بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
Tok, tok, tok...
"Masuk"
Suara itu memicu kegugupan Hana, bergegas ia memperbaiki penampilannya, "Assalamu'alaykum pak"
Lelaki dibalik meja itu mengangkat kepala demi mendengar suara yang sejak beberapa hari ini mengganggu konstrasinya.
"Saya diminta teman-teman untuk mengantarkan tugas ini pak" ucap Hana gugup
"Kemana ketua tingkatmu? Dia yang saya minta untuk mengumpulkan tugas"
"Hmmm,,, itu pak,,, ketua tingkat kami, hmmm..." Hana gelagapan tidak bisa menjawab.
"Letakkan disitu. Terimakasih." ucapnya dingin tanpa memandang Hana.
Hana menghembuskan napas kesal, ia baru saja diusir secara halus. "Sama-sama pak" Hana memanyunkan bibir, rencana Zahra tidak berhasil. Ia berlalu pergi.
"Pak Fikran" Hana berbalik memanggil lelaki dihadapannya.
Fikran menatap Hana tanpa ekspresi.
"Hana membaca sebuah hadist dimana Rasulullah bersabda, Tidak halal bagi seorang muslim untuk memboikot (tidak menyapa) saudaranya lebih dari 3 hari." *
Fikran masih memandang Hana, "Lalu?"
"Hah?" Hana tidak habis pikir Fikran hanya memberi respon seperti itu, sebelum emosi menguasainya dia memilih untuk meningalkan ruangan itu, "Permisi pak Assalamu'alaikum" ia berbalik menghadap pintu.
Sebelum Hana meraih gagang pintu, Fikran sudah lebih dulu menutup pintu lalu menguncinya. Hana memandangnya heran karena Fikran berada tepat didepannya.
"Permisi pak saya mau keluar" ucapnya ketus.
"Sebentar lagi turun hujan" Fikran menatap langit dari balik jendela ruangannya
"Lalu?"
"Hari ini kamu memakai sepeda motor dan tidak membawa jas hujan."
Hah? Hana terheran sendiri. Bahkan dia tidak tahu apakah di dalam jok motornya ada jas hujan atau tidak. Dia sama sekali tidak mengeceknya. "Saya bisa pinjam punya teman" Hana masih mempertahankan sikap ketusnya.
"Dasar keras kepala" dengus Fikran, ia lalu menggendong Hana membawanya ke sofa yang ada di sudut ruangan.
"Om Fikran!" teriak Hana histeris, "Turunin Hana"
"Jangan berisik, ini kampus bukan rumah"
"Lalu kenapa menggoda mahasiswi dikampus?"
"Siapa yang godain kamu Honey?"
"Anda, yang terhormat bapak Muhammad Fikran"
Fikran tersenyum, "Itu bukan menggoda, tetapi melawan kekerasan kepalamu."
"Terserah" Hana membuang muka tak ingin memandang Fikran yang baru saja menurunkannya dari gendongan. Ia berpikir menggendongnya secara tiba-tiba mulai menjadi kebiasaan suaminya itu.
"Tunggu disini kita pulang sama-sama"
Hana diam tidak menjawab
"Om selesaikan beberapa tugas dulu. Setelah itu kita pulang."
Hana masih betah menatap keluar jendela tanpa suara.
"Honey, nggak baik loh mendiami orang terlebih lagi itu suaminya sendiri"
Hana mendengus kesal, ia kalah. "Iya Hana tungguin"
Fikran terkekeh, "Nah begitukan bagus. Kadar kecantikanmu bertambah 100 persen"
KAMU SEDANG MEMBACA
HANA (Republish)
SpiritualHana tak punya pilihan untuk menentukan kepada siapa ia akan menjalin bahtera pernikahan. Semuanya telah digariskan. Hana tak pernah tahu nama siapa yang tertulis untuknya di Lauh Mahfuz namun ia tidak pernah menyangka kalau dia lah yang kelak menj...