2.

5.1K 237 4
                                    

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Kebahagiaan tak selalu hadir karena hal yang menyenangkan namun juga karena sebuah pertengkaran.

🌸 🌸 🌸

"Gimana kabar mas Rian dek?" suara ibu memecah keheningan di meja makan.

"Alhamdulillah baik mba. Mas Rian nitip salam untuk mba sekeluarga."

"Om Rian cuma nitip salam om? Nggak nitip sangu buat Hana gitu?" Hana ikut bersuara sambil mengunyah omlette kesukaannya.

"Hana" Nur melotot pada anaknya.

"Hana cuma nanya bu, kalau ada kan Alhamdulillah" Hana kembali menyuapkan omlette kedalam mulutnya.

"Nggak ada. Mas Rian tahu kamu boros makanya nggak dititipin sangu." ucap Fikran santai menikmati makanan di hadapannya.

"Ih siapa yang bilang? Hana nggak boros kok."

"Iya nggak. Nggak salah lagi." Fikran menimpali.

"Om Fikran! Ngeselin banget sih, dari tadi juga."

"Sudah-sudah. Kalian ini baru ketemu juga sudah berantem, heran deh. Biasanya itu orang-orang pada jaim kalau baru ketemu. Kalian malah berantem nggak jelas." Nur menengahi pertengkaran dua orang di hadapannya.

Hana memasang wajah cemberut. Ia berusaha untuk terus menyuapkan nasi kedalam mulut. Sedangkan Fikran tengah tersenyum menatap piring didepannya. Ekor matanya menangkap wajah kesal Hana.

"Mas Ardi kemana mba? Lagi dinas ya?" tanya Fikran.

"Iya Mas mu lagi dinas di luar kota. Mungkin seminggu lagi udah balik."

"Kasihan mas Ardi ya mba, sebentar-sebentar harus ninggalin rumah."

"Ya namanya juga abdi negara dek, mau bagaimana lagi. Itu semua sudah menjadi tanggungannya."

"Benar juga sih mba. Semoga semua urusan mas Ardi dimudahkan oleh-Nya dan selalu diberi kesehatan."

"Aaamiiin. Maka dari itu mba pengen nanti suaminya Hana bukan TNI, polisi atau orang-orang yang pekerjaannya harus pergi ninggalin isteri seorang diri. Kan kasihan anak mba, kalau sebentar-sebentar musti ditinggal. Tapi kalau dikasih Allah jodoh seperti itu ya mau gimana lagi."

"Hana baru masuk kuliah bu, belum sempat mikirin jodoh."

"Kan gak ada yang tahu Na kamu dipertemukan jodohnya kapan. Lagi pula ibu salah satu orang yang mendukung pernikahan di usia muda. Ibu rasa dampak positifnya lebih banyak dibandingkan dengan sisi negatif nya."

Tak ada yang menanggapi perkataan ibu. Baik Hana maupun Fikran, mereka memilih diam. Sibuk dengan pikiran masing-masing.

"Oh iya gimana urusan kampus mu dek? Sudah selesai?" Nur mengganti topik pembicaraan.

"Alhamdulillah mba sudah 90% berjalan. Sekarang tinggal proses melengkapi berkas."

"Kapan mulai mengajarnya?" Nur kembali bertanya.

"InysaAllah senin sudah mulai masuk mba." Jawab Fikran.

"Om mau ngajar dikampus mana?" Hana bersuara, merasa tertarik dengan arah percakapan ibu dan omnya itu.

"Anak kecil gak perlu tau urusan orang dewasa." Fikran berucap santai.

"Om Fikran." Hana menyodorkan garpu kewajah Fikran dengan mata yang hendak keluar.

HANA (Republish) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang