بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
🌸 🌸 🌸
Ketika kamu berada dalam posisi untuk membantu seseorang, berbahagialah!
karena Allah SWT menjawab doa orang tersebut melalui dirimu.
(Nouman Ali Khan)🌸 🌸 🌸
Na, ada yang ingin kamu tanyakan pada ibu?” suara Nur memecah keheningan di meja makan.
“Ngak ada bu, memangnya kenapa bu?” Tanya Hana mencoba memasang senyum terbaiknya.
“Nggak kenapa-napa Na.” Nur menarik napas dalam, setelah melihat sembab dimata putrinya.
“Hari ini berangkat jam berapa?” ia kembali bertanya.
“Jam dua siang bu, pulangnya mungkin setelah maghrib.”
“Oh gitu selesai kuliah langsung pulang ya Na.”
“Siap ibuku sayang” Hana meletakkan tangannya di pelipis bergaya seperti orang sedang menghormati pimpinan. Hal biasa yang sering ia dan ayahnya lakukan saat mendapat perintah dari Nur.
Nur tersenyum, tangannya bergerak ingin mencubit Hana karena gemas namun urung saat mendengar ketukan pintu dari luar.
“Biar Hana yang buka bu.” Hana menahan tangan ibu yang hendak beranjak dari meja makan.
Hana membuka pintu dengan pelan, dilihatnya ada seorang polisi yang berseragam lengkap tengah membelakanginya.
“Maaf pak cari siapa ya?” tanya Hana ragu.
Polisi itu berbalik ketika mendengar seseorang menyapa.
Diluar dugaan Hana, ternyata polisi yang ada dihadapannya ini tidak seperti bapak-bapak polisi pada umumnya melainkan seorang pemuda yang menurut perkiraan Hana tidak jauh berbeda dari usianya.
“Mba Hana ya?” Polisi itu bertanya memastikan.
Hana mengangguk bingung. Bagaimana orang dihadapannya ini bisa mengetahui namanya.
“Saya Bian mba, junior pak Ardi.” polisi bernama Bian itu mengulurkan tangan hendak bersalaman.
Hana menangkupkan kedua tangannya di depan dada sembari tersenyum tipis.
Bian menarik tangannya dan mengikuti Hana dengan mengangkat kedua tangan setinggi dada dengan perasaan canggung.
“Saya kesini ingin mengantarkan ini mba. Barang pak Ardi yang tertinggal di rumah dinas." satu plastik hitam Bian sodorkan pada Hana.
Hana mengambil plastik itu lantas tersenyum mengucapkan terimakasih.
"Saya turut berduka cita mba atas meninggalnya pak Ardi, kami semua ikut merasa kehilangan karena beliau orang yang sangat baik." Bian berucap tulus.
Hana mengangguk "Terimakasih pak"
Saat Bian tak lagi berdiri di depannya Hana memutuskan untuk kembali ke meja makan melanjutkan sarapannya yang tertunda.
"Mba Hana" Teriakan itu berhasil menghentikan langkah kaki Hana.
Hana menatap bingung pada polisi tadi yang kini telah berbalik arah. Berlari kecil menghampirinya.
"Hmmm... Gini mba, saya boleh minta kontak mba Hana gak?" Bian bertanya gugup.
Hana mengernyitkan dahi, apa dia tidak salah dengar? Untuk apa polisi ini meminta kontaknya?

KAMU SEDANG MEMBACA
HANA (Republish)
SpiritualHana tak punya pilihan untuk menentukan kepada siapa ia akan menjalin bahtera pernikahan. Semuanya telah digariskan. Hana tak pernah tahu nama siapa yang tertulis untuknya di Lauh Mahfuz namun ia tidak pernah menyangka kalau dia lah yang kelak menj...