LIMA

971 41 0
                                    

"Zahra pulang!!!" Ucap Zahra.

"Anak Mama dah pulang?" Zhifa yang melihat putrinya muncul dari balik pintu langsung menghampiri dan langsung memeluk Zahra.

"Sayang, mulai besok, Mama sama Papa mau pergi ke Swiss. Kamu bisa jaga diri kan?" Ucap Zhifa yang langsung melihat perubahan ekspresi dari anaknya.

"Bisnis lagi?" Tanya Zahra dengan nada kesal.

"Maaf ya sayang... Ini juga biar kita gak kehabisan uang nantinya. Ini juga buat masa depan kamu, ya?" Ujar Zhifa.

"Iya, Zahra tahu kok... Zahra mandi dulu ya..." Ucap Zahra sambil berjalan gontai menuju kamarnya.

Sandi yang sedari tadi memperhatikan keduanya juga terlihat sedih karena harus membiarkan putri satu-satunya itu tinggal sendiri lagi di dalam rumah yang besar ini, walaupun hanya ditemani seorang Bibi Pembantu Rumah Tangga (Bi Sarah).

"Berat juga ninggalin anak walau buat bisnis..." Gumam Sandi yang tak sadar bahwa kata-kata tersebut terdengar oleh istrinya.

"Iya kan. Coba bisa ditunda kapan-kapan..." Timpal Zhifa yang membuat suaminya itu menoleh padanya.

"Walaupun ditunda sekalipun, ujung-ujungnya tetap sama saja. Kita bakalan pergi juga kan..." Jelas Sandi yang membuat istrinya mengerucutkan bibirnya.

"Kamu mah bilangnya kayak gitu sih, Mas!!!" Ucap Zhifa memukul pundak suaminya pelan.

...

Setelah membasuh badannya yang penuh keringat, Zahra merebahkan tubuhnya di atas kasur yang empuk. Ia tahu betul walau kini keluarganya berkecukupan, kedua orangtuanya tetap harus bekerja untuk mempertahankan kekayaan mereka.

Zahra mengendus kesal melihat foto keluarganya yang terpajang di samping tempat tidurnya. Ini memang bukan yang pertama kalinya kedua orangtuanya pergi meninggalkan dia tinggal sendirian di rumah yang besar ini. Ia juga mengerti kedua orangtuanya menginginkan Zahra tumbuh menjadi gadis yang mandiri.

Sekali lagi Zahra mengendus kesal dan mengambil ponselnya yang terletak tak jauh darinya dan segera melihat beberapa chat yang terkirim padanya. Terdapat pesan dari Rifa.

Dibukanya pesan tersebut.

Rifa
Gue punya pacar dong!
Hehe...

Waaahhh benar-benar berita yang mengejutkan Zahra. Rifa sahabatnya itu kini sudah punya pacar. Dia iri sekali. Rasa penasaran tumbuh di kepala Zahra akan pacar baru Rifa.

Ah... Besok aja pasti ketemu kan? Tanya besok aja...- Zahra

Ngomong-ngomong tentang besok, Zahra jadi kepikiran tentang kepergian kedua orangtuanya ke Swiss. Akh, mengesalkan sekali bagi Zahra. Ia mulai membayangkan yang tidak-tidak.

Akh! Kenapa harus dua-duanya? Satu aja kek yang pergi!- Zahra

Pusing memikirkan hal yang membuatnya sedih Zahra mencoba untuk tidur dan melupakan apa yang akan terjadi besok.

Skip!

Pagi harinya...

"Muach, semangat ya belajarnya. Mama sama Papa dukung kamu dari belakang kok. Kan Zahra dah besar... Jangan jadi anak liar ya, Nak..." Ucap Zhifa pada Zahra yang tiba-tiba saja menitikkan air matanya.

Zahra yang melihat Mamanya menangis ikut terharu, air mata sudah muncul di ujungnya tapi Zahra mencoba untuk tegar.

"Iya, Zahra gak bakal jadi liar kok, Mah... Tenang aja" Ucap Zahra menenangkan Mamanya.

"Ini uang kamu untuk 5 bulan kedepannya ya... Jangan dihabiskan lho." Pesan Sandi pada putrinya.

"Iya Pah. Makasih ya..." Ucap Zahra.

Sandi kemudian memeluk erat putrinya yang sudah bukan anak-anak lagi. Ia tahu betul kini putrinya sudah memasuki masa-masa remaja. Karena hal itulah ia keberatan meninggalkan putrinya sendirian, ia takut akan kejadian buruk yang menimpa putrinya itu. Tapi apa boleh buat? Kini ia juga harus bekerja agar dapat mempertahankan kondisi keluarga nya ini.

"Mah, Pah, Zahra berangkat dulu ya..." Ucap Zahra kemudian. Sandi dan Zhifa pun mengangguk. Zhifa masih meneteskan air matanya yang tak kunjung reda itu. Dapat dilihat kini putrinya memang sudah besar.

Dalam hati Sandi dan Zhifa bergumam...

Sehat-sehat ya nak...- Zhifa
Semoga kamu baik baik saja- sandi

...

Beberapa meter setelah keluar dari rumah untuk pergi ke tempat ia belajar, Zahra sempat menitikkan air matanya yang kini sudah tak bisa ditahan lagi. Ia menghapus air matanya sebelum tiba di halte bus.

Skip!

"Kenapa Lo? Cemberut wae!!!" Ucap Tati yang tiba-tiba muncul entah dari mana.

"Gak pa pa. Mana Rifa?" Tanya Zahra yang kemudian menyadari bahwa kini sahabat satunya itu sudah menghilang lagi entah kemana.

"Tauk. Tiba-tiba dia nyelonong Bae..." Jelas Tati yang sama-sama tidak tahu.

Tak lama kemudian, datanglah Rifa yang baru saja dibicarakan oleh kedua sahabatnya itu.

"Ni dia orangnya!!! Kemana Lo tadi?" Kata Tati penasaran. To the point banget ya...

"Abis dari WC. Dari tadi gue kebelet banget. Makanya gue langsung lari aja pas Bu Nara udah keluar..." Jelas Rifa pada dua sahabatnya itu.

Zahra nampak memaklumi kondisi Rifa yang kebelet itu. Namun tidak untuk Tati. Ia merasa ada yang disembunyikan dari sahabatnya yang kini sudah punya kekasih baru.

"Btw, pacar Lo siapa? Ganteng gak? Dari kelas berapa?" Tanya Tati kemudian mengusir rasa curiganya pada Rifa.

"Sabar oi! Ngebut bat Lo!" Ucap Rifa yang geregetan mau menutup mulut Tati dengan lakban di tasnya.

Tati yang mendengarnya pun hanya bisa cengar-cengir. Zahra hanya bisa menggeleng kepala.

"Oke cepetan cerita!" Ucap Zahra kemudian.

"Jadi gini... Gue pacaran sama kakel yang guantenggggg banget hehe... Dia dari kelas IPA 11- A. Namanya..." Rifa membuat kedua sahabatnya yang sudah tak sabaran itu menunggu. Ia jahil sekali pada mereka.

"Cepetan elah!" Ucap Tati tak sabaran.

"Kak, Yudith..." Ucap Rifa sambil setengah berbisik.

...

Kini Zahra dikantin ditemani oleh kedua sahabatnya. Siapa lagi kalau bukan Tati dan Rifa? Namun tampaknya ia sedikit tak bersemangat untuk memakan sesuap menu makan siangnya yang kini hanya didiamkan di atas meja. Singkatnya, kini Zahra sedang tak nafsu makan.

"Lo kenapa, Ra?" Ucap Tati disampingnya yang sedari tadi memperhatikan Zahra yang tak nafsu makan.

Zahra menggeleng.

"Lo sakit?" Timpal Rifa di depannya.

Lagi-lagi Zahra menggeleng.

Kedua sahabatnya nampak bingung dibuatnya. Mereka tak tahu masalah apa yang menimpa Zahra.

"Gue.. mau ke kelas aja..." Ucap Zahra kemudian lekas berdiri lalu berjalan melalui koridor yang akan membawanya kembali ke kelasnya.

Jujur saja setelah mendengar bahwa Rifa pacaran dengan Yudith entah kenapa hatinya terasa ngilu dan pedih. Amat pedih. Ia tak tahu kenapa, yang pasti kini sakit hatinya tak bisa diobati.

Apa gue cemburu? Ah enggak ah, mana mungkin gue cemburu kan? Ini tuh cuma khayalan doang... Gue mana mungkin suka ama Babi Ngesot gitu?- Zahra

Beberapa menit kemudian dia sampai di pintu kelas yang terbuka lebar. Saat ia ingin memasuki kelasnya tersebut, seseorang menariknya menjauh dan langsung menyeretnya ke sebuah tempat yang sepi.

Ia hanya bisa pasrah mengikuti kemauan pria yang menyeret tangannya itu.

ZAHRA✓[COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang