28.

3.2K 156 5
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

🌸🌸🌸

Hana duduk dengan jari jemari yang saling bertautan. Ia berada disebuah cafe. Menunggu Ros yang beberapa hari belakangan ini terus memintanya untuk bertemu. Hari ini adalah kali ketiga mereka bertemu setelah pertemuan waktu itu di restoran milik Fikran.

Hana terus saja memainkan jari jemarinya. Merasa gugup. Padahal Ros, wanita yang akan ditemuinya adalah wanita yang sangat baik, ramah dan penyayang. Sama seperti ibunya pikir Hana. Tapi entah mengapa setiap kali wanita itu mengajaknya untuk bertemu, kekhawatiran memenuhi perasaannya.

"Assalamu'alaikum Hana" suara yang mulai terdengar tidak asing tertangkap oleh indera pendengaran Hana.

Hana mendongakkan kepala, tersenyum, "Wa'alaikumussalam tante" senyum Hana meredup melihat Ros yang berdiri di depannya, bukan, bukan pada Ros, melainkan pada sosok yang berdiri dibelakang wanita itu. Hana menunduk saat mata mereka saling bertemu.

"Hana sudah dari tadi ya disini?" tanya Ros lalu duduk diseberang Hana.

Hana menggeleng.

"Syukurlah, tante nggak membuatmu menunggu lama," Ros membuka daftar menu yang tergeletak diatas meja, "Bian, sini duduk. Ngapain masih berdiri disitu?" ia menegur putranya yang mematung ditempat.

Bian menurut. Menarik kursi yang tidak jauh dari posisi Hana saat ini.

"Hana tante ke toilet sebentar ya, kamu silahkan pilih menunya." Ros beranjak, sebelum benar-benar pergi, ia sempat mengusap pundak Bian.

Hana mengangguk. Gugup. Deru nafasnya kian memburu. Kedua telapak tangannya mulai basah oleh keringat. Lama mereka diam tak bersuara.

"A..apa kabar?" Bian bertanya lebih dulu, merasa canggung.

"Baik. Alhamdulillah" Hana menoba menguasai diri.

Tiga menit, lima belas menit, tiga puluh menit, Ros belum juga kembali.

Meski mereka berada ditempat yang ramai, Hana merasa tidak nyaman dengan situasi ini, duduk dimeja yang sama dengan laki-laki yang entah sangat ingin ia temua atau tidak. Hana bingung. Tidak mengerti dengan perasaannya saat ini. Tak banyak yang mereka bincangkan. Mereka lebih sering diam. Berdebat dengan pikiran masing-masing.

"Kalian sudah pesan makan?"

Hana dan Bian mendongak kearah suara. Mendapati Ros yang tersenyum ramah. Hana balas tersenyum. Menghembuskan nafas lega.

🌸🌸🌸

Drrrt.... drrrt... drrrt.

Hana meletakkan sendok. Meraih Hpnya yang baru saja bergetar menandakan masuknya sebuah pesan.

Raut wajah Hana berubah membaca nama si pengirim pesan. Nama yang belum ia hapus dari kontaknya.

Mas Bian:

Assalamu'alaikum. Lagi ngapain?

Lama Hana menatap layar hpnya. Berdebat dengan pikiran. Apakah membalas pesan itu atau tidak. Tanpa aba-aba, jari jemarinya dengan cepat mengetikkan balasan.

Me:

Wa'alaikumussalam. Lagi makan

Hana menghembuskan nafas berat. Meletakkan hp disamping piringnya.

"Pesan dari siapa?" suara bariton itu menyadarkan Hana bahwa ia tidak sendiri. Didepannya ada Fikran yang sedang menyantap makan malam sama seperti dirinya.

HANA (Republish) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang