Rindu yang tidak berbentuk...
Jika rindu itu adalah laut maka rinduku ini adalah laut yang tak berujung
Jika rindu itu adalah sumur maka rinduku ini adalah sumur terdalam
Jika rindu memiliki bau maka rinduku ini ibarat parfum termahal
takkan hilang baunya meski dicuci berulang.
Rinduku ini tak seperti hujan yang datang hanya ketika rintiknya mengenai badan.

KAMU SEDANG MEMBACA
HANA (Republish)
SpiritualHana tak punya pilihan untuk menentukan kepada siapa ia akan menjalin bahtera pernikahan. Semuanya telah digariskan. Hana tak pernah tahu nama siapa yang tertulis untuknya di Lauh Mahfuz namun ia tidak pernah menyangka kalau dia lah yang kelak menj...